GUDANG PTK PTS

Contoh

image
Hello,

Kami, Jasa Pintar

KAMI MEMBANTU DALAM PENYUSUNAN TUGAS-TUGAS ANDA, KAMI MENYEDIAKAN REFERENSI DAN KAMI SANGAT TIDAK MENDUKUNG PLAGIATISME.

TERIMA KASIH


Penelitian Tindakan Kelas
  • PTK SD
  • Penelitian Tindakan Kelas SD/MI

  • PTK SMP
  • Penelitian Tindakan Kelas SMP/MTs

  • PTK SMA
  • Penelitian Tindakan Kelas SMA/MA/SMK


    Experience
    Lead Developer

    State Art company

    UI/UX Developer

    Design Corporation

    Front-End Developer

    Creative Design Studio


    My Skills
    Penyusunan PTK
    Penyusunan PTS
    Contoh PTK
    Contoh PTS

    764

    Awards Won

    1664

    Happy Customers

    2964

    Projects Done

    1564

    Photos Made

    Layanan Kami

    Contoh PTK

    Menyediakan RATUSAN Judul Contoh Penelitian Tindakan Kelas (SD/SMP/SMA) yang dapat Anda gunakan sebagai bahan referensi

    Contoh PTS

    Menyediakan Judul Contoh Penelitian Tindakan Sekolah (Kepala Sekolah/Pengawas) yang dapat Anda gunakan sebagai bahan referensi

    Bikin PTK/PTS

    Jika Anda tidak menemukan judul yang sesuai pada katalog kami, tentukan sendiri judul PTK/PTS Anda, kami siap membantu dalam penyusunan

    Clean Code

    Fusce quis volutpat porta, ut tincidunt eros est nec diam erat quis volutpat porta

    Photographic

    Fusce quis volutpat porta, ut tincidunt eros est nec diam erat quis volutpat porta

    Unlimited Support

    Fusce quis volutpat porta, ut tincidunt eros est nec diam erat quis volutpat porta

    CONTOH PTK PTS

    PTK SMP 015 : Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe stad dengan lks bergambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III.3 pada mata pelajaran biologi di SMP Negeri 1 Sape tahun ajaran 2006/2007

    BAB I
    PENDAHULUAN
    1.1.       Latar Belakang Masalah
    Biologi Sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam merupakan salah satu mata pelajaran yang mempelajari makhluk hidup dan segala seluk beluknya. untuk mengantisipasi agar peserta didik tidak bosan dan jenuh dalam mempelajari ilmu ini, maka harus ditunjang oleh muatan kurikulum yang relevan sesuai dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi yang bergerak cepat dan kompek, juga dan sangatlah penting ditopang profesional dan kemampuan guru dalam pengelolaan dan penerapan metode pembelajara biologi didalam maupun diluar kelas.
    Bertitik tolak dari uraian diatas dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan pengajaran biologi perlu pengubah paradigma lama bahwa guru dalam pengelola. Kegiatan mengajar menggunakan hal yang tidak beroriantasi pada ”Bagaimana saya belajar (Tearcher Conterend) tetapi lebih kepada bagaimana saya membelajarkan siswa Depdiknas SN. 43.44)”. Untuk mengantisipasi Perubahan para digma tersebut sangat didukung oleh kurikulum 2004 dimana proses belajar mengajar bukan untuk mengejar target kurikulum semata tetapi lebih kepada Melaksanakan kompetensi apa yang diperoleh peserta didik. Salah satu bentuk Pendekatan dalam kurikulum 2004 adalah Contektual Teaching and Learning (CTL) Bleachard, 2001, dalam Depdiknas SN. 38 menjelaskan “Pengajaran dan Pembelajaran Contektual merupakan suatu konsepsi yang membantu mengaitkan isi materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antar pengajaran dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga masyarakat, tenaga kerja”. Perangkat pembelajaran Contektual kini telah diselaraskan dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan kognitifnya sesuai dengan keahlian anak itu.
    Pengalaman dalam proses pembelajaran biologi khususnya materi cara-cara perkembangbiakan dengan metode ceramah dan diskusi tampa gambar-gambar makhluk hidup (media pembelajaran) siswa kurang termotivasi dan suasana belajar kurang menggairahkan serta tidak cukup efektif dalam memanfaatkan buku sumber yang ada. Berdasarkan berbagai pemikiran diatas dan pengalaman Menjalankan tugas mendorong penulis untuk membuat sedikit Perubahan mengenai strategi pembelajaran dan ingin melakukan Penelitian tindakan kelas dengan judul ” Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe stad dengan lks bergambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III.3 pada mata pelajaran biologi di SMP Negeri 1 Sape tahun ajaran 2006/2007”
    1.2.       Perumusan Masalah.
    Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang timbul adalah sebagai Berikut :
    1)      Motivasi belajar siswa tentang cara-cara perkembangbiakan kurang.
    2)      Kemampuan / prestasi anak mengenal cara-cara perkembangbiakan kurang
    1.3.       Cara Pemecahan masalah.
    Dari permasalahan-permasalahan yang muncul tersebut penulis mencoba melaksanakan dengan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan LKS bergambar dan didalamnya diajukan beberapa pertanyaan.
    1.4.       Tujuan penelitian
    1)      Mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran biologi kelas IX semester I mengenai konsep cara-cara perkembangbiakan melalui pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan LKS bergambar.
    2)      Mengetahui permasalah-permasalahan yang dihadapi siswa sehingga dapat dicari solusinya.
    1.5.       Manfaat Penelitian
    1)      Bagi Siswa
    Meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada konsep cara-cara perkembangbiakan makhluk hidup demikian pula pada konsep-konsep berikutnya.
    2)      Bagi Guru
    a.       Sebagai bahan acuan untuk mengintropeksi diri agar lebih baik dalam meningkatkan profesionalisme untuk melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar.
    b.      Sebagai bahan acuan bagi guru untuk dapat memilih metode pembelajaran bagi siswa yang lebih tepat.
    3)      Bagi Sekolah
    Hasil penelitian nanti akan memberikan sumbangan yang berharga bagi Sekolah itu sendiri dalam rangka perbaikan pembelajaran pada Khususnya dan sekolah lainnya pada umumnya.

    Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word), 
    hubungi Telp/SMS/WA: 0857 2891 6006

    Penggunaan Metode Diskusi Mata Pelajaran IPS SejarahDalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik di SD Sampangan 04 Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang Tahun Ajaran 2004-2005


     


    ABSTRAK
    2006. Penggunaan Metode Diskusi Mata Pelajaran IPS Sejarah Pada Mata Pelajaran IPS Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik di SD Sampangan 04 Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang Tahun Ajaran 2004-2005.
    Jurusan Sejarah fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
    Prestasi belajar IPS dewasa ini banyak mendapatkan sorotan dari berbagai pihak, terutama para pengamat pendidikan. Banyak usaha yang dilakukan dalam rangka meningkatkan prestasi tersebut. Salah satu upaya itu adalah melakukan pengajaran dengan menggunakan Metode Diskusi. Alasan tersebut diupayakan agar prestasi peserta didik meningkat dan peserta didik lebih aktif untuk menemukan dan mencari sendiri tentang tugas yang dibebankan. Dengan demikian metode ini lebih mengembangkan kemandirian peserta didik untuk bekal dalam kehidupan kelak. Metode ini digunakan untuk melihat perbedaan yang signifikan antara prestasi peserta didik yang diajar dengan metode diskusi dan yang tidak dengan menggunakan metode diskusi.
    Permasalahan dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prestasi belajar IPS, mengetahui penggunaan metode diskusi dengan peningkatan prestasi belajar, serta mengetahui perbedaan prestasi belajar yang menggunakan dan tidak menggunakan metode diskusi pada peserta didik di SD Sampangan 04 Kecamatan gajahmungkur Kota Semarang Tahun Ajaran 2004-2005. Manfaat yang diperoleh adalah secara akademis, praktis dan teoretis.
    Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VI SD Negeri Sampangan 04 Kecamatan Gajahmungkur Tahun Ajaran 2004 – 2005 yang keseluruhannya berjumlah 60 orang peserta didik terdiri dari 2 kelas yaitu kelas VI A dan VI B, dengan pengambilan sampel secara Total Sampling. Metode yang digunakan adalah Metode Evaluasi (test), observasi, dokumentasi untuk menjawab tiga permasalahan tersebut di atas, dengan menggunakan metode Analisa Deskriptif dan Hipotesis. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan terikat Variabel independen (bebas ) yaitu penggunaan metode diskusi pada mata pelajaran IPS. Sedangkan variabel dependen (terikat) adalah hasil belajar peserta didik kelas VIB, SD Sampangan 04 Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang.
    Dari hasil perhitungan diketahui t = 2,632 pada taraf signifikansi 50%, N = 30, sedangkan pada tabel t = 2,457 sehingga t hitung > t tabel. Atau dengan kata lain terdapat perbedaan prestasi belajar sejarah yang positif dan signifikan pada peserta didik kelas VI tahun ajaran 2004 – 2005 di SD Negeri Sampangan 04 Kecamatan Gajagmungkur Kota Semarang.
    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang menggunakan metode diskusi memiliki prestasi belajar lebih baik dibanding peserta didik yang diberi pelajaran hanya menggunakan metode ceramah secara monoton. Oleh sebab itu metode ceramah perlu didukung dengan metode lain yang relevan. Salah satu metode yang cocok dipadukan adalah dengan metode diskusi.
    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, untuk selanjutnya penulis ingin memberikan saran yang dapat membantu usaha meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS Sejarah sebagai berikut : 1) sekolah perlu memberikan metode diskusi selain penggunaan metode ceramah atau yang lain, 2) untuk peningkatan prestasi belajar, penggunaan metode diskusi sangant diperlukan, 3) dengan menggunakan media diskusi penyampaian materi mata pelajaran IPS Sejarah akan lebih baik dan peserta didik akan lebih aktif.

    Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word), 
    hubungi Telp/SMS/WA: 0857 2891 6006



    PTK SD 048 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri Rajegwesi 02 Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal dalam Menentukan Volum Bangun

    Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri Rajegwesi 02 Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal dalam Menentukan Volum Bangun Ruang Melalui Penggunaan Alat Peraga Kubus Satuan

    ABSTRAK

    xxxxxxxxxxxxx, FMIPA, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri Rajegwesi 02 Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal dalam Menentukan Volum Bangun Ruang Melalui Penggunaan Alat Peraga Kubus Satuan.

    Berdasarkan hasil belajar siswa dua tahun yang lalu yaitu tahun pelajaran 2003/2004 dan tahun 2004/2005 di SD Negeri Rajegwesi 02 pada pokok bahasan menentukan volum bangun ruang rata-rata hasil belajar siswa masih rendah yaitu baru mencapai 5,6 dan 5,9. Hal itu merupakan masalah bagi guru untuk meningkatkan hasil belajar pada pokok bahasan tersebut. Upaya yang dilakukan melalui penggunaan alat peraga kubus satuan diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar pokok bahasan menentukan volum bangun ruang. Rumusan masalah yang diajukan dalam skripsi ini berbunyi “Apakah penggunaan alat peraga kubus satuan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Rajegwesi 02 Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal dalam menentukan volum bangun ruang (balok dan kubus)? Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Rajegwesi 02 Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal dalam menentukan volum bangun ruang (balok dan kubus) melalui penggunaan alat peraga kubus satuan. Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah meningkatnya hasil belajar pokok bahasan menentukan volum bangun ruang, bagi guru meningkatnya kualitas pembelajaran dan bagi sekolah dapat memberikan kontribusi yang positif bagi upaya peningkatan hasil belajar siswa.
    Penelitian ini dengan penelitian tindakan kelas (PTK), dilaksanakan selama tiga siklus, metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan pengamatan dan tes. Subyek penelitian adalah siswa kelas VI, indikator keberhasilan penelitian ini adalah jika rata-rata kelas telah meperoleh nilai minimal.
    Dari hasil penelitian diperoleh bahwa hasil belajar siswa pada pokok bahasan menentukan volum bangun ruang ( balok dan kubus) mencapai rata-rata 6,4 pada siklus I, 6,8 pada siklus II dan 8,5 pada siklus III. Berdasarkan hasil tersebut, disimpukan bahwa penggunaan alat peraga kubus satuan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan tersebut. Dari hasil pengamatan juga dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas dalam pembelajaran.
    Saran, yang dapat disampaikan kepada guru kelas VI agar menggunakan alat peraga kubus satuan dalam mengajarkan materi menentukan volum bangun ruang, dan siswa kelas VI diharapkan berlatih dengan menggunakan alat peraga kubus satuan untuk mengerjakan soal-soal latihan menentukan volum bangun ruang sehingga memudahkan dalam menyelesaikan soal tersebut.


