UPAYA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA
GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI SEKOLAH DASAR NEGERI KWADUNGAN 02 KECAMATAN KERJO
TAHUN 2011/2012
ABSTRAK
Pelaksanaan supervisi dapat menjadi bagian dalam upaya
meningkatkan produktivitas kerja guru. Pelaksanaan supervisi dalam PP No 19
tahun 2005 pasal 1 ayat (25) dijelaskan sebagai bagian dari upaya penjaminan mutu satuan pendidikan untuk
mencapai standar nasional pendidikan. Pasal 19 ayat (3) PP No 19 Tahun 2005
mengisyaratkan bahwa pengawasan merupakan bagian dalam upaya terlaksananya
proses pembelajaran yang efektif dan efisien, sedangkan pasal 23 mengisyaratkan
bahwa supervisi menjadi salah satu
bagian dari pengawasan. Menurut Sagala (2010: 89), untuk meningkatkan produktivitas
guru dalam proses pembelajaran, diperlukan adanya supervisi pembelajaran.
Penelitian dilatorbelakangi oleh kondisi yang berupa
(1) Produktivitas kerja guru di SD Negeri Kwadungan 02 masih rendah dilihat
dari masih kurangnya capaian kerja guru dibandingkan dengan target yang
ditetapkan dalam kurikulum maupun dilihat berdasarkan hasil belajar siswa, (2) Kendala-kendala
akademis yang dialami guru bersumber dari kendala-kendala konseptual dan teknis
yang mana guru sangat mengharapkan bantuan dari supervisor untuk memberikan
solusi, seperti masalah strategi pengembangan proses pembelajaran yang efektif,
strategi penggunaan media pembelajaran, serta masalah teknis lainnya, (3) Ketidakpercayaan
diri guru yang masih rendah mengakibatkan rendahnya motivasi guru dalam mencari
alternative solusi secara mandiri.
Tujaun dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk
mengetahui: (1) Langkah-langkah pelaksanaan supervise oleh kepala sekolah
kepada guru untuk meningkatkan produktivitas kerja guru di SD Negeri Kwadungan
02, dan (2) Besarnya peningkatan produktivitas kerja guru setelah pelaksanaan
supervise akademis dikembangkan oleh kepala sekolah.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah
yang dianalisis dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dilaksanakan di SD
Negeri Kwadungan 02 pada semester gasal tahun pelajaran 2011/2012 selama 5
bulan. Indikator supervise yang digunakan adalah (1) Assessing program objectives, yaitu penilaian atas program-prgram yang dikembangkan guru apakah telah sesuai
dengan kebutuhan belajar peserta didik atau belum, (2) Planning program improvement, yaitu perbaikan program-program yang
tepat melalui pembentukan struktur kerja, (3) Implementing programe change, yaitu pelaksanaan program-program
perubahan untuk meningkatkan strategi pembelajaran yang lebih baik dan
intreraktif, (4) Evaluation of programe
change, yaitu mengavaluasi semua program-program yang telah diperbaiki
dengan cara pengukuran terhadap hasil (outcames).
Indikator produktivitas kerja mencakup: (1) Kualitas kerja guru, (2) Kuantitas
kerja guru, (3) Kecepatan kerja, (4) Penyelesaian kerja, (5) Kehandalan kerja,
(6) Hubungan kerja (7) Keselamatan kerja.
Hasil penelitian yang
diperoleh adalah: (1) Terjadi perbaikan proses supervise akademis yang berbasis
masalah dari siklus I menunju siklus II, (2) Terjadi peningkatan produktivitas
kerja guru dari pra pelaksanaan tindakan, siklus I, siklus II, siklus III
dengan skor rata-rata 2,71, 3,0, 3,7, dan 4,0
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek
kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan kecuali
dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain
manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah
membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu
berperan dalam persaingan global, maka bangsa Indonesia perlu terus
mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, oleh karena
itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan
secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses
pembangunan agar tidak kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi.
Terkait
dengan kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat
penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan
kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses
peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Mulyasa (2007: 3)
menjelaskan bahwa pendidikan adalah salah satu wahana yang berperan untuk
meningkatkan kualitas SDM, sehingga kualitas pendidikan harus selalu
ditingkatkan. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya
manusia melalui pendidikan, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama
telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha
pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan
dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan,
pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga
kependidikan lainnya, tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah tersebut belum
cukup berarti dalam meningkatkan kuailtas pendidikan.
Sebagaimana
tercantum dalam Pasal 19 ayat (3) PP RI No 19 Tahun 2005, dijelaskan bahwa setiap
satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaianhasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajara nuntuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif danefisien. Disisi lain, keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan di
tingkat satuan pendidikan merupakan hal yang berhubungan erat dengan guru
sebagai pihak yang secara langsung melaksanakan proses pendidikan di sekolah.
Arti penting peran guru terhadap kualitas output pendidikan ini tersirat dalam
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Pasal 4
dinyatakan, bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran, yang sekaligus
berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Hal ini menunjukkan
bahwa guru memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan pendidikan di tingkat
satuan pendidikan, sehingga diarahkan menjadi tenaga profesional bertumpu pada
tujuan meningkatnya kualitas output pendidikan.
Menurut
Subandowo (2009: 120) dijelaskan bahwa untuk kepentingan peningkatan kualitas
guru, perlu dilakukan beberapa hal, diantaranya adalah peningkatan
produktivitas guru yang berkualitas. Dalam upaya peningkatan mutu produktivitas
guru melalui pendidikan dalam jabatan, penekanan diberikan pada kemampuan guru
agar dapat meningkatkan efektifitas mengajar, mengatasi persoalan-persoalan
praktis dan pengelolaan proses pembelajaran, dan meningkatkan kepekaan guru
terhadap perbedaan individu para siswa yang dihadapinya. Sesuai dengan
penjelasan ini, Santyasa (2009: 23) dalam penelitiannya tentang keberadaan dan
kepentingan pengembangan model pelatihan untuk pembinaan profesi guru
menjelaskan temuan bahwa hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan cara
menyediakan pelayanan pembinaan dan pengembangan produktivitas guru.
