GUDANG PTK PTS

Contoh

image
Hello,

Kami, Jasa Pintar

KAMI MEMBANTU DALAM PENYUSUNAN TUGAS-TUGAS ANDA, KAMI MENYEDIAKAN REFERENSI DAN KAMI SANGAT TIDAK MENDUKUNG PLAGIATISME.

TERIMA KASIH


Penelitian Tindakan Kelas
  • PTK SD
  • Penelitian Tindakan Kelas SD/MI

  • PTK SMP
  • Penelitian Tindakan Kelas SMP/MTs

  • PTK SMA
  • Penelitian Tindakan Kelas SMA/MA/SMK


    Experience
    Lead Developer

    State Art company

    UI/UX Developer

    Design Corporation

    Front-End Developer

    Creative Design Studio


    My Skills
    Penyusunan PTK
    Penyusunan PTS
    Contoh PTK
    Contoh PTS

    764

    Awards Won

    1664

    Happy Customers

    2964

    Projects Done

    1564

    Photos Made

    Layanan Kami

    Contoh PTK

    Menyediakan RATUSAN Judul Contoh Penelitian Tindakan Kelas (SD/SMP/SMA) yang dapat Anda gunakan sebagai bahan referensi

    Contoh PTS

    Menyediakan Judul Contoh Penelitian Tindakan Sekolah (Kepala Sekolah/Pengawas) yang dapat Anda gunakan sebagai bahan referensi

    Bikin PTK/PTS

    Jika Anda tidak menemukan judul yang sesuai pada katalog kami, tentukan sendiri judul PTK/PTS Anda, kami siap membantu dalam penyusunan

    Clean Code

    Fusce quis volutpat porta, ut tincidunt eros est nec diam erat quis volutpat porta

    Photographic

    Fusce quis volutpat porta, ut tincidunt eros est nec diam erat quis volutpat porta

    Unlimited Support

    Fusce quis volutpat porta, ut tincidunt eros est nec diam erat quis volutpat porta

    CONTOH PTK PTS

    TK 005 : ANALISIS PENULUSURAN SUMBER VARIASI PADA PROSES PRODUKSI BENANG UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE SIX SIGMA.

     ANALISIS PENULUSURAN SUMBER VARIASI PADA PROSES PRODUKSI BENANG UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE SIX SIGMA.

    ABSTRAKSI



    Perbaikan dan pengendalian kualitas merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan perusahaan agar output produk yang dihasilkan memuaskan konsumen. Namun demikian untuk menjadi suatu produk jadi, suatu material akan melewati sebuah proses produksi dan ketika terjadi keluhan kualitas produk oleh kosnumen perlu dilakukan usaha identifikasi sumber variasi pada proses yang mengakibatkan cacat sehingga perbaikan dan pengendalian yang dilakukan bias sistematis dan fokus.
    PT. Surakarta Sentosa Sejahtera adalah industry pemintalan benang yang memproduksi berbagai jenis benang dari kapas untuk bahan dasar kain. Salah satu jenis varians produknya yaitu TR 65/35 Ne1 45s mendapat keluhan kualitas dari kosnumennya.oleh karena itu pada peneltian ini akan dilakukan penelurusan sumber variasi pada proses dengan memperhatikan prioritas karakterstik kualitas benang berdasarkan persepsi konsumen. Perbaikan dilakukan dengan pendekatan Six Sigma yaitu Defini (pendefinisia), Measure (pengukuran), Analyze (analisis), improve (perbaikan) dan control (pengendalian).
    Hasil pengolahan data memberikan informasi adanya tujuh karakterstik kritis (Critical to Quality, CTQ) benang, dengan urutan dari yang paling kritis yaitu : ketidakrataan benang, kekuatan benang, thin (benang tipis), nomor benang, thick (benang tebal), twist (puntiran) dan nep (bintik benang). Untuk ketidakrataan benang proses tekritis terjadi di mesin ring spinning dengan nilai sigma 4,22. Selain itu, diketahui bahwa proses di ring spinning memiliki nilai Cpmdsebesar 0,8285 dan Cpmk sebesar 0,9045, sehingga dapat diartikan bahwa proses di mesin ini tidak memenuhi standar kapabilitas proses dan perlu segera mendapat prioritas untuk perbaikan dan pengendalian.

    Kata kunci :   Karakterstik kritis, sumber varisi, metode Six Sigma, kemampuan proses.



    Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
    hubungi : 0857 2891 6006



    PTK SMP 192 PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI

    PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI DI KELAS VII F SMPN 2 ARUT SELATAN


