PTK TK 05 - BERMAIN KARTU BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MATEMATIKA
BERMAIN KARTU BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MATEMATIKA
ABSTRAKSI
Peningkatan ketrampilan berhitung
dengan bermain kartu bilangan pada anak usia prasekolah sangat penting,
mengingat masih banyak ditemui anak didik yang masih rendah ketrampilannya
dalam berhitung/matematika. Hal ini disebabkan antara lain masih kurangnya
kemampuan/pengertian dari orang tua dan peran guru dalam peningkatan ketrampilan
anak dalam berhitung/ membilang.
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif studi operasional/tindakan kelas dan dikenakan pada 28 anak didik
Taman Kanak-kanak xxxx Kabupaten xxxxx Tahun 2006. Tindakan kelas yang
dilaksanakan adalah model siklus. Tindakan dilakukan secara bertahap, terdiri
dari 4 komponen yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Rencana
tindakan memuat berbagai cara yang dilakukan oleh guru. Tindakan kelas
dilaksanakan guna meningkatkan ketrampilan
matematika para peserta didik. Observasi merupakan upaya untuk merekam
kegiatan yang terpadu selama kegiatan berlangsung. Refleksi merupakan kegiatan
dampak dari hasil bermain kartu bilangan.
Hasil tindakan kelas menunjukkan bahwa
hasil kerja pada Siklus I terdapat 5 (18%) anak yang hasilnya sudah dapat
dikatakan tuntas, sedangkan yang 23 (82%) anak masih keliru dan tidak
bersemangat mengikuti kegiatan. Pada Siklus II terdapat 20 (71%) anak yang
hasilnya sudah dapat dikatakan tuntas, sedangkan yang 8 (29%)anak masih keliru
dan tidak bersemangat mengikuti kegiatan. pada Siklus III terdapat 26 (93%)
anak yang hasilnya sudah dapat dikatakan tuntas, sedangkan yang 2 (7%) anak
masih keliru dan tidak bersemangat mengikuti kegiatan.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan prasekolah
berkembang tidak hanya di negara maju, tetapi juga di negara-negara berkembang.
Saat ini banyak ditemukan pelayanan pendidikan prasekolah, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Berbagai alternatif program
pendidikan untuk anak prasekolah, baik yang diselenggarakan di sekolah maupun
di luar sekolah, banyak ditawarkan, antara lain Taman Kanak-kanak, Tempat
Penitipan Anak, dan Program Bina Keluarga dan Balita.
Pendidikan anak usia dini merupakan
salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada
peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik
halus dan kasar), kecerdasan, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan jamak
dan kecerdasan spiritual. Untuk itu pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini
perlu diarahkan pada dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan
manusia seutuhnya yaitu pertumbuhan dan perkembangan fisik, daya pikir, daya
cipta, sosial emosional, bahasa dan komunikasi yang seimbang sebagai dasar
pembentukan pribadi yang utuh.
Usia anak-anak, yaitu
antara 0-6 tahun, adalah usia emas untuk anak mempelajari berbagai hal di
sekitarnya. Anak akan mempelajari sesuatu tidak dengan cara duduk tenang,
mendengarkan keterangan-keterangan dari orang tua maupun guru, tetapi anak akan
mempelajari sesuatu hal dengan cara bermain. Dalam kegiatannya saat bermain
tersebut anak akan menemukan hal-hal baru yang sebelumnya tidak dia ketahui.
Sesuai dengan karakteristik anak usia
dini yang bersifat aktif melakukan berbagai kegiatan bermain, maka proses
pembelajarannya adalah pada aktivitas anak dalam bentuk belajar sambil bermain.
Program belajar mengajar bagi anak usia dini dirancang dan dilaksanakan sebagai
suatu sistem yang dapat menciptakan dan memberi kemudahan bagi anak usia dini
untuk belajar sambil bermain melalui berbagai aktivitas dan sesuai dengan
tingkat pertumbuhan dan perkembangan serta kehidupan anak usia dini.