Penjelasan-penjelasan tersebut menunjukkan pentingnya peningkatan produktivitas
guru terkait dengan peningkatan kualitas guru guna meningkatkan kualitas output
pendidikan di sekolah.
Survay
awal yang dilakukan kepala sekolah juga menunjukkan adanya temuan bahwa
kendala-kendala akademis yang dialami guru bersumber dari kendala-kendala
konsep tual dan teknis yang mana guru sangat mengharapkan bantuan dari
supervisor untuk memberikan solusi, seperti masalah strategi pengembangan
proses pembelajaran yang efektif, strategi penggunaan media pembelajaran, serta
masalah teknis lainnya. Disisi lain, guru terlihat belum memiliki motivasi yang
tinggi dalam menyelesaikan masalah pembelajaran secara mandiri akibat
ketidakpercayaan diri dalam merumuskan strategi pembelajaran di sekolah.
.
Berdasarkan atas konsep-konsep dan kondisi yang ditemukan di lapangan, maka
dirasa perlu untuk dilakukan penelitian tentang “Upaya Meningkatkan Produktivitas Kerja Guru Melalui Supervisi Akademik di
Sekolah Dasar Negeri Kwadungan 02 Kecamatan
Kerjo Tahun 2011/2012”.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
atas latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi adanya
permasalahan sebagai berikut:
1.
Produktivitas kerja guru di SD Negeri Kwadungan 02 masih rendah dilihat
dari masih kurangnya capaian kerja guru dibandingkan dengan target yang
ditetapkan dalam kurikulum maupun dilihat berdasarkan hasil belajar siswa.
2.
Kendala-kendala akademis yang dialami guru bersumber dari kendala-kendala
konseptual dan teknis yang mana guru sangat mengharapkan bantuan dari
supervisor untuk memberikan solusi, seperti masalah strategi pengembangan
proses pembelajaran yang efektif, strategi penggunaan media pembelajaran, serta
masalah teknis lainnya.
3.
Ketidakpercayaan diri guru yang masih rendah mengakibatkan rendahnya
motivasi guru dalam mencari alternative solusi secara mandiri.
C.
Ruang Lingkup Penelitian
Pelaksanaan
penelitian ini dikembangkan pada batas-batas sebagai berikut:
1.
Upaya pemberian tindakan oleh kepala sekolah sebagai supervisor melalui tindakan
supervise akademik atau supervise pembelajaran untuk meningkatkan produktivitas
kerja guru.
2.
Produktivitas kerja guru yang diidentifikasi adalah produktivitas kerja
yang sebatas pada capaian guru dalam program-program pembelajaran yang
ditetapkan berdasarkan program-program dalam kurikulum sekolah.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
atas latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan,
dibuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah langkah-langkah pelaksanaan supervise kepada guru untuk
meningkatkan produktivitas kerja guru di SD Negeri Kwadungan 02?
2.
Seberapa besar peningkatan produktivitas kerja guru setelah pelaksanaan
supervise akademis yang dikembangkan oleh kepala sekolah?
E.
Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal
sebagai berikut:
1.
Langkah-langkah pelaksanaan supervise oleh kepala sekolah kepada guru
untuk meningkatkan produktivitas kerja guru di SD Negeri Kwadungan 02.
2.
Besarnya peningkatan produktivitas kerja guru setelah pelaksanaan
supervise akademis dikembangkan oleh kepala sekolah.
F.
Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dua aspek sebagai berikut:
1.
Aspek Teoritis
Hasil penelitian
diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam studi manajemen kependidikan,
khususnya berkaitan dengan manajemen sumberdaya manusia (SDM) kependidikan
terkait dengan upaya peningkatan produktivitas kerja melalui optimalisasi
supervisi.
2.
Aspek Praktis
a.
Untuk Sekolah
Hasil penelitian
diharapkan dapat memberikan masukan tentang bagaimana upaya peningkatan
produktivitas kerja guru di sekolah melalui pengembangan supervisi dalam arti
luas.
b.
Bagi Guru
Hasil penelitian
diharapkan dapat memberikan masukan pada guru terkait dengan peningkatan
kompetensi akademik guru melalui prosedur supervise yang humanisntis.
G.
Definisi Operasional
Supervisi pembelajaran
(supervise akademis), merupakan upaya pemberian bantuan bagi guru guna memperbaiki situasi
pembelajaran dan meningkatkan kemampuan pengajar agar lebih mampu membantu
peserta didik dalam belajar dengan efektif.
Produktivitas, merupakan kemampuan
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang
tersedia (input) dengan memberikan
hasil(output) yang optimal.
H.
Strategi Pemecahan Masalah
Masalah produktivitas kerja guru yang muncul di
sekolah terkait erat dengan masalah supervise yang dikembangkan kepala sekolah.
Oleh karena bentuk permasalahan yang hendak diamati adalah masalah capaian guru
dalam bidang akademis, maka supervise yang dikembangkan adalah supervise
akademis yang diharapkan akan mampu memberikan solusia atas permasalahan dalam
hal akademis, atau yang terkait dengan perbaikan proses pembelajaran oleh guru.
Unruk
mendapatkan proses yang terbaik dan palaing sesuai dengan kondisi guru, kondisi kepala sekolah,
dan kondisi sumberdaya sekolah, maka perlu diujicobakan strategi-strategi
supervise akademis dan pemberian motivasi secara langsung melalui
tahapan-tahapan perbaikan atau melalui siklus. Perbaikan-perbaikan dalam setiap
siklus diharapkan akan menjadi media diperolehnya solusi yang bersifat
situasional atau paling sesuai dengan realitas situasi yang ada di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Umam, Khaerul. 2010.
Perilaku Organisasi. Bandung: Pustaka
Setia
Yusron Dahlan. 2009.
Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas.http://dahlanforum.wordpress.com/2009/06/27/faktor-faktor-yang-dapat-mempengaruhi-produktivitas/.
Diakses pada 25 Juli 2009
Soripada. 2007. Konsep Sekolah Model dan Intrumen Verifikasi
Sekolah Model SMA. www.psb-psma.org
diakses pada 25 Juli 2009.
Blumberg, Hansen.
1974. The Human Side Of Relationships
Between Supervisors And Teachers To Understand Their Interactions. Human
Resource Journal Vol 11. January, 1974
Vincent Gaspersz.
2000. Manajemen Produktivitas Total.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Kusnan. 2009. Urgensi Supervisi Akademik Bagi Dosen Di
Institusi Pendidikan Tinggi. http://pendidikantinggi.hostei.com/produk/1-kusnan.pdf
Igneel. 2009. Supervisi Pendidikan. http://dikot.blogspot.com/2009/11/supervisi-pendidikan.html.
Diakses pada 25 Juli 2009
Sahertian, Piet A. Konsep
Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan : Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2000.
Syaiful Sagala.
2010. Supervisi Pembelajaran dalam
Profesi Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Ngalim Purwanto.
2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya
H.A. Syamsudin
Makmun. 2005. Psikologi Kependidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Suharsimi Arikunto.
1997. Prosedur Penelitian. Jakarta:
Rineka Cipta
Budiyono. 2007. Motede Statistik untuk Penelitian.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Herman R. Soetisna.
2007. Pengukuran Produktivitas.
Bandung: Laboratorium PSK&E TI-ITB
Komarudin. 2004. Manajemen Pengawasan Kualitas Terpadu.
Jakarta: Rajawali,
Gomes, Faustino
Cardoso. 2002. Manajemen Sumberdaya
Manusia. Yogyakarta: Andi offset.
Puslitjaknov, 2008. MetodePenelitian Pengembangan. Jakarta:
Depdiknas
Sinungan,
Muchdarsyah. 2003. Produktivitas, Apa dan
Bagaimana. Jakarta: Bumi Aksara.
H.A.R Tilaar. 1999. ParadigmaBaru Pendidikan Nasional.
Jakarta: Rineka Cipta
Bogdan, R..C. & Biklen, S.K. 1982. Qualitative
Research for Education. Boston:Allyn & Bacon Inc.
Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan. Bandung:
Pustaka Setia.
Danim, Sudarwan. 2010. Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Depdiknas. 2001. Kurikulum Sekolah Dasar. Jakarta:
Depdiknas.
Dediknas. 2003. Undang-Undang R I Nomor 20
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.
Supriadi, D. 2000. Reformasi Pendidikan Dalam
Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita.
Depdiknas. 2004. Pola Pembinaan Sistem Pendidikan
Tenaga Kependidikan PGSD. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2005. Undang-Undang RI Nomor 14 Tentang
Guru Dan Dosen. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Guru Kelas SD/MI
Lulusan S 1 PGSD. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas.2008. StanPembangunan Pendidkan
Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Goetz, J.P. & Comte, LMD. 1984. Ethnography
and Qualitative Design And Educational Research. New York: Academy Press
Inc.
Hasan, S.H. 2004. Kurikulum dan Tujuan
Pendidikan. Bandung: Pasca Sarjana UPI.
Hatten, K.J. & Rosenthal, S.R. 2001. Reaching
for the Knowledge Edge. New York: Amrican Management Association.
Manisera, Marica., Dusseldrp, E., and Kooij, A.J. Van. 2005. Component Structure of Job Satisfaction
Based on Herzberg’s Theory. Italy: Leiden University
Slade, L.A. and Rush, M. 1991.Achievement
Motivation and Dynamics of Task Difficulty Choices. Journal of Personality
and Society Psychology Vol 6 No 1, 165-172.
Sukmadinata, Nana Saodih,2009. Landasan
Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Williams, J.K. 2003. Maslow’s
Hierarchy of Needs and Alderfer’s ERG Theory. London: SLC
Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis /
PTK / PTS lengkap
Versi Ms.Word
hubungi : 0857 2891 6006
Pendekatan Diskusi Interaktif Dalam Peningkatan Pelayanan Dasar Bimbingan dan Konseling Pada SMA dan SMK Binaan di Kota Padang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Konselor merupakan
tenaga kependidikan, seyogianya menjadi bagian yang integral dari
seluruh upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Dalam kerangka
reformasi di bidang otonomi pendidikan yang telah digelindingkan yaitu
manajemen berbasis sekolah, sudah saatnya unjuk kerja konselor sekolah difokuskan pada standar kompetensi dengan bekerja secara profesional.
Dalam kontek pengembangan profesi pengawas sekolah, memenuhi tuntutan Permen No. 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah / Madrasah diadakan Penelitian Tindakan Sekolah
( PTS ) mengemukakan urgensi dan efektivitas pelayanan konseling yang
dilaksanakan oleh konselor pada SMA dan SMK binaan.
Unjuk
kerja konselor dalam melaksanakan Pelayanan Konseling mengaju pada
empat bidang bimbingan: ( bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan
belajar dan bimbingan karir), dan jenis-jenis pelayanan konseling (
orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling
perorangan, bimbingan kelompok dan konseling kelompok, konsutasi dan
mediasi ), serta kegiatan pendukung bimbingan ( aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah dan alih tangan kasus ) yang dikenal dengan “BK
pola 17 plus”. Indikator kualifikasi konselor dapat diukur melaui
pengetahuan, ketrampilan dan sikap seperti tingkat pendidikan ( S 1 ).
Kesadaran diri ( Self awareness ) dan etos kerja. Konselor profesial bekerja secara ikhlas serta menghasilkan produktifitas yang lebih besar.
Memperhatikan
kenyataan konselor SMA dan SMK binaan saat ini, data menunjukan bahwa
konselor sekolah banyak yang belum memenuhi standar kualifakasi akademik
: sarjana Pendidikan ( S 1 ), dan memiliki
sartifikat guru dalam jabatan. Bagi konselor yang belum memenuhi
standar kualifakasi itu, diduga mungkin dan atau mampu melaksanakan
layanan konseling bimbingan kelompok tugas “ BK Pola 17 Plus “ secara
administratif dan bermanfaat.