    DAFTAR PUSTAKA
    Abdurahman, Mulyono, Kesulitan Belajar Matematika, Jakarta: Gramedia
    Depdikbud, 1994, GBPP Matematika SD, Jakarta: Depdikbud
    Depdikbud, 1994 Kurikulum : Garis-Garis Besar Pengajaran Matematika, Jakarta : Penerbit Depdikbud.
    Erman Amti. 1992. Diagnistik Kesulitan Belajar Anak. Jakarta: Gramedia.
    Hollands Roy. 1991. Kamus Matematika. Erlangga. Jakarta
    Kasijan, 1984. Dasar-dasar Proses Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
    Lisnawati Simanjutak, 1999. Metode Mengajar Matematika I. Jakarta: Rineka Cipta
    Poerwadarminta, 1988. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
    Rustiyah NK. 1995. Masalah-Masalah Keguruan. Jakarta: Bumi Aksara
    Sardiman, 1998. Motivasi dan Interaksi Belajar. Jakarta: rajawali Pres
    Suyitno Amin,dkk.2001. Matematika Sekolah 1. FMIPA UNNES. Semarang
    Tim MKPBM,2001. Struktur Pengajaran Matematika, Semarang.
    Tim MKDK IKIP Semarang. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: ILIP Pres.
    UPI. 2001. Common Text Book Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: Jurusan MIPA UPI
    Winarno Surahmad, 1981. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
    Winkel. 1998. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia
    Widodo Supriyono, 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

    Untuk mendapatkan file lengkap (Ms.Word/pdf) 
    hubungi : 0857 2891 6006

    Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Rimedial Siswa Kelas VI SDN...

    Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Rimedial Siswa Kelas VI SDN...
     
    ABSTRAKS

    …………... Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Rimedial Siswa Kelas VI SDN …………….Tahun Pelajaran 2004/2005.
    SKRIPSI. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas ………………….. Agustus 2005.
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar matematika dengan pembelajaran remedial pada siswa kelas SDN /……………. Tahun Pelajaran 2004/2005.
    Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode tindakan kelas, sedangkan strategi yang digunakan adalah model siklus dengan langkah – langkah menyusun rencana, mengadakan tindakan, pengamatan dan mengadakan perencanaan.
    Dalam penelitian ini tidak menggunakan teknik sampling karena samplingnya semua siswa yang mengalami kesulita belajar Matematika pada kelas SDN ………….. Tahun Pelajaran 2004/2005. yaitu sisw ayang nilainya di bawah nilai rata – rata kelas, yang berjumlah 3 siswa. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi langsung dan tes analisis data adalah dengan analisis terarah dengan langkah – langkah langsung dan tes analisis data kesimpulan.
    Dari keseluruhan putaran siklus yang telah dilakukan dapat disimpukan, bahwa guru kelas mampu meningkatkan prestasi belajar Matematika melalui pembelajaran remidian siswa kelas VI SDN ……………. Tahun Pelajaran 2004/2005.
    Dai keseluruhan putaran siklus yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa guru kelas mampu meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VI SDN …………, melalui pembelajaran Remidial, Tahun Pelajaran 2004/2005.

    Untuk mendapatkan file lengkap (pdf / Ms.Word) hubungi : 0857 2891 6006

    PTK SD 038 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN REMEDIAL SISWA KELAS VI SD

    PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN REMEDIAL SISWA KELAS VI SDN 1 DUKUH RINGIN, DAWE, KUDUS, TAHUN PELAJARAN 2004/2005
     