    ABSTRAK
    Pembelajaran pada awal semester genap tahun 2009/2010 di kelas VII F SMPN 2 Arut Selatan lebih banyak dilakukan di dalam kelas, kurang bervariasi, dan kurang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Materi pelajaran disampaikan secara teoritik dan tidak berhubungan dengan kehidupan nyata. Proses pembelajaran tersebut menimbulkan kecenderungan siswa bersikap pasif. Dinamika dan interaksi dalam kelas juga belum optimal. Akibatnya, penguasaan kompetensi masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada hasil ulangan harian KD 6.1, ketuntasan klasikal hanya 68,57%.
     Oleh sebab itu perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas sebagai upaya memperbaiki proses pembelajaran agar menjadi lebih berkualitas sehingga penguasaan kompetensi siswa meningkat.
    Penelitian dilakukan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri atas tahapan: perencanaan, pelaksanaan, pengambilan data, dan refleksi. Observer mengambil data aktivitas siswa pada tiap siklus, sedangkan data hasil belajar diperoleh dari tes tertulis di akhir siklus.
    Keaktifan siswa mengalami kenaikan yaitu pada siklus 1 prosentase siswa aktif sebesar 64,86% sedangkan siklus 2 sebesar 91,89%. Berdasarkan hasil refleksi diadakan perbaikan pada bentuk kegiatan dan sumber belajar. Hasil belajar juga mengalami kenaikan pada ketuntasan klasikal dan rata nilai. Siklus 1 ketuntasan belajar sebesar 70,27% dengan rata-rata nilai 69,73. Siklus 2 ketuntasan belajar 91,89% dengan rata-rata nilai 88,92.
    Berdasarkan hasil tersebut, kualitas pembelajaran biologi di kelas VII-F SMPN 2 Arut Selatan mengalami peningkatan setelah diterapkan pendekatan kontekstual pada  materi “Pengelolaan Lingkungan”. Aktivitas siswa dan penguasaan kompetensi siswa meningkat. Pendekatan kontekstual perlu diterapkan pada materi lain sesuai dengan karakteristik materi tersebut.


    BAB I
    PENDAHULUAN
    A.    Latar Belakang
    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) membawa konsekuensi logis pada upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran IPA yang disesuaikan dengan karakteristik dan lingkungan sekitar sekolah. Proses belajar yang diharapkan melalui kurikulum ini bukan sekedar membahas materi dalam buku-buku panduan pelajaran atau menginformasikan pengetahuan kepada siswa, melainkan menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung kepada siswa untuk memahami gejala yang terjadi sehingga dalam pelaksanaannya dibutuhkan strategi pembelajaran yang tepat.
    Pembelajaran pada awal semester genap tahun 2009/2010 di kelas VII F SMPN 2 Arut Selatan lebih banyak dilakukan di dalam kelas, kurang bervariasi, dan kurang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Materi pelajaran disampaikan secara teoritik dan tidak berhubungan dengan kehidupan nyata. Proses pembelajaran tersebut menimbulkan kecenderungan siswa bersikap pasif. Dinamika dan interaksi dalam kelas juga belum optimal. Akibatnya, penguasaan kompetensi masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada hasil ulangan harian KD 6.1, ketuntasan klasikal hanya 68,57%.
     Oleh sebab itu perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas sebagai upaya memperbaiki proses pembelajaran agar menjadi lebih berkualitas sehingga penguasaan kompetensi siswa meningkat.
    Materi ”Pengelolaan Lingkungan” membahas konsep pencemaran dan kerusakan lingkungan kaitannya dengan aktifitas manusia. Mencermati karakteristik materi ini, maka strategi pembelajaran lebih tepat menggunakan kegiatan eksplorasi lingkungan karena akan lebih faktual dan nyata. Proses pembelajaran tersebut sejalan dengan pembelajaran berpendekatan kontekstual, yaitu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima, akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dengan tepat. Penerapan pendekatan kontekstual tersebut diharapkan menghasilkan pembelajaran berkualitas yaitu adanya aktivitas siswa yang optimal dan penguasaan kompetensi yang meningkat.

    B.     Perumusan Masalah
    1.      Bagaimanakah kualitas pembelajaran biologi (materi “Pengelolaan Lingkungan”) di kelas VII-F SMPN 2 Arut Selatan melalui penerapan pendekatan kontekstual?
    2.      Apakah dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa?
    3.      Apakah dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan  penguasaan kompetensi siswa?


    C.    Tujuan Penelitian
    1.      Meningkatan kualitas pembelajaran biologi (materi “Pengelolaan Lingkungan”) melalui penerapan pendekatan kontekstual di kelas VII-F SMPN 2 Arut Selatan.
    2.      Mendeskripsikan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran biologi (materi “Pengelolaan Lingkungan”) melalui penerapan pendekatan kontekstual di kelas VIIF SMPN 2 Arut Selatan.
    3.      Mendeskripsikan dan menganalisis hasil belajar/penguasaan kompetensi siswa pada pembelajaran biologi (materi “Pengelolaan Lingkungan”) melalui penerapan pendekatan kontekstual di kelas VIIF SMPN 2 Arut Selatan.

    D.    Manfaat Penelitian
    1.       Bagi siswa:
    a.       Membangkitkan minat belajar dan mengoptimalkan aktivitas siswa sehingga penguasaan kompetensi meningkat.
    b.      Memberikan pengalaman belajar yang nyata dan faktual.
    c.       Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pelestarian dan pengelolaan lingkungan untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan.
    2.       Bagi guru (peneliti):
    Mendorong agar tidak ragu mencoba variasi pembelajaran dan lebih kreatif merancang strategi pembelajaran.
    3.       Bagi sekolah:
    Memberikan sumbangan dalam perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan potensi belajar siswa yang akhirnya berpengaruh pada mutu
    sekolah.

    E.     Definisi Operasional
    1.      Pendekatan Kontekstual adalah filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa. Pendekatan ini bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat (Bandono, 2008).
    2.      Kualitas Pembelajaran
    Kualitas pembelajaran dalam penelitian ini ditinjau dari dua segi: proses dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) siswa terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berkualitas apabila ≥85% siswa mencapai kompetensi minimal.


    Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
    hubungi : 0857 2891 6006


    PTK SMP 070 Meningkatkan Prestasi Belajar Akidah Akhlak Melalui Penerapan Model Pembelajaran Mastery Learning

    Meningkatkan Prestasi Belajar Akidah Akhlak Melalui Penerapan Model Pembelajaran Mastery Learning (Belajar Tuntas) di Kelas VII-A MTs Al-Mardliyah Pameungpeuk Garut


    ABSTRAK

    Berdasarkan latar belakang bahwa peserta didik dipandang dalam kegiatan pembelajaran sebagai individu dan sosial. Setiap peserta didik memiliki perbedaan minat (interest), kemampuan (ability), kesenangan (preference), pengalaman (experience), dan cara belajar (learning style). Sehingga guru disamping memikirkan bahan pelajaran, hendaklah ia memikirkan cara agar mudah dimengerti dan dapat meningkatkan prestasi. Salah satu metodenya adalah dengan Mastery Learning (belajar tuntas).
    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi guru menggunakan Mastery Learning dalam pembelajaran akidah akhlak di MTs. Al-Mardliyah Pameungpeuk Garut dan untuk mengetahui daya serap peserta didik dalam pembelajaran akidah akhlak dengan Mastery Learning.
    Berpijak dari masalah yang ada, pembelajaran Mastery Learning dalam mata pelajaran akidah Akhlak harus disesuaikan dengan karakteristik penguasaan materi yang dipelajari. Menurut hasil pengamatan dan observasi di lapangan khususnya di MTs. Al-Mardliyah Pameungpeuk  Garut, fenomena yang terjadi dewasa ini cenderung adanya penurunan prestasi belajar siswa. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, baik intern maupun ekstern. Salah satu yang menjadi faktor menurunnya siswa adalah metode yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar, sehingga hal ini membuat peneliti untuk mencoba menggunakan Mastery Learning untuk meningkatkan prestasi siswa.
    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang menggunakan alat pengumpul datanya dengan observasi, wawancara dan tes. Pendekatan analisis yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
    Berdasarkan hasil pengolahan data, ditemukan hasil prosentasi dari para siklus adalah sebagai berikut:
    -          Pra-Siklus, nilai rata-rata hasil prestasi belajar siswa adalah 62,71%
    -          Siklus I, dihasilkan nilai rata-ratanya adalah 75,57%
    -          Siklus II, dihasilkan nilai rata-ratanya adalah 80%