Laporan hasil supervisi Pengawas Sekolah, disampaikan dalam Rapat
Pengawas dengan Kepala Dinas beserta jajaranya pada tanggal 27 juni
2008 . Melahirkan surat edaran Dinas Pendidikan Kota Padang No. 2563 / 420. DP / KPMP / 2008 tentang Peningkatan
Mutu Pembelajaran, secara ekplesit Kepala Dinas Pendidikan menyatakan
bahwa Guru harus membuat perangkat pembelajaran, setiap sekolah type C
harus memiliki minimal 1 ( satu ) orang Konselor dengan tugas melaksanakan Pelayanan Dasar, Pelayanan Responsif, Pelayanan Perencanaan Indidual dan Pelayanan Dukungan Sistem.
Depdiknas
(2008) pelayanan dasar merupakan upaya pemberian bantuan kepada seluruh
peserta didik melalui pengalaman terstruktur secara klasikal atau
kelompok yang disajikan secara sistematis. Achmad JN (2006, hal. 17)
pelayanan dasar bimbingan bertujuan membantu peserta didik mengembangkan
prilaku efektif, akhlak mulia dan ketrampilan hidupnya yang mengacu
pada tugas-tugas perkembangan, dilaksanakan dengan menggunakan strategi
bimbingan klasikal dan dinamika kelompok.
Pelayanan
responsif adalah usah pemberian pertolongan kepada peserta didik yang
menghadapi masalah, memerlukan bantuan dengan segera, jika tidak
ditolong maka menimbulkan hambatan dalam proses pencapaian kerkembangan.
Achmd JN (2006, hal. 18) layanan responsif bertujuan membantu peserta
didik memenuhi kebutuhn yang dirasakan sangat penting mendadak saat ini,
pelayanan responsif lebih bersifat kuratif.
Pelayanan
perencanaan individual Diknas (2008) merupakan bantunan kepada peserta
didik agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaiatan
dengan masa depan berdasarkan kekuatan dan kelemahan dirinya dengan
memperhatikan peluang yang ada. Achmd
JN (2006, hal. 18) layanan perencanaan individual bertujuan memberikan
pertolongan dalam membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana
pendidikan, karier, sosial dan pribadi. Sementara dukungan sistem
merupakan komponen pelayanan dan kegiatan managemen yang memberi
dukungan kepada konselor dalam memberdayakan tiga pelayanan tersebut
diatas.
Dari
empat pelayanan yang dikemukakan di atas, berdasarkan hasil monitor,
observasi, wawancara dan studi dokumenter menunjukan bahwa konselor
mengalami kelemahan dalam
merencanakan satuan pelayanan dasar bimbingan, khusus pada aspek
pemahaman standar kompetensi kemandiria konseli, kompetensi dasar,
perumasan tujuan/hasil bimbingan yang ingin dicapai, urain materi, dan pelaksanaan kegiatan serta
penilaian hasil bimbingan. Kemampuan dalam merencanakan satuan layanan
merupakan permasalahan yang esensial dan urgen. Apabila konselor tidak
berbuat berdasarkan pada trilogi profesi yaitu visi dan misi, aksi serta
didikasi, maka dampaknya adalah satuan layanan bimbingan akan mandul,
ketercapaian kompetensi dasar kemandirian konseli semakin jauh dari
kenyataan, atau tidak dapat diujudkan.
Berdasarkan uraian diatas dalam upaya mewujudkan konselor profesional yang
mampu meujudkan standar kompeteni kemandirian kanseli, maka peneliti
mencoba melakukan pembinaan dengan pendekatan diskusi interaktif dalam
membuat satuan layanan dasar bimbingan dan konseling pada guru
pembimbingan SMA dan SMK binaan di Kota Padang.
Guru dan konselor
aktif mengikuti MGMP, MGP, MGPD, dan KKG secara rutin, baik yang
diadakan oleh sekolah maupun tingkat kota. Surat edaran tersebut di atas
itu secara inplisit juga mengandung makna bahwa: wawasan, kemampuan dan
kinerja konselor perlu ditingkatkan untuk memenuhi standar profesi
sebagaimana yang telah diamanatkan, (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (2) Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (3) Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (4) Permen Diknas Nomor
16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru, (5)
Permen Diknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam
Jabatan.
Untuk
mewujudkan guru pembimbing memiliki kemampuan dalam membuat satuan
layanan bimbingan dan konseling aplikatif dan komunikatif, maka peneliti
mencoba melakukan pembinaan dalam membuat satuan layanan bimbingan dan
konseling dengan pendekatan diskusi interaktif kepada guru pembimbingan SMA dan SMK binaan di Kota Padang.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas diperoleh identifikasi sebagai berikut:
1. Ada guru pembimbing yang tidak membuat satuan layanan pada proses pembelajaran/pelayanan di sekolah
2. Ada satuan layanan konseling yang tidak aplikatif dan komunikatif.
3. Ada satuan layanan konseling yang kurang dimengerti oleh konseli
4. Ada aspek dalam satuan layanan yang tidak lengkap diisi oleh guru pembimbing.
5. Kurang semangat membuat satuan layanan konseling oleh guru pembimbing yang bertugas masuk kelas memberikan pelayanan dasar.
6. Pada umumnya guru pembimbing belum memanfaatkan satuan layanan konseling sebagai serana alat bantu pemberian pelayanan dasar
7. Ada pendapat yang berkembang bahwa penggunaan satuan layanan konseling dalam pemberian layanan tidak mempengaruhi hasil layanan.
8. Perlu ada bimbingan untuk meningkatkan kinerja guru pembimbing dalam pembuatan satuan layanan konseling (satlan).
C. Hipotesis Penelitian
Dengan pendekatan diskusi interaktif konselor akan meningkatkan pelaksanaan pelayanan dasar pada SMA dan SMK Negeri binaan di kota Padang.