    BAB I
    PENDAHULUAN
    A. Latar Belakang Masalah
    Mata Pelajaran Matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Mata pelajaran ini termasuk pelajaran yang sisegani siswa, karena untuk memahami materi terkadang perlu adanya kejelian dalam berfikir, ketelitian dalam pengerjaan dan waktu yang cukup untuk mengadakan latihan, baik pada jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran.
    Dari kenyataan tersebut, tidaklah mustahil apabila siswa mengalami kesulitas belajar dalam mata pelajaran Matematika. Hal ini dapat dilihat dari prestasi atau hasil belajar siswa yang lazimnya ditunjuk oleh nilai tes angka yang diberikan oleh guru.
    Matematika merupakan salah satu ilmu dasar atau ilmu murni yang pada kenyataannya telah berkembang dengan pesatnya baik materi maupun manfaatnya. Hal ini terjadi seiring dengan perkembangan iptek, oleh karena itu Matematika sekolah yaitu Matematika yang diajarkan dis ekolah khususnya jenjang pendidikan dasar dan menengah, harus senantiasa memeprtimbangkan tahap – tahap perkembangan intelektual siswa.
    Aturan – aturan yang ada dalam Matematikan mengajarkan agar kita berpikir logis, rasional, cermat, efisien dan efektif, kemampuan tersebut sangat dibutuhkan guna meyongsong era persaingan bebas yang semakin mengglobal. Berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah, guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, salah satunya dalah pengadaan dan peningkatan fasilitas penunjang baik bagi sisiwa maupun bagi para gurnya melalui penataran – penataran dan pemebrian kesempatan untuk melanjutkan belajar.
    Sampai saat sekarang masih banyak terdengar keluhan bahwa mata pelajaran Matematika membosankan, tidak menarik dan bahkan penuh misteri. Hal ini disebabkan pelajaran Matematika dirasakan sukar, dan nampaknya tidak ada kaitannya dalam kehidupan sehari – hari. Kenyataan ini adalah suatu persepsi yang negatiye terhadap Matematika. Persepsi ini pasti ada dalam setiap jenjang pendidikan baik di tingkat prasekolah (TK) sampai jenjang pendidikan tinggi. Yang menjadi permasalahan mengapa persepsi negatiye ini jumlahnya lebih banyak terdengar. Banyak hal yang dapat dikaji untuk mengungkapkan masalah tersebut diatas mungkin karena keterbatasan sarana belajar. Misalnya buku paket untuk siswa kurang mendukupi jumlahnya, sehingga siswa hanya mendapatkan sumber materi dari apa yang diberikan oleh guru di sekolah. Agar guru mampu memperoleh strategi belajar mengajar yang tepat harus mengetahui bermacam – macam pendekatan, teknik mengajar, metode mengajar. Suatu contoh dari pengalaman penulis pada umumnya guru dalam menyampaikan materi pelajara kebanyakan mencari jalan yang paling mduah sehingga mereka memilih metode expositori diantara sekian banyak metode, kemudian dilanjutkan pemberian tugas dan PR. Metode expositori dianggap cara yang paling praktis karena mudah murah dan dilakukan tanpa persiapan. Dai hasil pengamatan dan pengalaman mengajar penulis, kenyataannya dengan menggunakan metode expositori saja, para siswa sulit untuk memahami konsep. Hal ini terlihat pada penyampaian konsep rumus luas lingkaran yang hanya bersifat hafalan maka suatu saat mereka lupa. Karena inilah membuat para sisiwa jenuh mengikuti pelajaran sehingga mereka mengalami kesulitan dalam menggunakan rumus luas lingkaran. Apabila siswa diberi tugas maupun PR sebagian kecil siswa yang dapat mengejarkan dengan benar. Padahal guru mengharapkan siswa dapat menyerap apa yang disampaikan. Sebagai guru disini mempunyai peran yang sangat penting yaitu merancang dan menyusun bagaimana pelajaran Matematika yang diberikan tidak mendapat persepsi yang negatiye dari sisiwa – siswanya, juga dalam penyusunan kurikulum Matematika sekolah, pengalaman masa lalu perlu dikaji ulang, juga kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akand atang perlu diperhatikan dan di antisipasi secara dini. Sebagai mata pelajaran yang kurang diminati atau kalau bida dihindari oleh sebagian besar siswa. Oleh karena itu kreatiyitas kita sebagai seorang guru dalam Matematika dengan tujuan tersebut di atas akan menjadi seperti tersebut atas akan inenjadi faktor kunci agar Matematika menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik di dalam kelas. Kreatiyitas bukanlah suatu bakat, bisa dipelajari dan harus dilatih inisalriya, kebiasaan- kebiasaan mencoba mengaitkan hal, kecil dalam dan fenomena sehari-hari dengan konsep Matematika yang releyan, dapatdipupuk dan dikembangkan dengan motiyasi dan membantu siswa dengan cara mengaitkan kegemaran serta masalah sehari-hari mereka dengan Matematika, juga dapat dilakukan oleh guru di samping berusaha menambah pengetahuan tentang materi sendiri.
    Matematika mempelajari pola keteraturan, tentang struktur yang jari tentang tyroriorganisasikan. Hal ini dimulai dari hal-hal yang tidak terdefinisikan (Underlined term, basic term, primitif term). Kemudian pada unsur yang didifinisikan, ke aksioma/postulat, dan akhirnya pada teorema. Konsep-konsep Matematika tersebut, secara hierarkis, terstruktur logis dan sistematis.