Keberhasilan proses
pembelajaran anak usia dini ditandai dengan pencapaian pertumbuhan dan
perkembangan anak usia dini dengan hasil pembelajaran yang mampu menjadi
jembatan bagi anak usia dini untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam
pendidikan formal seperti Taman Kanak-kanak, pengajarnya adalah orang-orang
yang telah mendapat pendidikan khusus, sedangkan dalam pendidikan non formal,
pengajarnya bukanlah selalu orang yang berlatar pendidikan guru.
Pembelajaran di Taman
Kanak-kanak lebih banyak difokuskan pada bidang dasar (basic), yaitu
membaca, menulis, dan berhitung yang dikenal dengan “Three Rs” (Tiga
R), yaitu Reading, Writing, dan Aritmathic. Istilah “Back to
Basic” yang sering didengar tidak lain merupakan istilah “Tiga R” tersebut,
yang artinya mengembalikan fokus pembelajaran di Taman
Kanak-kanak atau Sekolah Dasar kelas awal kearah kegiatan membaca, menulis, dan
berhitung. Di Indonesia “Tiga R” dikenal dengan istilah “calistung”, yaitu
membaca, menulis, dan berhitung.
Kegiatan pembelajaran di
Taman Kanak-kanak tidak sekedar untuk mengembangkan “Tiga R”, tetapi untuk
mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak, terutama aspek kognitif. Di
samping itu matematika juga berfungsi untuk mengembangkan kecerdasan anak,
khususnya kecerdasan yang oleh Gardner
(dalam Rahayu, 1995 : 1) disebut Logico-mathematics. Kecerdasan Logico-mathematics
menyangkut kemampuan seseorang menggunakan bilangan, operasi bilangan dan
silogisme.
Matematika atau
berhitung merupakan hal yang akrab dalam kehidupan manusia. Setiap hari, bahkan
setiap menit orang menggunakan matematika. Belanja,
menghitung benda, waktu, tempat, jarak, dan kecepatan merupakan fungsi
matematis. Memahami grafik, tabel, berat, dan volume juga merupakan fungsi
matematika. Dengan kata lain matematika sangat penting bagi kehidupan kita.
Pada proses perkembangan
pada anak usia dini, pada mulanya anak tidak tahu bilangan, angka dan operasi
bilangan matematis. Secara bertahap sesuai perkembangan mentalnya anak belajar
membilang, mengenal angka dan berhitung. Anak belajar menghubungkan objek nyata
dengan simbol-simbol matematis. Sebagai contoh, sebuah jeruk diberi simbol
angka “1” dan dua buah jeruk diberi simbol dengan angka “2”. Demikian pula
simbol “+” yang berarti dijumlah dan simbol “-“ yang berarti dikurangi.
Guru Taman Kanak-kanak
perlu mengusai konsep-konsep matematika sederhana yang sesuai untuk anak Taman
Kanak-kanak. Berbagai notasi matematis sederhana dan cara pengenalannya perlu
dipahami secara mendalam, agar dapat
melatih anak berhitung dan menggunakan fungsi- fungsi matematis lainnya. Menurut Piaget
(Hibana, 1998 : 31), pengenalan matematika sebaiknya dilakukan melalui
penggunaan benda-benda konkrit dan pembiasaan penggunaan matematika agar anak
dapat memahami matematika, seperti berhitung, bilangan, dan operasi bilangan.
Sebagai contoh, mengingatkan anak tentang tanggal hari ini dan menuliskannya di
papan tulis akan melatih anak mengenal bilangan.
Peningkatan ketrampilan
berhitung dengan bermain kartu bilangan pada anak usia prasekolah sangat
penting, mengingat masih banyak ditemui anak didik yang masih rendah
ketrampilannya dalam berhitung/matematika. Hal ini disebabkan antara lain masih
kurangnya kemampuan/pengertian dari orang tua dan peran guru dalam peningkatan
ketrampilan anak dalam berhitung/ membilang. Salah satu cara yang dapat
ditempuh dalam meningkatkan ketrampilan berhitung/matematika antara lain
melalui bermain kartu bilangan.