    BAB I
    PENDAHULUAN

    A.    Latar Belakang Masalah
    Pembangunan Nasional di bidang pendidikan merupakan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Hal ini dalam rangka mewujudkan masyarakat yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi dan disiplin dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
    Usaha menuju terwujudnya visi pendidikan nasional tersebut diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan nasional, yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. Dalam rangka ini pula diberlakukan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Departemen Agama, 2005: 3).
    Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, peran serta madrasah sangat diperlukan, karena di samping mengajarkan sejumlah bidang ilmu pengetahuan umum, juga sebagai ciri khasnya, diajarkan bidang agama Islam yang mendalam untuk menggali ilmu pengetahuan agama.
    Seperti dijelaskan oleh Ali (2004: 1), inti proses pendidikan secara formal adalah mengajar, sedangkan inti proses pengajaran adalah peserta didik belajar. Oleh karena itu mengajar tidak dapat dipisahkan dari belajar, sehingga peristilahan kependidikan kita dikenal ungkapan Proses Belajar Mengajar (PBM) atau proses pembelajaran.
    Menurut Sudjana (2005: 1) ada tiga veriabel utama yang saling berkaitan dengan strategi pembelajaran di sekolah. Ketiga variabel tersebut adalah kurikulum, guru, dan pembelajaran atau proses belajar mengajar.
    Proses pembelajaran dapat dirancang tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai satu-satunya sumber belajar yang mungkin dapat dipakai untuk mencapai hasil pembelajaran, melainkan mencakup interaksi dengan semua sumber belajar yang mungkin dapat dipakai untuk mencapai hasil yang bermakna.
    Peserta  didik dipandang dalam kegiatan pembelajaran  sebagai individu dan sosial. Setiap peserta didik memilki perbedaan minat (interest), kemampuan (ability), kesenangan (preference), pengalaman (experience), dan cara belajar (learning style). Peserta  didik  tertentu mungkin lebih mudah belajar dengan cara mendengar dan membaca, sedangkan peserta didik lain dengan cara melihat, dan peserta didik yang lainnya lagi belajar dengan cara melakukan (learning by doing). Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu disesuaikan dengan karakteristik peserta didik (Sutrisno, 2005: 63).
    Muhammad (1981: 8) mengatakan bahwa setelah guru memikirkan bahan pelajaran, hendaklah ia memikirkan cara menyampaikan bahan ke dalam pikiran peserta didik, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, dan keadaan peserta didik. Guru harus memikirkan metode yang paling baik untuk menyusun materi pembelajaran, dan bahan pembelajaran sebagai mata rantai yang sambung-menyambung.
    Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual peserta didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Kerangka pemikiran demikian dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan kepada setiap peserta didik secara individual. Peserta didik sebagai individu memliki perbedaan sebagaimana disebutkan di atas. Pemahaman ketiga aspek tersebut akan merapatkan hubungan guru dengan peserta didik, sehingga memudahkan melakukan pendekatan mengajar.
    Penguasaan kemampuan pelajaran Aqidah Akhlak diperlukan strategi yang tepat dan cocok. Salah satu strategi yang diterapkan di Madrasah Tsanawaiyah Al Mardliyah khususnya dalam pelajaran Aqidah Akhlak adalah mastery learning. Strategi ini meliputi dua kegiatan, yaitu program pengayaan dan perbaikan (Arikunto, 1988: 31).
    Proses pembelajaran  dengan menggunakan prinsip Belajar tuntas (mastery learning) menguntungkan bagi peserta didik, karena dengan kegiatan pembelajaran ini setiap siswa dapat dikembangkan semaksimal mungkin. Pandangan yang menyatakan semua peserta didik dapat belajar dengan hasil  yang baik juga akan mempunyai imbas pada pandangan  bahwa guru dapat mengajar dengan baik.
    Belajar tuntas pada dasarnya akan menjadikan peserta didik memiliki kemampuan dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, mengecilkan perbedaan intelegensi tinggi dengan intelegensi normal. Belajar tuntas (mastery learning) menjadikan peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran, sehingga di dalam kelas tidak terjadi intelegensi tinggi akan mencapai semua tujuan pembelajaran sedang anak didik yang intelegensi normal mencapai sebagian tujuan pembelajaran atau tidak mencapai sama sekali tujuan pembelajaran (Yamin 2007: 121).
    Belajar tuntas dilandasi oleh dua asumsi. Pertama, mengatakan bahwa adanya korelasi antara tingkat keberhasilan dengan kemampuan potensial (bakat). Hal ini dilandasi teori tentang bakat yang dikemukakan oleh Carrol (1953) yang menyatakan bahwa apabila peserta didik didistribusikan secara normal dengan memperhatikan kemampuannya secara potensial untuk beberapa bidang pengajaran, kemudian mereka diberi pengajaran yang sama dan hasil belajarnya diukur, ternyata akan menunjukkan distribusi normal. Hal ini berarti bahwa peserta didik yang berbakat cenderung untuk memperoleh nilai tinggi. Kedua, apabila pelajaran dilaksanakan secara sistematis, maka semua peserta didik akan mampu  menguasai bahan yang disajikan kepadanya, (Mulyasa, 2004: 53-54).
    Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan penulis di lapangan, diperoleh gambaran bahwa penerapan strategi mastery learningdalam pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Al Mardliyah sudah sejak lama dilakukan oleh guru-guru pengampu mata pelajaran Aqidah Akhlak. Hal ini dapat dilihat bahwa di satu sisi latar belakang pendidikan peserta didik beraneka ragam, sebagian ada yang berasal dari Sekolah Dasar plus Madrasah Diniyah, serta sebagian lagi berasal dari Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, menyebabkan peserta didik Madrasah Tsanawaiyah Al Mardliyah masih memiliki perbedaan-perbedaan individual dalam memahami pembelajaran Aqidah Akhlak dengan menggunakan strategi mastery learning. Sementara itu, guru yang mengampu bidang Aqidah Akhlak bukan berasal dari jurusan Aqidah Akhlak, tetapi didukung oleh faktor sarana dan prasarana yang memadai, proses pembelajaran berlangsung secara continuitas dan sesuai dengan perencanaan pembelajaran.
    Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Meningkatkan Aktivitas Prestasi Belajar Akidah Akhlak Melalui Penerapan Model Pembelajaran Mastery Learning (Belajar Tuntas) (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-A MTs Al Mardliyah Garut).”
    B.     Rumusan Masalah
    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi pokok masalah  dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
    1.      Bagaimana strategi guru menggunakan mastery learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawaiyah Al Mardliyah?
    2.      Bagaimana daya serap peserta didik dalam pembelajaran Aqidah Akhlak dengan mastery lerning di Madrasah Tsanawaiyah Al Mardliyah?
    C.    Tujuan dan Manfaat Penelitian
    1.      Tujuan Penelitian
    Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
    a.      Mendeskripsikan strategi guru dalam mastery learning di bidang pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawaiyah Al Mardliyah.
    b.      Mendeskripsikan daya serap peserta didik dalam pembelajaran Aqidah Akhlak dengan mastery learning di Madrasah Tsanawaiyah Al Mardliyah.
    2.      Manfaat Penelitian
    Adapun manfaat penelitian ini adalah:
    a.      Bagi Siswa
    Melalui hasil penelitian ini diharapkan siswa akan lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran Aqidah Akhlak. Di samping itu siswa akan mendapatkan pembelajaran yang variatif serta berperan aktif, sehingga dimungkinkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
    b.      Bagi Guru
    Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung bagi guru-guru yang terlibat untuk memperoleh pengalaman baru dalam menerapkan metode pembelajaran yang menarik perhatian siswa, tidak monoton dan inovatif. Sehingga pada perkembangan selanjutnya guru akan lebih kreatif dan berusaha menghilangkan kejenuhan siswa melalui penerapan model pembelajaran tersebut.
    c.      Bagi sekolah
    Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman pada guru-guru lain sehingga memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan pendekatan inovasi dalam pembelajaran.

    Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
    hubungi : 0857 2891 6006


    PTK SMP 009 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII F PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI KEGIATAN KELOMPOK BELAJAR TUTOR SEBAYA

    PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII F
    PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI
    KEGIATAN KELOMPOK BELAJAR TUTOR SEBAYA
    DI SMP NEGERI 22 SEMARANG