    Dalam prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain, faktor siswa yang meliputi kecerdasan, motiyasi, minat dan lain-lain. Maka guru dalam proses pembelajaran perlu memperhatikan perbedaan individual, agar prestasi siswa dapat optimal sesuai dengan kemampuannya.
    Banyak orang yang memandang Matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana, untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Seperti halnya bahasa, membaca dan menulis, kesulitan. belajar Matematika harus diatasi sendiri mungkin. Kalau tidak, siswa akan menghadapi banyak masalah karena hampir semua bidang studi memerlukan Matematika yang sesual.
    Namun melihat kenyataan prestasi belajar Matematika kurang baik bahkan sebagian siswa prestasi Matematika di bawah rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum tuntas dalam belajar Matematika, mungkin dikarenakan kurangnya waktu pembelajaran Matematika jika dibandingkan dengan konsep yang harus di pelajari.
    Mengacu pada kenyataan di atas, maka untuk mengupayakan peningkatan prestasi belajar Matematika, perlu kiranya memberikan program pembelajaran yang tepat. Pembelajaran yang diperuntukkan membantu siswa mempelajari kembali materi Matematika yang belum tuntas, yang disebabkan penyampaian kurang jelas, siswa lambat dalam belajar Matematika.
    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Remedial Siswa Kelas VI SDN I Dukuhwaringin, Dawe, Kudus. Tahun Pelajaran 2004/2005”.
    B. Perumusan Masalah
    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
    1. Apakah pembelajaran remedial dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika?
    2. Apakah ada hambatan yang ditemukan dalam pembelajaran remedial untuk meningkatkan mata pelajaran Matematika?
    C. Tujuan Penelitian
    Berdasarkan perumusan masalah di atas dapat ditetapkan tujuan penelitian sebagai berikut :
    1. Membuktikan bahwa pembelajaran remedial dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika.
    2. Mengetahui hambatan yang ditemukan dalam pembelajaran remedial mata pelajaran Matematika.
    D. Manfaat Peneliti
    Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat :
    1. Manfaat Teoretis
    a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada guru dalam pembelajaran.
    b. Dapat memberikan arah para guru dalam proses pembelajaran meberikan perbedaan siswa.
    c. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
    1. Manfaat Praktis
    a. Bagi peneliti bennanfaat Menemukan solusi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas VI.
    b. Bagi siswa dapat digunakan sebagai motivasi belajar supaya prestasi belajar Matematika dapat meningkat.
    c. Bagi sekolah dapat memperoleh suatu bentuk pembelajaran remedial yang dapat meningkatkan prestasi mata pelajaran Matematika
    d. Bagi orang tua dapat mengetahui pentingnya tambahan jam pelajaran khususnya pembelajaran remedial untuk mata pelajaran Matematika.
    DAFTAR PUSTAKA
    Anton Sukarno, 1994. “Efektifitas Sistem Pengajaran Pelayanan Bagi Anak Berkesulitan Belajar”. Surakarta.
    A. Kirk 1986. “ Educating Exceptional Children “. Boston: Houghton Mifflin Company.
    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996. “ Kurikulum Pendidikan Dasar”. Jakarta.
    Dimyati Mahmud, 1992. “Strategi Belajar Membaca dan Menulis”. Yogyakarta: Liberty.
    Djono R, 1987. “Penilaian Layanan Bimbingan di Sekolah “. Surakarta.
    Fx. Soedarsono, 1997. “Pengajaran Remedial”. Jakarta: Gramedia.
    Hamalik, 1980. “Mengenal Siswa Berkesulitan Belajar “. Bandung: Tap Site.
    Harsono Hutojo, 1998. “Belajar Mengajar Matematika “. Bandung: CV. Angkasa.
    JI. Pasaribu dan Simanjutak, 1994. “Proses Belajar Mengajar “. Bandung: Tap Site.
    Mahmud Ali Yahya, 1991. “Belajar Membaca dan Menulis “. Jakarta: Bina Aksara.
    Marika Subrata dan Munzayanah, 1992. “Remedial Teaching”. Surakarta UNS.
    Moh. Suryo dan Moh. Armen 1989. “Pengajaran Remedial”. Jakarta. Muchtar
    Bukhori, 1995. “Pengantar Psikologi Pendidikan” Bandung: Jarmare.
    Mulyono Abdurrohman, “Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belmar Jakarta: Depdikbud.
    Muhibbin Syah, 1995. “Psikologi Pendidikan “. Yogyakarta: Andi Offset.
    Ngalim Purwanto 1990. “Psikologi Pendidikan “. Bandung: Remaja Rosdakar
    Nasution, 1995. “Didaktik Asas-Asas Mengajar “. Bandung: Jemmars. Oemar
    Hamalik, 1980. “Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan “. Banduri_
    Slameto, 1995. “Proses Belajar Mengqjar Dalam Sistem Kredit “. Jakarta: Bumi Aksara
    Sri Hartati P. H. 1992. “Pengajaran Remedial”. Yogyakarta: PT. Mitra Gama Widya.
    Sunardi, 1997. “Mengenal Siswa Berkesulitan Belajar”. Surakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: UNS.
    Supardi, 1997. “Belajar Mengajar Matematika” Jakarta: Bina Aksara.
    Sutartinah Tirtonegoro, 1998. “Anak Supernormal dan Program Pendidikan Jakarta: PT. Bina Aksara.
    Syaiful Bakri Djamarah, 1994. “Pendidikan Membaca dan Menulis “. Yogyakarta: Liberty.
    Winarno Surakhmad 1986. “Pengantar Interaksi Belajar Mengajar”. Bandung Tarsito.
    Winkel W.S. 1984. “Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar”. Jakarta: Gramedia.
     
    Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word), 
    hubungi : 0857 2891 6006

    SD 040 UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS VI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING SEKOLAH DASAR

    UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS VI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING SEKOLAH DASAR NEGERI 1 KWARASAN
    ABSTRAK
    ____________ Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas VI Dengan Model Pembelajaran Quantum Teaching Sekolah Dasar Negeri 1 Kwarasan, 2009. Skripsi S1.
    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya tuntutan peningkatan kualitas satuan pendidikan pasca kebijakan desentralisasi pendidikan yang dikembangkan di Indonesia. Model Quantum Teaching merupakan model pembelajaran modern baru yang memiliki berbagai kelebihan yang menguntungkan proses pembelajaran. Penelitian bertujuan untuk: 1) Mengetahui proses pelaksanaan model pembelajaran Quantum Teaching untuk siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 01 Kwarasan pada bidang studi IPA, 2) Mengetahui prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 01 Kwarasan selama proses pelaksanaan model pembelajaran Quantum Teaching.
    Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang menggunakan prosedur dua siklus. Metode penelitian adalah kuantitatif yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah signifikansi peningkatan prestasi siswa dalam pelaksanaan model QuantumTeacing. Metode kuantitatif yang digunakan adalah dengan statistik uji t (t-test). Pengambilan data dilakukan dengan populatif sampling yaitu menjadikan semua anggota populasi sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi,dan test pengukuran prestasi belajar siswa.
    Hasil penelitian adalah: 1) Pelaksanaan quantum teaching dilakukan dengan langkah-langkah a) Penerapan asas TANDUR, b) Pelaksanan prinsip AMBAK, c) mengorkestrasi konteks yang dilakukan dengan (1) Menciptakan suasana memberdayakan dan (2) Menciptakan lingkungan yang mendukung, d) Mengorkestrasi rancangan yang dilakukan dengan (1) Optimalisasi modalitas V-A-K, dan (2) segmentasi materi, e) Mengorkestrasi isi yang dilakukan dengan (1) Presentasi yang prima dan (2) Fasilitasi yang elegan; 2) Terdapat peningkatan prestasi belajar yang signifikan pada signifikansi 5% dibandingkan dengan saat dilaksanakannya pembelajaran dengan model ekspositori. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hasil perhitungan dengan t-test sebesar 16,673 yang lebih besar dari niali t tabel yaitu sebesar 2,45.
    Kata Kunci: prestasi belajar, model Quantum Teaching.
    BAB I
    PENDAHULUAN
    A. Latar Belakang Masalah

    Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003, terlihat bahwa paradigma baru pendidikan memberikan keluwesan pada pihak-pihak terkait (stakeholders) dan masyarakat untuk turut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan sekolah yang bersifat otonomis dengan tetap mengacu pada kerangka dasar yang diberikan pemerintah pusat. Sementara itu, kondisi negara Indonesia saat ini adalah dilanda krisis politik, krisis ekonomi, hukum, kebudayaan, yang secara serempak membentuk krisis multi dimensional. Menurut Tilaar (2004: 9) aspek pendidikan adalah unsur yang kuat dalam membentuk budaya bangsa, sistem hukum, dan kepemerintahan yang pada akhirnya akan menjadi modal dasar dalam penyelesaian krisis multidimensi di Indonesia. Dengan demikian, maka saat ini dituntut adanya peningkatan, pengembangan, dan pemberdayaan pendidikan dalam konteks yang luas, dalam rangka mencapai tujuan UUD 45, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guna meningkatkan output pendidikan, yang salah satunya dapat dilakukan dengan upaya pemilihan model pembelajaran yang dianggap paling sesuai dengan kondisi siswa dan SDM pendidik serta memiliki kemampuan memberikan hasil yang maksimal.
    Tuntutan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sekolah juga sebagai respon atas perkembangan dunia global terus maju pesat dan mengalami modernisasi, yang dipelopori dengan pengembangan-pengembangan keilmuan di berbagai bidang, sistem perekonomian global, sistem politik, dan perkembangan yang sangat cepat pada sistem pendidikan di negara-negara maju seperti negara-negara Eropa dan Amerika. Dengan demikian, maka persaingan semakin ketat dalam berbagai aspek kehidupan. Instansi-instansi internasional mulai masuk secara bebas ke Indonesia. Kondisi ini seharusnya merupakan motivasi bagi bangsa Indonesia untuk meningkatkan mutu persaingan. Peningkatan mutu persaingan dapat diartikan sebagai peningkatan kualitas individu yang mampu menghasilkan hasil karya yang diperoleh dari kompetisi tersebut (Tilaar, 2004: 15). Apabila dikaji lebih dalam, maka peningkatan kompetisi dihasilkan oleh pendidikan yang kondusif bagi lahirnya individu-individu yang kompetitif, dalam arti positif.
    Didukung dengan sistem otonomi pendidikan yang mulai dikembangkan di Indonesia dengan didasari Undang-Undang Sisdiknas Tahun 2003, maka peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan setiap satuan pendidikan yang dibangun dengan misi mencerdaskan kehidupan bangsa dan menumbuhkan kreatifitas dan inovasi siswa. Dengan demikian, manajemen mutu pendidikan di sekolah dalam rangka membentuk sistem pengajaran yang profesional dan berdaya saing merupakan suatu tuntutan yang mutlak harus dipenuhi bagi dunia pendidikan di sekolah.
    Menurut Kusumowardani (2007: 2) selama ini upaya pemerintah guna meningkatkan mutu pendidikan masih terfokus pada sistem manajemen sekolah dalam aspek yang masih umum dan pada pada sistem kurikulum satuan pendidikan. Perbaikan sistem manajemen pendidikan dilakukan melalui otonomi pendidikan, yaitu dengan mengembangkan kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), dimana pengelolaan manajemen dilakukan berdasarkan sistem desentralisasi yang ditandai dengan otonomi yang luas ditingkat sekolah, partisipasi masyarakat yang tinggi, dan dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional (Bappenas dan Bank Dunia, 1999 dalam Kusumowardani 2007: 2). Hal ini diimplementasikan dengan munculnya kebijakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai perwujudan otonomi pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP diberlakukan di Indonesia mulai tahun ajaran 2006/2007, menggantikan Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi). KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
    Konsep umum dari pemerintah tersebut belum dikembangkan sampai menyentuh pada kerangka teknis tentang bagaimana merencanakan suatu sistem pendidikan ataupun merencanakan model pembelajaran yang strategis. Guna mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik, maka diperlukan suatu kegiatan teknis yang pada akhirnya mampu untuk meningkatkan kualitas siswa (Kusumowardani, 2007: 2).
    Terkait dengan tuntutan dunia pendidikan untuk menghasilkan output yang berdaya saing guna membantu penyelesaian krisis multidimensional di Indonesia serta untuk menindaklanjuti upaya pemerintah dalam memajukan sistem pendidikan yang belum sampai menyentuh pada aspek teknis sehingga membutuhkan tanggapan dari SDM pendidikan di tingkat satuan pendidikan tersebut, maka diperlukan upaya penelitian tentang model pembelajaran yang merupakan bagian dari aspek teknis dalam konsep pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang masih baru dan belum banyak dikembangkan di dunia pendidikan Indonesia saat ini adalah model Quantum Teaching.
    Istilah Quantum pada awalnya berasal dari bidang Fisika yang bermakna sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya (Kusumowardani, 2007: 3). Quantum Teaching yaitu orkestrasi bermacam-macam elemen yang ada di dalam dan di sekitar situasi belajar (dalam Quantum dipandang sebagai energi) untuk menghasilkan kemampuan belajar yang besar (dalam Quantum dipandang sebagai cahaya). Interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa, mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya pengetahuan yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Quantum Teaching menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar guru lewat pemaduan seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apa pun mata pelajaran yang diajarkan. Dengan menggunakan model Quantum Teaching, guru akan menggabungkan keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan meningkatkan prestasi siswa. Quantum Teaching adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Quantum Teaching menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka belajar (Psychemate, 2007: 1). Quantum Teaching merangkaikan hal-hal yang baik menjadi sebuah paket multisensori, multi kecerdasan, dan kompatibel dengan otak, yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan guru untuk dapat merangsang anak untuk berprestasi. Cara ini diyakini akan dapat memaksimalkan usaha pengajaran guru melalui perkembangan hubungan, penggubahan belajar, dan penyampaian kurikulum serta menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar.
    Bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bidang studi yang dianggap cukup sulit bagi siswa oleh karena bidang ini memerlukan logika alamiah dan memadukan berbagai komponen alam yang riil ke dalam satu kesatuan materi pembelajaran. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan, ditemukan bahwa minat belajar dan prestasi belajar IPA siswa kelas VI Sekolah dasar negeri 1 Kwarasan Kecamatan Juwiring Kabupatan Klaten perlu ditingkatkan. Terdapat sekitar 35% siswa kurang berminat terhadap bidang studi ini, disamping prestasi belajar rata-rata siswa masih kurang. Berdasarkan hasil survay pendahuluan ini, maka diperlukan model pembelajaran yang mampu meningkatkan minat belajar dan prestasi siswa secara signifikan.
    Atas dasar hal-hal yang telah diuraikan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Ipa Siswa Kelas VI Dengan Model Quantum Teaching SD Negeri 1 Kwarasan Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010
    B. Identifikasi Masalah
    Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
    1. Model Quantum Teaching sebagai model pembelajaran yang masih baru memiliki langkah-langkah khusus yang perlu disesuaikan dengan kondisi siswa dan SDM pendidik di sekolah untuk benar-benar menghasilkan peningkatan, baik pada minat belajar siswa maupun pada prestasi belajar siswa dalam bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
    2. Pelaksanaan model Quantum Teaching yang mengorkestrasi (memadukan dan menata) berbagai komponen alam dan situasi pembelajaran (dalam Quantum dipandang sebagai energi) akan memberikan berbagai kendala yang muncul akibat kondisi yang mungkin belum mampu mendukung pelaksanaan model pembelajaran secara utuh.
    C. Pembatasan Masalah
    Lingkup penelitian yang dilaksanakan terbatas pada cara pelaksanaan model Quantum Teaching untuk bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam untuk siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1 Kwarasan Kecamatan Kabupaten Klaten, aspek kendala yang muncul, serta pada kemampuan model Quantum Teaching dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
    D. Rumusan Masalah
    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, dibuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
    1. Bagaimana pelaksanaan model Quantum Teaching untuk siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1 Kwarasan Kecamatan Juwiring Kabupatan Klaten pada bidang studi IPA?
    2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1 Kwarasan Kecamatan Juwiring Kabupatan Klaten dengan model Quantum Teaching?
    E. Tujuan Penelitian
    Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
    1. Proses pelaksanaan model Quantum Teaching untuk siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1 Kwarasan Kecamatan Juwiring Kabupatan Klaten pada bidang studi IPA.
    2. Peningkatan Prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1 Kwarasan Kecamatan Juwiring Kabupatan Klaten dengan model Quantum Teaching.
    F. Manfaat Penelitian
    Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dua aspek sebagai berikut:
    1. Manfaat Teoretis
    Untuk menambah khasanah pengetahuan dalam bidang kependidikan, akhususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan model pembelajaran di tingkat sekolah dasar.
    2. Manfaat Praktis
    a. Bagi pengajar
    Memberikan pemahaman tentang teknis pelaksanaan model Quantum Teaching untuk siswa tingkat sekolah dasar atau untuk referensi pelaksanaan model pembelajaran serupa di berbagai tempat dengan sedikit upaya penyesuaian dengan kondisi satuan pendidikan yang ada.
    b. Bagi siswa
    1) Siswa memperoleh suasana pembelajaran yang menyenangkan
    2) Siswa memperoleh manfaat dari pelaksanaan model Quantum Teaching yang efektif dan berhasil guna sehingga kualitas siswa dapat meningkat lebih baik.
    DAFTAR PUSTAKA
    DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: KAIFA.
    ---------------. 2000. Quantum Business: Membiasakan Bisnis secara Etis dan Sehat. Bandung: KAIFA.
    DePorter, Bobbi, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie. 2001. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: KAIFA.
    Dryden, Gordon dan Jeanette Vos. 1999. The Learning Revolution: To Change the Way the World Learns. Selandia Baru: The Learning Web.
    E. Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda.
    Maknum, H.A. Syamsudin. 2005. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
    Meier, Dave. 2000. The Accelerated Learning Handbook. New York: McGraw-Hill.
    Mudhofir. 1987. Teknologi Instruksional. Bandung: Remadja Karya.
    Purwanto, M. Ngalim. 1998. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosda Karya.
    Psychemate. 2007. Quantum Teaching. www.psychemate.blogspot.com (diakses 26 Desember 2007).
    Tilaar. 2004. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
    Silberman, Melvin L. 1996. Active Learning: 101 Step to Teach Any Subject. Massachusetts: A Simon and Schuster Company.
    Skinner (1958), Teaching and Learning Theory. NewYork: McGraw Hill. Inc.
    Sumarni, Siti. 2007. Reorientasi Paradigma Pembelajaran. www.pikiran-rakyat.com (diakses pada 26 Desember 2007).
    Sudjana. 2002. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.
    Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word), hubungi : 0857 2891 6006