Berdasarkan uraian di
atas, maka upaya meningkatkan ketrampilan matematika pada anak usia prasekolah
merupakan hal yang penting. Hal ini mendorong peneliti untuk mengadakan
penelitian dengan judul “BERMAIN KARTU BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN
MATEMATIKA (Penelitian Pada Anak TK xxxxxxxxx)”.
B.
Permasalahan
1.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
uraian di atas maka dapat diidentifikasikan masalah penelitian, sebagai berikut
:
a.
Rendahnya ketrampilan anak dalam berhitung/matematika,
sehingga pencapaian hasil belajar matematika kurang optimal.
b.
Kurangnya kemampuan/pengertian dari orang tua dan peran
guru dalam menggunakan alat kartu bilangan yang mengakibatkan rendahnya
ketrampilan anak dalam berhitung/membilang.
c.
Untuk meningkatkan ketrampilan berhitung/membilang
dalam area matematika, dapat diupayakan melalui bermain kartu bilangan.
2.
Pembatasan
a.
Bermain kartu bilangan untuk meningkatkan ketrampilan
anak, merupakan upaya memberikan bantuan oleh seorang guru/pembimbing kepada
anak yang kurang trampil dalam berhitung/matematika.
b.
Pelaksanaan bantuan tersebut dengan memanfaatkan kartu
bilangan sebagai usaha/pengalaman langsung pada anak.
c.
Bermain kartu bilangan adalah sebagai pendorong
semangat belajar dalam berhitung, membilang, dan menghubungkan.
3.
Perumusan Masalah
a.
Bagaimanakah upaya
meningkatkan permainan berhitung melalui bermain kartu bilangan
dilaksanakan di Taman Kanak-kanak xxxxxxxx?
b.
Apa kendala yang dihadapi dan bagaimana mengatasinya
dalam upaya meningkatkan permainan berhitung melalui bermain kartu bilangan di Taman Kanak-kanak xxxxxxxxx?
4.
Cara Pemecahan Masalah
Untuk
menjawab permasalahan penelitian, maka dilakukan tindakan kelas dengan model
Siklus. Tindakan dilakukan secara bertahap, terdiri dari 4 komponen yaitu
rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Rencana tindakan memuat berbagai
cara yang dilakukan oleh guru. Kegiatan ini dilakukan oleh anak guna meningkatkan ketrampilan dalam berbagai
hal. Observasi merupakan upaya untuk merekam kegiatan yang terpadu
selama kegiatan berlangsung. Refleksi merupakan kegiatan dampak dari hasil
bermain kartu bilangan.
C.
Tujuan
Penelitian
1.
Untuk mengetahui upaya peningkatan
ketrampilan berhitung melalui bermain kartu bilangan dilaksanakan di Taman Kanak-kanak xxxxxxxxx.
2.
Untuk mengetahui kendala yang
dihadapi dan cara mengatasinya dalam upaya meningkatkan ketrampilan berhitung
melalui bermain kartu bilangan di Taman
Kanak-kanak xxxxxxxxxx.
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Sebagai bahan latihan dalam rangka
belajar menganalisa suatu permasalahan dengan menerapkan teori-teori dan materi
yang didapat dari perkuliahan.
2.
Untuk lebih mengetahui pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar di Tamak Kanak-kanak pada umumnya dan upaya
meningkatkan ketrampilan berhitung melalui bermain kartu bilangan pada
khususnya.
3.
Hasil penelitian dapat digunakan
bahan masukan bagi Taman Kanak-kanak XXXXXXXX.
Untuk mendapatkan
file PTK / Skripsi / Thesis lengkap
dalam
format Ms. Word.
Hubungi
: 085728916006
0 komentar:
Posting Komentar