    ABSTRAK
                Penelitian ini bertolak dari rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran matematika. Hal ini terjadi karena siswa yang tidak lulus pada ujian nasional serta siswa yang tidak naik kelas sebagian besar terganjal pada mata pelajaran tersebut, ibaratnya mata pelajaran matemayika menjadikan “momok” yang menakutkan bagi siswa. Dalam proses pembelajaran terkadang siswa kurang bersemangat, tidak mau menanyakan hal-hal yang kurang jelas, takut salah menjawab pertanyaan dari guru. Permasalahan tersebut diatasi dengan melaksanakan Kegiatan Kelompok Belajar Tutor Sebaya (KKBTS). KKBTS adalah suatu kegiatan belajar yang dilakukan bersama guna menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan belajar.
                Penelitian ini bertujuan (1) meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pada kelas VIII F SMP Negeri 22 Semarang. Hal ini dapat digambarkan adanya peningkatan nilai rapor serta hasil ujian yang baik dan (2) memberdayakan siswa sebagai tutor sebaya dalam kegiatan kelompok belajar, hal ini bertujuan untuk merubah sikap dan perilaku belajar siswa baik di rumah maupun di sekolah kearah yang lebih baik. Perubahan sikap tersebut misalnya motivasi belajar siswa meningkat, siswa berani mengajukan pertanyaan, serta siswa berani menjawab pertanyaan guru saat proses pembelajaran berlangsung.
                Penelitian ini dilakukan menggunakan disain penelitian tindakan kelas yang dirancang dengan dua siklus, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sumber data penelitian adalah siswa dan guru matematika, serta guru peneliti. Jenis datanya berupa kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, jurnal kegiatan siswa, tes hasil belajar. Analisis data kuantitatif menggunakan analisis ststistik deskriptif dan data kualitatif menggunakan analisis kategorial dan fungsional melalui model analisis interaktif.
                Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan hasil belajar mata pelajaran matematika kelas VIII F SMP Negeri 22 Semarang. Peningkatan padsa siklus I mencapai 3,42 atau 9% dan peningkatan pada siklus II mencapai 11,55 atau 30,40%. Peningkatan tersebut juga diikuti perubahan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran. Perubahan sikap tampak pada motivasi siswa, kemauan siswa mengajukan pertanyaan, serta keberanian siswa menjawab pertanyaan guru saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian dapat direkomendasikan agar KKBTS tidak hanya dilaksanakan pada mata pelajaran matematika, tetapi dapat digunakan pada mata pelajaran lainnya.
               
    BAB I
    PENDAHULUAN

    A.    Latar Belakang Masalah
    Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (UU RI 2003 : 8). Untuk mengembangkan potensi anak didik seperti yang diamanatkan pada Undang-Undang di atas tidaklah mudah dan ini memerlukan proses yang panjang melalui pendidikan. Pendidikan berarti proses seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah lainnya dalam hidup bermasyarakat. Proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih  dan terkontrol  (khususnya yang datang dari sekolah) sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal (Hadikusumo dkk. 1995 : 19).
    Dari pengertian di atas dapat ditarik simpulan bahwa pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan, atau suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam pertumbuhannya, pendidkan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha untuk mewujidkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu, sehingga tercapai pola hidup pribadi  dan sosial yang memuaskan. Pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi juga untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju ke tingkat kedewasaan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diberikan ciri atau unsur umum dalam pendidikan yaitu (1) pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang kemampun-kemampuan dirinya berkembang, sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu, warga negara atau warga masyarakat, (2) untuk mencapai tujuan tersebut pendidikan perlu melakukan usaha-usaha yang disengaja dan berencana dalam memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai, (3) kegiatan tersebut dapat diberikan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, pendidikan formal dan pendidikan non formal.
    Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan (Prayitno dkk. 1997 : 21). Kalimat tersebut telah secara langsung memuat pengertian dan tujuan pokok bimbingan dan konseling  di sekolah. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar siswa mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri, serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan lebih lanjut. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar siswa mengenal secara obyektif lingkungan, baik lingkungan sosial dan ekonomi, lingkungan budaya yang sarat dengan nilai dan norma-norma, maupun lingkungan fisik, dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula. Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar para siswa mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier, maupun bidang budaya, keluarga, maupun masyarakat.
    Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan, maksudnya adalah agar para siswa dapat mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya, mengenal lingkungan baik lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan sekolah, menentukan sendiri keputusan-keputusan yang diambil. Dalam proses pengambilan keputusan tersebut siswa harus mendapat bimbingan langsung baik dari orang tua, guru pembimbing maupun guru mata pelajaran.
    Dalam penelitian ini, peneliti termotivasi melihat hasil ujian nasional beberapa siswa pada mata pelajaran matematika di SMP Negeri 22 Semarang dari waktu kewaktu di bawah standar sehingga mengakibatkan siswa tidak lulus ujian. Melihat kenyataan tersebut peneliti mencoba meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas VIII F di SMP Negeri 22 Semarang melalui kegiatan kelompok belajar tutor sebaya (KKBTS) yang merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik. Selain itu juga sebagai sarana pengembangan motivasi dan disiplin belajar (Hastuti dkk.  2006 : 8). Mengacu pada ciri atau unsur umum dalam pendidikan butir (2) di atas, untuk mencapai tujuan tersebut pendidikan perlu melalukan usaha-usaha yang disengaja dan berencana dalam memilih isi (materi), strategi kegiatan dan teknik penilaian yang sesuai. KKBTS merupakan salah satu upaya atau usaha dan strategi untuk peningkatan nilai pada mata pelajaran matematika di kelas VIII F SMP Negeri 22 Semarang.

    B.      Rumusan Masalah
    Masalah yang  mendasar pada penelitian ini adalah rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Hal ini terjadi karena siswa yang tidak lulus pada ujian nasional serta siswa yang tidak naik kelas sebagian besar terganjal pada mata pelajaran matematika, ibaratnya mata pelajaran matematika menjadikan “momok” bagi siswa.
    Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada pendahuluan, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
    1.            Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa kelas VIII F SMP Negeri 22 Semarang pada mata pelajaran matematika melalui kegiatan kelompok belajar tutor sebaya?
    2.            Bagaimana perubahan sikap dan perilaku siswa di kelas VIII F SMP Negeri 22 Semarang dengan kegiatan kelompok belajar tutor sebaya?         