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah pendekatan diskusi interaktif konselor sekolah dapat meningkatkan pelaksanaan pelayanan dasar bimbingan dan konseling pada SMA dan SMK Negeri binaan di kota Padang
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. Dh. 1985. Diskusi Sebagai Alat Untuk Memecahkan Masalah, Jakarta, PT Karya Nusantara
Achmad Juntika Nurihsan, 2007. Bimbingan dan Konseling Dalam berbagai latar Kehidupan. Jakarta; PT Refika Aditama.
Arni Muhammad, 2008. Komunikasi Organisasi. Jakarta, Bumi Akasara
H.M. Taylor dan A.G. Mear, 1984. Rapat Konferensi Diskusi dan mendirikan Organisasi. Pentejemah Anas Siddik. Jakarta, Balai Aksara
Depdiknas,
2007. Peraturan Mendiknas RI Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta; Depdiknas.
Depdiknas,
2007. Peraturan Mendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses
Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta; Depdiknas.
Depdiknas, 2007. Panduan Penyususnan Perangkat Portofolio Sartifikasi Guru Dalam Jabatan. Jakarta; Depdiknas.
Depdiknas, 2008. Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta Dirjen PMPTK
Depdiknas, 2008. Bahan/Materi Bimbingan Teknis Kurikulum Tingkat Satuan Pendididikan SMA. Jakarta; Depdiknas.
Goldberg,
Alvin.A, 1985. Komunikasi Kelompok Diskusi dan Penerapannya.
Penterjemah Koesdarinisoemiati, Gary R Jusuf. Jakarta, UI Press.
Masril, 1993. Teras Kuliah Belajar Mengajar, Padang. Angkasa Raya.
Mungin Eddy Wibowo,.2003. Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling, Materi Pelatihan Guru Pembimbing. Jakarta, Dirjen Dikdasmen.
Prayitno, 1995. Buku Seri Bimbingan dan Konseling di Sekolah Layanan
Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta Ghalia Indonesia
Prayitno, 2002. Hubungan Pendidikan . Departemen Pendidikan Nasional. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direkrorat SLTP.
Prayitno, 2003. Wawasan dan Landasan BK Buku 1 Materi Pelatihan Kompetensi Guru Pembimbing, Jakarta, Dirjen Dikdasmen.
Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap
Versi Ms. Word hubungi : 0857 2891 6006
PTS 014 Pendekatan Diskusi Interaktif Dalam Peningkatan Pelayanan Dasar Bimbingan dan Konseling Pada SMA dan SMK
Unknown
21.23
MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN BIOLOGI DALAM MELAKSANAKAN
PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SMA SWASTA PAKET BINAAN SANGGAR 07 JAKARTA BARAT.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan guru
mata pelajaran Biologi dalam pengelolaan pembelajaran di SMA Swasta Paket Binaan Sanggar
07 Jakarta Barat. Penelitian ini dilaksanakan di delapan SMA Swasta Hasil analisis menunjukkan bahwa kemampuan guru Biologi mengalami peningkatan setelah mendapat perlakuan supervisi klinis
antara kemampuan awal dengan akhir siklus dan dengan akhir siklus 2 untuk:
· Komponen. Pra dan
MembukaKegiatanPembelajarankemampuanguru pada awalsiklus 1 kurang 75%, Cukup
25% pada akhirsiklus 1 meningkatmenjadicukup 75%, baik 25% dan pada akhirsikius
2 kemampuangurumeningkatmencapaibaik 100%.
· Komponen. Kegiatan Inti
Pembelajarankemampuanguru pada awalsiklus 1 kurang 37,5%, Cukup 62,5% pada
akhirsiklus 1 meningkatmenjadicukup 62,5%, baik 37,5% dan pada akhirsiklus 2
kemampuangurumeningkatmencapaibaik 100%.
· Komponen. Pemanfaatan Media Pembelajarankemampuanguru
pada awalsiklus 1 kurang 75%, Cukup 25% pada akhirsiklus 1
meningkatmenjadicukup 62,5%, baik 37,5% dan pada akhirsiklus 2
kemampuangurumeningkatmencapaicukup 12,5%, baik 100%, sangatbaik 37,5%
· Komponen. MemeliharaketertibanSiswakemampuanguru
pada awalsiklus 1 kurang 50%, Cukup 50% pada akhirsiklus 1
meningkatmenjadicukup 75%, baik 25% dan pada akhirsiklus 2
kemampuangurumeningkatmencapaibaik 100%
· Komponen. Penilaian dan
PenggunaanBahasakemampuanguru pada awalsiklus 1 kurang 37,5%, Cukup 62,5% pada
akhirsiklus 1 meningkatmenjadicukup 50%, baik 50% dan pada akhirsiklus 2
kemampuangurumeningkatmencapaibaik 100%
· Komponen.
MenutupKegiatanPembelajarankemampuanguru pada awalsiklus 1 kurang 50%, Cukup
50% pada akhirsiklus 1 meningkatmenjadikurang 12,5% cukup 37,5%, baik 50% dan
pada akhirsiklus 2 kemampuangurumeningkatmencapaicukup 12,5% baik 62,5%
sangatbaik 25%.