    SD 133 Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan Model Pengajaran kolaborasi


    UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
    PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN
    MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORASI
    PADA SISWA KELAS ….

    ABSTRAK
    ……………..,2006. “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan Model Pengajaran kolaborasi pada siswa-siswi kelas …………………………….tahun……………”
    Kata Kunci : PAI , Model Pengajaran Kolaborasi
    Dalam proses pembelajaran yang menyangkut materi, metode, media alat peraga dan sebagainya harus juga mengalami perubahan kearah pembaharuan ( inovasi). Dengan adanya inovasi tersebut diatas dituntut seorang guru untuk lebih kreatif dan inovatif, terutama dalam menentukan model dan metode yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan siswa terutama pembentukan kecakapan hidup ( life skill) siswa yang berpijak pada lingkungan sekitar.
    Penelitian ini berdasarkan permasalahan (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar PAI dengan diterapkannya model pengajaran kolaborasi pada siswa kelas………………… tahun pelajaran……………..( b) Bagaimanakah pengaruh Model pengajaran kolaborasi terhadap motivasi belajar PAI pada siswa kelas…………………. Tahun pelajaran………….
    Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah (a) ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar PAI setelah diterapkannya model pengajaran kolaborasi (b) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar PAI setelah diterapkan model pengajaran kolaborasi.
    Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : rancanan, kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas ………………………………………. Tahun pelajaran…………………….. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
    Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (73,17%), siklus II (82,93%), siklus III (95,12%)
    Simpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif dapat berpengaruh positif terhadap prestasi dan motivasi belajar siswa………………………………………………… serta model pembelajarasn ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative pembelajaran PAI
    BAB I
    PENDAHULUAN
    A. Latar Belakang Masalah
    Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.
    Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaannya, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran.
    Kualitas pembelajaran ditentukan oleh interaksi komponen-komponen dalam sistemnya. Yaitu tujuan, bahan ajar (materi), anak didik, sarana, media, metode, partisipasi masyarakat, performance sekolah, dan evaluasi pembelajaran (Moh, Shochib, 1998). Performance sekolah, dan evaluasi pembelajaran (Moh, Shochib, 1998). Optimalisasi komponen ini, menentukan kualitas (proses dan produk) pembelajaran. Upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah melakukan analisis tentang karakteristik setiap komponen dan mensinkronisasikan sehingga ditemukan konsistensi dan keserasian di antaranya untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Karena pembelajaran mulai dari perencana, pelaksanaan dan evaluasinya senantiasa merujuk pada tujuan yang diharapkan untuk dikuasai atau dimiliki oleh anak didik baik instructional effect (sesuai dengan tujuan yang dirancang) maupun nurturrant effect (dampak pengiring) (Moch. Shochib: 1999).
    Realisasi pencapaian tujuan tersebut, terdapat kegiatan interaksi belajar mengajar terutama yang terjadi di kelas. Dengan demikian, kegiatannya adalah bagaimana terjadi hubungan antara guru/bahan ajar yang didesain dan dengan anak didik. Interaksi ini merupakan proses komunikasi penyampaian pesan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Arief S Sadiman yang menyatakan proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses interaksi yaitu proses penyampaian pesan melalui saluran media/teknik/ metode ke penerima pesan. (Arief S, Sadiman, dkk, 1996:13).
    Sejalan dengan inovasi pembelajaran akhir-akhir ini termasuk di Sekolah Dasar, yaitu: Kolaborasi. Interaksi belajar mengajarnya menuntut anak didik untuk aktif, kreatif dan senang yang melibatkan secara optimal mental dan fisik mereka. Tingkat keaktifan, kreatifitas, dan kesenangan mereka dalam belajar merupakan rentangan kontinum dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Tetapi idealnya pada kontinum yang tertinggi baik pelibatan aspek mental maupun fisik anak didik. Oleh karena itu, interaksi belajar mengajar dengan paradigma Kolaborasi menuntut anak:
    (1) Berbuat
    (2) Terlibat dalam kegiatan
    (3) Mengamati secara visual
    (4) Mencerap informasi secara verbal
    Dengan demikian, interaksi belajar mengajar idealnya mampu membelajarkan anak didik berdasarkan problem based learning, authentic instruction, inquiry based learning, project based learning, service learning, and cooperative learning. Pola interaksi yang mampu mengemas hal tersebut dapat mengubah paradigma pembelajaran aktif menjadi paradigma pembelajaran reflektif.
    Dengan interaksi pembelajaran reflektif dapat membuat anak didik untuk menjadikan hasil belajar sebagai referensi refleksi kritis tentang dampak ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap masyarakat; mengasah kepedulian sosial, mengasah hati nurani, dan bertanggungjawab terhadap karirnya kelak. Kemampuan ini dimiliki anak didik, karena dengan pola interaksi pembelajaran tersebut, dapat membuat anak didik aktif dalam berfikir (mind-on), aktif dalam berbuat (hand-on), mengembangkan kemampuan bertanya, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, dan membudayakan untuk memecahkan permasalahan baik secara personal maupun sosial.
    Agar hasil ini dapat optimal, guru dituntut untuk mengubah peran dan fungsinya menjadi fasilitator, mediator, mitra belajar anak didik, dan evaluator. Ini berarti, guru harus menciptakan interaksi pembelajaran yang demokratis dan dialogis antara guru dengan anak didik, dan anak didik dengan anak didik (Moh. Shochib: 1999; dan Paul Suparno dkk: 2001).
    Dengan interaksi pembelajaran yang mengemas nilai-nilai tersebut dapat membuat pembelajaran lingking (link and math atau life skill) dan delinking (pemutusan lingkungan negatif), diversifikasi kurikulum, pembelajaran kontekstual, kurikulum berbasis kompetensi, dan otonomi pendidikan pada tingkat sekolah taman kanak-kanak dengan manajemen berbasis sekolah, dan bertujuan untuk mengupayakan fondasi dan mengembangkan anak untuk memiliki kemampuan yang utuh yang disebut: Pendidikan Anak Seutuhnya (PAS).
    Pada dasarnya dalam kehidupan suatu bangsa, faktor pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa tersebut. Secara langsung maupun tidak langsung pendidikan adalah suatu usaha sadar dalam menyiapkan pertumbuhan dan perkembangan anak melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan pelatihan bagi kehidupan dimasa yang akan datang. Tentunya hal ini merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, anggota masyarakat dan orang tua. Untuk mencapai keberhasilan ini perlu dukungan dan partisipasi aktif yang bersifat terus menerus dari semua pihak.
    Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).
    Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru mampu menyampaikan semua mata pelajaran yang tercantum dalam proses pembelajaran secara tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
    Dengan menyadari kenyataan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan Model Pengajaran kolaborasi Pada Siswa … Tahun Pelajaran …
    B. Rumusan Masalah
    Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut:
    1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan diterapkannya model pengajaran kolaborasi pada siswa kelas …. Tahun pelajaran …?
    2. Bagaimanakah pengaruh model pengajaran kolaborasi terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas …. Tahun pelajaran …?
    C. Tujuan Penelitian
    Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
    1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya model pengajaran kolaborasi pada siswa kelas … tahun pelajaran …
    2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkan model pengajaran kolaborasi pada siswa kelas … tahun pelajaran …
    3. Menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas … tahun pelajaran
    DAFTAR PUSTAKA
    Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
    Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
    Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
    Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
    Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional.
    Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.
    Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
    Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
    Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM.
    Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
    Hasibuan K.K. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
    Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.
    Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.
    Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
    Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: University Press. Univesitas Negeri Surabaya.
    Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
    Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
    Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
    Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.
    Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.
    Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
    Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
    Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
    Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word), hubungi :
    0857 2891 6006

    DOWNLOAD

    KATALOG PTK TK
    Download
    KATALOG PTK SD
    Download
    KATALOG PTK SMP
    Download
    KATALOG PTK SMA
    Download
    KATALOG PTS
    Download
    Bikin PTK/PTS

    Download form penyusunan PTK/PTS

    Download

    Start Work With Me

    Kontak langsung via WA


    Penelitian Tindakan Kelas
  • PTK SD
  • Penelitian Tindakan Kelas SD/MI

  • PTK SMP
  • Penelitian Tindakan Kelas SMP/MTs

  • PTK SMA
  • Penelitian Tindakan Kelas SMA/MA/SMK


    Experience
    Lead Developer

    State Art company

    UI/UX Developer

    Design Corporation

    Front-End Developer

    Creative Design Studio


    My Skills
    Penyusunan PTK
    Penyusunan PTS
    Contoh PTK
    Contoh PTS
    Contact Us
    Jasa Pintar
    0857 2891 6006 (WA Only)
    Surakarta, Jawa Tengah
    Hubungi kami melalui form ini (Mohon lengkapi dengan alamat email dan nomor WA)

    Blog Archive

    Blog Archive