    C.    Tujuan Penelitian
    Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan penelitian  sebagai berikut.
    1.            Meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pada kelas VIII F SMP Negeri 22 Semarang. Hal ini dapat digambarkan adanya peningkatan nilai ulangan harian dan tujuannya peningkatan nilai rapor serta hasil ujian nasional yang baik.
    2.            Memberdayakan siswa sebagai tutor sebaya dalam kegiatan kelompok belajar, hal ini bertujuan untuk merubah sikap dan perilaku belajar siswa baik di rumah maupun di sekolah kearah yang lebih baik. Perubahan-perubahan sikap itu misalkan siswa berani mengajukan pertanyaan kepada guru saat proses belajar di kelas berlangsung, kesungguhan siswa saat mengikuti pelajaran, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.

    D.    Manfaat Penelitian
    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
    1.            Meningkatkan kerjasama antara guru pembimbing dengan guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 22 Semarang dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa.
    2.            Membantu guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 22 Semarang dalam kaitannya meningkatkan hasil belajar siswa terutama menghadapi ujian akhir semester atau ujian nasional.
    3.            Melatih  siswa menumbuhkan rasa kesetiakawanan emosi sosial serta berlatih hidup bermasyarakat.
    4.            Menjadikan siswa sebagai model pembelajaran dalam KKBTS.



    Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
    hubungi : 0857 2891 6006


    PTK SMP 048 UPAYA MENGOPTIMALKAN BIMBINGAN KONSELING UNTUK MENGATASI PERILAKU MENYIMPANG SISWA

    UPAYA MENGOPTIMALKAN BIMBINGAN KONSELING UNTUK MENGATASI PERILAKU MENYIMPANG SISWA KELAS IXB SMP NEGERI 3 WIDODAREN KABUPATEN NGAWI

     BAB I

    PENDAHULUAN

    A.    Latar Belakang Masalah

                    Pada abad modern sekarang ini, perkembangan masyarakat sudah sangat maju. Segala bidang kehidupan masyarakat maju dengan pesat, termasuk dalam bidang hukum dan teknologi. Dengan pesatnya perkembangan teknologi, maka akan membawa dampak positif dan negatif. Dampak positif adalah membawa kehidupan yang lebih cepat dan menjamin kemudahan, sedangkan dampak negatifnya adalah dengan semakin meningkatnya kejahatan dan pelanggaran.

                Masyarakat modern yang serba komplek sebagai produk kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi memunculkan banyak masalah sosial. Usaha adaptasi atau penyesuaian diri terhadap masyarakat modern yang sangat kompleks itu menjadi tidak mudah. Kesulitan mengadakan adaptasi dan adjustment menyebabkan banyak kebimbangan, kebingungan, kecemasan dan konflik, baik konflik eksternal yang terbuka maupun yang internal dalam batin sendiri yang tersembunyi dan tertutup sifatnya.

                    Sebagai dampak dari kondisi yang semacam ini banyak orang lalu mengembangkan pola tingkah laku menyimpang dari norma-norma hukum, dengan jalan berbuat semaunya sendiri demi keuntungan sendiri dan kepentingan pribadi, kemudian mengganggu dan merugikan pihak lain.

                    Pada zaman modern seperti sekarang ini bertemulah banyak kebudayaan sebagai hasil dari makin akrabnya komunikasi daerah, nasional dan internasional. Percampuran bermacam-macam budaya itu dapat berlangsung lancar dan lembut, akan tetapi tidak jarang berproses melalui konflik personal dan sosial yang hebat. Banyak pribadi yang mengalami gangguan jiwani dan muncul konflik budaya yang ditandai dengan keresahan sosial serta ketidakrukunan kelompok-kolompok sosial. Sebagai akibat lanjut timbul ketidaksinambungan, disharmoni, ketegangan, kecemasan, ketakutan, kerusuhan sosial dan perilaku yang melanggar norma-norma hukum formal. Situasi sosial yang demikian ini mengkonsionir timbulnya banyak perilaku paotogis sosial atau sosiopatik yang menyimpang dari pola-pola umum, sebab masing-masing orang hanya menaati norma dan peraturan yang dibuat sendiri.

                    Sebagian besar dari mereka bertingkah laku seenak sendiri tanpa mengindahkan kepentingan orang lain, bahkan suka merampas hak-hak orang lain. Akibatnya muncullah banyak masalah sosial yang disebut dengan tingkah laku sosiopatik, deviasi sosial, disorganisasi sosial, disintegrasi sosial dan diferensiasi sosial.

                    Kenakalan remaja merupakan bagian dari masalah sosial yang seringkali muncul di berbagai daerah. Perkembangan remaja yang saat ini terjadi sangat relevan dengan perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku, sehingga seringkali pergaulan ini menyebabkan masalah sosial apabila tidak ada pengawasan yang ketat dari berbagai pihak yang terkait seperti keluarga, lingkungan, pemerintah maupun sekolah.