Implikasidarihasilpenelitianiniadalahbahwapelaksanaansupervisiklinisdapatmeningkatkankemampuan
guru mata pelajaran Biologi dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian maka hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
yang berharga bagi para kepala sekolah dan pengawas sekolah agar
melaksanakan supervisi klinis dalam kegiatan pembelajaran guru
disamping pelaksanaan supervisi lainnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Permasalahan pendidikan yang
dihadapi olehbangsa Indonesia adalahrendahnyamutupendidikan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, tentang
Standar Nasional Pendidikan memuat (kriteria minimal tentang sistem pendidikan
di seluruh wilayah Indonesia. Lingkup standar nasional pendidikan tersebut
meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan (Depdiknas
2005:8)
Standar proses pendidikan
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan. Sehingga seluruh sekolah harus
mengusahakan pelaksanaan proses pembelajaran dengan baik. Proses pembelajaran
yang dilakukan dengan sungguh-sungguh melalui perencanaan yang matang,
memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada dan memperhatikan taraf perkembangan
intelektual anak akan menghasilkan kwalitas lulusan yang baik. Lemahnya proses
pembelajaran yang dikembangkan oleh guru menjadi salah satu masalah yang
dihadapi pada kegiatan pembelajaran. Sehubungan dengan upaya meningkatkan
kwalitas lulusan maka proses pembelajaran perlu dibenahi. Dalam pelaksanaan
proses pembelajaran guru terlebih dahulu mengadakan persiapan tertulis seperti
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan sebagai acuan dalam
kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas perlu
mendapat perhatian khusus. Peneliti dalam melaksanakan tugas khususnya pada
pelaksanaan supervisi kunjungan kelas memperoleh temuan:
- Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tidak dibawa pada saat
pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
- Kegiatan pembelajaran tidak sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan.
- Kegiatan pembelajaran tidak bervariasi dan umumnya berpusat pada guru.
Dari temuan dalam pelaksanaan
supervisi kegiatan pembelajaran tersebut maka diharapkan untuk meningkatkan
keberhasilan proses pembelajaran dapat dilakukan melalui pelaksanaan supervisi
klinis. Supervisi klinis merupakan sarana bimbingan dan pembinaan yang
dilakukan secara kolegial sehingga guru lebih mudah menerima perbaikan. Dan
supervisi klinis dilakukan terhadap guru yang melaksanakan pembelajaran
meliputi:
- Prapembelajaran,
- Membukakegiatanpembelajaran,
- Kegiatanintipembelajaran,
- Pemanfaatan media pembelajaran/sumberbelajar,
- Pembelajaran yang
memicudanmemeliharaketerlibatansiswa,
- Penilaianproses dan hasilbelajar,
- Penggunaanbahasa,
- Penutupkegiatanpembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut penelilian ini bertujuan
melihat apakahsupervisiklinisdapatmeningkatkankemampuan
guru melaksanakanpembelaiaran. Penulismemberikanjudulnenelitianini: ”MeningkatkanKemampuan Guru Mata
PelajaranBiologiDalamMelaksanakanPembelajaranMelaluiSupervisiKlinis Di SMA
PaketBinaan, Sanggar 07 Jakarta Barat.”
B.
RumusanMasalahdanPemecahannya
1.
Rumusanmasalah
Apakahsupervisiklinisdapatmeningkatkankemampuan
guru biologidalammelaksanakanpembelajaran ?
2. PemecahanMasalah
Tindakan yang dilakukan,
kegiatanpembelajaran yang dilaksanakanoleh guru
diobservasi dan dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti diadakan diskusi untuk merumuskan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang sesuai dengan kondisi sekolah. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
disusundijadikansebagaiacuandalamkegiatanpembelajaranberikutnya.Dan
kegiatanpembelajarantersebutdiobservasiuntukmemperoleh data
hasilpelaksanaantindakan.Data yang
diperolehdianalisisdankemudiandijadikanacuanuntuktindakanberikutnya.
C.
TujuanPenelitian.
Tujuan penelitian untuk meningkatkan keterampilan
guru mata pelajaran biologi dalam pengelolaan pembelajaran di SMA
SwastaPaketBinaanSanggar 07 Jakarta Barat.
D.
ManfaatPenelitian
- Sebagai masukan bagi
guru untuk meningkatkan keterampilannya dalam proses pembelajaran.
- Sebagai bahan masukan kepada kepala sekolah dalam upaya meningkatkan keterampilan
guru dalam proses pembelajaran.
E.
HipotesisTindakan.
Hipotesistindakandalampenelitianiniadalah:
Supervisiklinisdapatmeningkatkankemampuan guru
biologidalammelaksanakanpembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Ametembun, N.A. (1975) Supervisi Pendidikan Bandung: IKIP bandung
Burhanuddin. (1994). Analisismanajemen dan
Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta
Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah
Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan. Jakarta
Dongeng I. S. (1993). Ilmu Pengajaran
Variabel. Jakarta : Proyek P2T Dirjen Dikti.
Good C.V. (1973) Dictionary of Education, New York: McGraw-Hill Book
Company
Marcus. (2003). KurikulumBerbasisKompetensi Medan:
LembagaPenjaminMutuPendidikan Sumatera
Sahertian P.A. dan F. Mataheru.(1982)
danTeknikSupervisiPendidikan.Surabaya :
Usaha Nasional
Sanjaya W. (2007). Strategi
Pembelajaran Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Uno H. B. (2006) Orientasi
Baru Dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Wiles, K. (1967). Supervision For BetterWood-Cliff.New Jersey:
Prentice Hall, inc.Engle.
Yulhefi.(2006). SupervisiKlinis.Medan
:PenjaminMutuPendidikan Sumatera Utara.
Untuk
mendapatkan file PTK / Skripsi / Thesis lengkap
PTS 026 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN BIOLOGI DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SMA SWASTA PAKET BINAAN
Unknown
16.36
STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI PROGRAM
MANAJEMEN
BERBASIS SEKOLAH
(STUDI KASUS PADA SMP NEGERI 229
JAKARTA)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu
permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya
mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Sebab permasalahan
yang acap muncul ke permukaan adalah rendahnya produk (keluaran) atau hasil
pendidikan. Lembaga pendidikan tinggi berpendapat bahwa rendahnya mutu
keluarannya adalah akibat rendahnya mutu masukannya, yaitu dari pendidikan
SMA/SMK. Lembaga pendidikan di SMA/SMK mengatakan bahwa rendahnya kualitas
keluarannya adalah akibat dari masukan yang diterima dari SMP kualitasnya
rendah. Dan seterusnya, pada akhirnya yang menjadi sasaran kritik adalah mutu
pendidikan Sekolah Dasar. Kualitas hasil belajar yang relatif rendah dapat
disebabkan oleh berbagai faktor yang berperan dalam proses pendidikan selama
siswa mengikuti program pada jenjang dan jenis pendidikan yang dipilihnya.
Terlepas
dari hal tersebut, tinggi rendahnya kualitas pendidikan di sekolah, tergantung
pada tinggi rendahnya kualitas faktor-faktor yang mempengaruhinya. Beberapa
indikator esensial yang sangat
menentukan mutu pendidikan di sekolah antara lain : siswa, kurikulum, sarana
prasarana, tenaga kependidikan, pengelolaan atau manajemen dan lingkungan.
Salah satu indikator kualitas pendidikan di sekolah adalah kualitas manajemen
sekolah. Manajemen berkaitan erat antara pencapaian tujuan dan cara
memanfaatkan sumber-sumber daya yang dapat digunakan.
Untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional berbagai usaha telah dilakukan pemerintah
antara lain melalui berbagai pelatihan dan kompetensi guru, pengadaan buku-buku
dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan
mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan
belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Sebagian sekolah, terutama di
kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan,
namun sebagian besar lainnya masih memprihatinkan (Depdiknas,2001:3). Sekolah
sabagai institusi pendidikan merupakan tempat proses pendidikan. Kegiatan
intinya adalah mengelola sumber daya manusia serta meningkatkan derajat
kehidupan masyarakat. Sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, sekolah
merupakan sistem yang memiliki berbagai perangkat dan unsur yang saling
berkaitan yang memerlukan pemberdayaan. Konsep pemberdayaan itu bentuknya
adalah memberikan otonomi yang lebih luas dalam memecahkan masalahnya sendiri
di sekolah. Oleh karena itu, diperlukan suatu perubahan kebijakan di bidang
manajemen pendidikan berskala nasional dengan implementasinya difokuskan pada
prinsip memberikan kewenangan mengelola dan mengambil keputusan sesuai tuntutan
dan kebutuhan sekolah akan mutu yang ditentukan sebelumnya (sagala,2004:5).
Sejak tahun
1999, Direktorat Pendidikan lanjutan Tingkat Pertama telah menerapkan
pendekatan baru dalam mengelola sekolah, dikenal dengan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) (Depdiknas,2002:1). Penerapan MBS didorong oleh kenyataan bahwa
penyelenggaraan pendidikan nasional yang dilakukan secara sentralistik telah
menyebabkan terjadinya kesalahan pengelolaan pada kebanyakan sekolah.
Atas dasar
uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas dapat diambil suatu pengertian
bahwa mutu pendidikan nasional yang tidak merata selama ini perlu dilakukan
upaya-upaya perbaikan salah satunya adalah melakukan reorientasi
penyelenggaraan pendidikan, yaitu dari manajemen peningkatan mutu berbasis
pusat menuju manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) adalah merupakan suatu model manajemen yang memberikan otonomi
yang lebih luas kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif
yang melibatkan sacara langsung semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah,
pegawai, orang tua siswa, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekoah
berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.
Yang
menjadi permasalahan di sini adalah, seberapa efektivitas implementasi program
MBS dan kendala-kendala apa yang dihadapi serta bagaimana solusinya dalam
mengimplementasikan Manajemen Berbasis Sekolah.
1.2
Identifikasi Masalah
Sejak model
MBS ini dilaksanakan yaitu mulai tahun 1999, dalam implementasinya masih banyak
personalia sekolah yang belum memahami konsep MBS. Masih banyak dijumpai di
lapangan dan telah mendapat sorotan yang tajam dari berbagai media massa bahwa
dalam manajemen sekolah belum tampak adanya keterbukaan dalam manajemen apabila
lagi menyangkut masalah keuangan, masih banyak terlihat kekurangmandirian
sekolah sabagaimana yang diharapkan oleh model MBS, belum tampak adanya upaya
optimal memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya manusia yang ada di sekolah
termasuk orang tua siswa dan stakeholder
dalam manajemen sekolah. Inovasi dan kreativitas dari submber daya manusia yang
ada di sekolah belum menunjukkan tanda-tanda yang positif. Masih banyak
fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan yang belum sesuai sebagaimana yang
diamanatkan oleh model manajemen sekolah MBS.
1.3
Pembatasan Masalah
dalam
manajemen sekolah model MBS secara holistic banyak factor yang terlibat untuk
menetukan keberhasilan implementasi program. Namun karena keterbatasan waktu,
biaya dan kemampuan peneliti maka lingkup penelitian ini dibatasi pada aspek
efektivitas implementasi Manajemen Berbasis Sekolah yang meliputi efektivitas
konteks, input, proses dan produknya.
Dalam
pelaksanaan studi evaluatif tentang efektivitas implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah ini menggunakan pendekatan model CIPP.
Pada
masing-masing komponen akan dibatasi, seperti pada komponen konteks dibatasi
pada keadaan georafis, permintaan masyarakat, kebijaksanaan pemerintah,
aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, dan status sosial ekonomi masyarakat.
Sedangkan pada komponen input, dibatasi pada visi sekolah, misi sekolah, tujuan
sekolah, sasaran sekolah, program sekolah, sumber daya sekolah, siswa,
kurikulum, sikap kemandirian, dan keuangan. Komponen proses dibatasi pada
proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses
pengelolaan program, proses balajar mengajar, proses evaluasi, proses kerjasama
dan partisipasi, proses akuntabilitas, kemandirian, keterbukaan, dan proses
berkelanjutan (sutainibilitas). Lebih lanjut pada komponen keluaran (Produk)
dibatasi pada aspek prestasi akademik dan prestasi non akademik.
1.4
Rumusan Masalah
Penelitian
ini terfokus pada efektivitas implementasi program Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS). Masalah yang disorot adalah :
1.4.1
Seberapa efektivitas implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah di SMP Negeri 229 jakarta ?