                  Tingkah laku menyimpang menurut Supartinah Sadli yang dikutip oleh Sofyan S. Willis adalah “Tingkah laku yang melanggar atau bertentangan atau menyimpang dari aturan-aturan normatif.” Dari definisi ini jelaslah bahwa asumsi  terhadap tingkah laku yang menyimpang ditentukan oleh norma-norma yang dianut oleh anak. Masyarakat adalah komunitas terakhir yang menentukan apakah anak melakukan perilaku menyimpang.
                  Dalam mengikuti tuntutan masa depan, pelaksanaan pembangunan bidang pendidikan menjadikan sesuatu hal yang sangat penting, karena dengan pendidikan orang akan mengenal, memahami, dan menyesuaikan dengan lingkungan, dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan diharapkan siswa didik menjadi lebih mampu dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi sehingga diperoleh solusi terbaik dari permasalahan itu. Sedangkan tujuan pendidikan seperti yang digariskan dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1998 adalah :
    Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertagwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan bangsa.

     

                  Tujuan pembelajaran di dalam sekolah adalah menitikberatkan pada perilaku siswa atau perbuatan (performance) sebagai suatu jenis out put yang terdapat pada siswa dan teramati hal tersebut menunjukkan bahwa siswa tersebut telah melaksanakan kegiatan belajar. Dalam pola pelaksanaan pendidikan tidak terlepas peran keluarga, sekolah maupun masyarakat, bahkan dari kenyataan bahwa pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama yang kehidupan anak-anak maupun menerapkan sebagai makhluk sosial, disamping itu keluarga sangat berperan dalam pembentukan watak, tingkah laku, moral dan pendidikan kepada anak. Disamping itu keluarga juga sebagai tempat untuk belajar memahami dirinya tempat belajar tentang norma yang ada itu.
                  Adapun pengajar dalam hal ini guru tugas utamanya adalah mendidik, melatih, membimbing siswa untuk belajar dan mengembangkan dirinya. Guru dalam melaksanakan tugasnya diharapkan dapat membantu siswa sebagai individu yang dalam hal ini dapat hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat modern, disamping tugas pengajar belum selesai atau berakhir setelah menyampaikan materi pelajarannya dikelas. Sebagai pendidik, guru juga bertanggungjawab memberikan binaan, bimbingan siswa-siswanya dalam menyelesaikan masalah sehari-hari, sehingga siswa betul-betul mampu mandiri dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip-prinsip dan teori-teori yang telahmereka dapatkan dibangku sekolah. Disamping guru sebagai seorang pengajar, guru juga seorang tenaga professional yang memiliki peranan yang sangat besar dalam dunia pendidikan, guru harus mampu memberikan keputusan pelayanan dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini guru harus mampu memilih dan menerapkan strategi serta metode pembelajaran, metode pelayanan bimbingan yang cocok, sehingga tercipta suasana pembelajaran yang demokratis dan dapat menyenangkan siswa.
                  Hal semacam ini belum semuanya dapat dilaksanakan oleh semua guru pada saat mengajar, mengingat semua guru belum semuanya menggunakan metode konvensional, termasuk di SMP Negeri 2 Randublatung. Maka hasil yang diperoleh belum memenuhi ketuntasan belajar yang disyaratkan secara nasional. Kondisi yang sesuai dengan kenyataan masih kurangnya guru pembimbing di SMP Negeri 2 Randublatung mengingat idealnya seorang guru pembimbing mengasuh / membimbing 150 siswa padahal di SMP Negeri 2 Randublatung hanya ada seorang guru pembimbing yang masih jauh dari harapan.  

    B.     Perumusan Masalah
                   Agar permasalahan yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan penulisan PTK mencapai tujuan yang diinginkan maka perlu disusun perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang dan pembatasan masalah dimana perumusan tersebut antara lain : Apakah dengan menggunakan layanan bimbingan pribadi dapat mengatasi kenakalan siswa kelas VII D di SMP Negeri 2 Randublatung ?

    C.    Tujuan Penelitian
                   Dalam suatu penelitian, pastilah ada tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari penelitian dalam penulisan penelitian  ini adalah :
    1.      Untuk mengetahui tingkat kenakalan siswa kelas VII D SMP Negeri 2 Randublatung
    2.      Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kenakalan siswa kelas VII D SMP Negeri 2 Randublatung
    3.      Untuk mengetahui efektivitas pelayanan bimbingan pribadi dalam mengatasi kenakalan siswa pada kelas VIID SMP Negeri 2 Randublatung

    D.    Manfaat Penelitian
    1.      Manfaat Teoritis

    a.    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru dalam pelayanan bimbingan terhadap murud.

    b.    Hasil penelitian ini diharapkan bisa melukiskan bagaimana proses pemberian bimbingan pada siswa disekolah.

    2.      Manfaat Praktis

    Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan dan saran bagi guru dan pihak sekolah dalam menerapkan metode yang tepat dalam pelayanan bimbingan kepada siswa sekolah.



    Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
    hubungi : 0857 2891 6006


    PT-001: Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor faktor Produksi Pada Usahatani Kubis

    Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor faktor Produksi Pada Usahatani Kubis

    RINGKASAN

    Skripsi dengan judul "Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor faktor Produksi Pada Usahatani Kubis" disusun berdasarkan hasil penelitian usahatani kubis di Kabupaten Tegal yang dilaksanakan pada bulan Maret- April 2000.
    Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji biaya. penerimaan dan keuntungan dari usahatani kubis, mengkaji pengaruh beberapa faktor produksi terhadap produksi kubis dan mengkaji efisiensi ekonoini penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani kubis. Faktor-faktor produksi yang dikaji adalah luas lahan , benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk kandang, pupuk SP-36, pupuk KCI dan pupuk ZA. Untuk mengetahui hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksi, digunakan model fungsi produksi Cobb-Douglass yang kemudian dianalisis dengan analisis regresi linier berganda. Pendekatan yang digunakan untuk mencapai kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi yang optimal adalah meminimumkan biaya.
    Metode dasar penelitian menggunakan metode deskriptif analitis abstrak. Lokasi penelitian di kabupaten Tegal. Dari kabupaten tersebut diambil sampel kecamatan secara sengaja (purposive), dengan kriteria kecamatan tersebut merupakan penghasil kubis yang memiliki luas tanam dan produktivitas terbesar di kabupaten Tegal terpilih kecamatan Bumijawa. Dan kecamatan terpilih diambil dua desa dengan kriteria desa penghasil kubis yang produktivitasnya lebih besar dibanding produktivitas rata-rata di kecamatan tersebut, terpilih Desa Batumirah dan desa Sawangan. Dari dua desa terpilih ditetapkan 30 orang petani kubis sebagai sampel, dari tiap desa ditetapkan secara proporsional random sampling. Penentuan petani sampel dilakukan secara acak dengan cara undian. Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder.
    Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata luas lahan sebesar 9.112 m2. Rata-rata penggunaan faktor produksi yang lain per hektarnya adalah benih sebesar 0,115 kg, tenaga kerja sebesar 265,67 JKO, pupuk urea sebesar 181,60 kg, pupuk kandang sebesar 3.253 kg, pupuk SP-36 sebesar 45,83 kg, pupuk KCI sebesar 26 kg dan pupuk ZA sebesar 55,83 kg. Rata-rata produksi kubis per hektar sebesar 10.000,00 kg, total penerimaan usahataninya rata-rata sebesar Rp. 9.890.437,52 per hektar., biaya rata-rata per hektar sebesar Rp.2.670.925,44, keuntungan yang diperoleh rata-rata Rp. 7. 219.511,989 per hektar.
    Hubungan fisik antara faktor-faktor produksi kubis dengan produksi kubis digunakan model fungsi produksi Cobb-Douglass. Hasil analisis regnesi diperoleh model fungsi produksi Cobb-Douglass Y= 1,8414.X10,1600. X20,0926 X30,4317 X40,2496 X50,0232 X60,0366X70,0366 X80196 Hasil analisis regresi menunjukkan faktor produksi luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk kandang, pupuk SP-36, pupuk KCI dan pupuk ZA secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi kubis. Faktor produksi yang berpengaruh paling dominan adalah faktor produksi tenaga kerja.

    Hasil analisis juga menunjukkan bahwa nilai penjumlahan dari koefisien regresitor produksi lebih besar dari satu yang berarti bahwa skala usaha berada pada kondisi'increasing Return to Scale". Pada kondisi ini skala usaha berada pada tahap produksi I atau tahap tidak rasional, sehingga pendekatan keuntungan maksimum tidak tepat digunakan. Untuk itu menggunakan pendekatan meminimumkan biaya dengan melihat perbandingan produk fisik marginal dengan harga faktor produksi. Dan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mencapai kondisi yang optimal.


    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 1997. .Iurnal Holtikultura. Badan dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura. Jakarta. Indonesia.
    Bishop, C. E dan W.D. Toussaint, 1979. Pengantar Analisis Ekonomi Pertanian. Mutiara Jakarta.
    Faisal, S, 1999. Format format Penelitian Sosial. PT Raja Grafindo Persada Jakarta
    Gujarati,D dan Zain, S, 1995. Ekonometrika Dasar. Erlanga. Jakarta. Hemanto,
    F, 1993. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
    Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta '
    Nawawi, H.H dan Martini H.M, 1996. Penelitian Terapan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
    Prasetya, P, 1996. Ilmu Usahatani II. UNS Press. Surakarta.
    Permadi, A.H. dan Sudarwohadi, S, 1993. Kubis. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Balai Pertanian Holtikultura Lembang
    Singarimbun, M dan Effendi, 5.1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.
    Soekartawi, 1990. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglass. CV Rajawali. Jakarta.
     _____ , 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasinya. CV. Rajawali. Jakarta.
    Supranto, S,1995. Ekonometrika Buku Satu. Lembaga Penerbit FE UL. Jakarta. 
    ______ , 1995. Ekonometrika Buku Dua. Lembaga Penerbit FE UL Jakarta
    Yunandari,B. 1998. Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor faktor Produksi Pada Usahatani Kubis di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Skripsi S-1 Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta,.


    Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
    hubungi : 0857 2891 6006

    DOWNLOAD

    KATALOG PTK TK
    Download
    KATALOG PTK SD
    Download
    KATALOG PTK SMP
    Download
    KATALOG PTK SMA
    Download
    KATALOG PTS
    Download
    Bikin PTK/PTS

    Download form penyusunan PTK/PTS

    Download

    Start Work With Me

    Kontak langsung via WA


    Penelitian Tindakan Kelas
  • PTK SD
  • Penelitian Tindakan Kelas SD/MI

  • PTK SMP
  • Penelitian Tindakan Kelas SMP/MTs

  • PTK SMA
  • Penelitian Tindakan Kelas SMA/MA/SMK


    Experience
    Lead Developer

    State Art company

    UI/UX Developer

    Design Corporation

    Front-End Developer

    Creative Design Studio


    My Skills
    Penyusunan PTK
    Penyusunan PTS
    Contoh PTK
    Contoh PTS
    Contact Us
    Jasa Pintar
    0857 2891 6006 (WA Only)
    Surakarta, Jawa Tengah
    Hubungi kami melalui form ini (Mohon lengkapi dengan alamat email dan nomor WA)

    Blog Archive