1.4.2
Masalah Minor :
a. Seberapa efektivitas
konteks atau latar dalam implementasi program Manajemen Berbasis Sekolah di SMP
Negeri 229 Jakarta ?
b. Seberapa efektivitas
input atau masukan dalam implementasi Program Manajemen Berbasis Sekolah di SMP
Negeri 229 Jakarta ?
c. Seberapa efektivitas
proses dalam implementasi program Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229
Jakarta ?
d. Seberapa efektivitas
produk dalam implementasi program Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229
Jakarta ?
e. Apa ada Kendala-kendala
yang dihadapi dalam implementasi pengelolaan sekolah dengan model manajemen
Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229 Jakarta dan bagaimana solusinya ?
1.5
Tujuan Penelitian
Dalam
uraian tentang perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas bahwa fokus
penelitian ini ialah efektivitas implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMP
Negeri 229 Jakarta.
Tujuan
penelitian evaluatif terhadap efektivitas implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah ini tidak dimaksudkan untuk penemuan teori baru tentang program
Manajemen berbasis Sekolah, tetapi lebih difokuskan pada upaya memberikan
deskripsi atau gambaran tentang efektivitas implementasi program Manajemen
Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229 Jakarta yang pada tahun pelajaran 2007/2008
sedang melaksanakan program Manajemen berbasis Sekolah, dilihat dari aspek
konteks atau latar, input, proses, dan produk hasil implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah terhadap sekolah, khususnya ditinjau dari tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap sekolah.
Dalam
hubungan dengan uraian di atas, tujuan penelitian ini ialah untuk mengadakan
suatu kajian dan mendeskripsikan tentang efektivitas implementasi program
Manajemen Berbasis Sekolah. Tujuan operasional penelitian evaliatif ini dapat
dirinci sebagai berikut :
a)
Untuk mendeskripsikan efektivitas konteks atau latar dalam
implementasi program Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229 Jakarta.
b)
Untuk mendeskripsikan efektivitas input atau masukan
dalam implementasi Program Manajemen
Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229 Jakarta.
c)
Untuk mendeskripsikan efektivitas proses dalam
implementasi program Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229 Jakarta.
d) Untuk mendeskripsikan
efektivitas produk dalam implementasi program Manajemen Berbasis Sekolah di SMP
Negeri 229 Jakarta.
Untuk mendeskripsikan
kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi pengelolaan sekolah dengan
model Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229 Jakarta dan solusinya.
1.6
Manfaat Penelitian
Manfaat
yang diharapkan dari penilitian ini adalah kegunaan praktis, yaitu dalam rangka
mengimplementasikan Manajemen Berbasis Sekolah, disamping kegunaan yang
sifatnya teoritis dalam arti kegunaan dalam pengembangan ilmu itu sendiri
khususnya dalam bidang manajemen pendidikan. Kegunaan praktis yang dapat
diharapkan dari hasil penelitian (studi evaluatif) ini ialah sebagai masukan
dan bahan pertimbangan dalam implementasi program Manajemen Berbasis Sekolah
dengan aspek-aspeknya atau faktor-faktor yang berhubungan dengn Manajemen
Berbasis Sekolah khususnya SMP Negeri 229 Jakarta untuk tahun-tahun berikutnya.
Informasi-informasi dari hasil penelitian (studi evaluatif) ini tentunya dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau titik tolak dalam rangka pengembangan
manajemen pendidikan, khususnya dalam masalah peningkatan implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah di Kotamadya Jakarta Barat.
Selain
itu apabila hasil penelitian (studi evaliatif) tentang efektivitas implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah ini signifikan dalam mengimplementasikan Manajemen
Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229 Jakarta, dapat dijadikan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan untuk kebijakan di masa yang akan datang terkait dengan
peningkatan efektivitas implementasi Manajemen Berbasis Sekolah baik pada
tingkat SMP maupun ditingkat SMA/SMK yang telah menjadi agenda pemerintah.
Dalam
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen pendidikan,
penelitian-penelitian serupa baik manajemen pendidikan, manajemen sekolah
ataupun manajemen berbasis sekolah yang telah banyak dibahas di depan, telah
banyak diteliti para ahli. Akan tetepi sekalipun demikian, hasil penelitian ini
apapun bentuknya, tentunya masih akan tetap bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya dalam memperkaya khazanah serta wawasan dalam bidang
ilmu manajemen pendidikan. Selanjutnya hasil dari penelitian ini mungkin juga
dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk penelitian lebih lanjut, khususnya
yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan manajemen sekolah, misalnya
pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah yang sampai sejauh ini belum banyak mendapatkan perhatian dari para
peneliti. Adanya kontribusi dari hasil penelitian ini baik yang bersifat
praktis atau yang bersifat teoritis seperti yang telah dikemukakan di atas,
diharapkan akan dapat memberikan dampak yang positif bagi perkembangan kualitas
pendidikan di masa depan.
1.7
Implikasi Terhadap
Kebijakan
Dalam
pelaksanaan suatu kebijakan yang otoritasnya telah dilimpahkan kepada
organisasi di daerah, banyak terjadi variasi implementasi dari program
Manajemen Berbasis Sekolah dimaksud, hal ini implikasinya berdampak pada
penyelenggara pendidikan di sekolah.
Keberhasilan
inplementasi MBS yang terpenting terletak pada political will pemerintah. Bila dicermati dukungan pemerintah dari
sisi ini sudah ada bahkan sudah dituangkan secara resmi dalam
perundang-undangan. Yang menjadi masalah adalah bagaimana pelaksanaan dan
pemantauan dari Undang-undang tersebut berjalan dengan baik.
Dukungan
finansial dari pemerintah dan masyarakat yang peduli pendidikan belum tampak.
Justru yang tampak adalah dukungan dana dari beberapa lembaga donor
internasional misalnya Asian Development
Bank, Unesco, dan beberapa negara lain. Padahal banyak orang yang percaya
bahwa perusahaan-perusahaan besar lainnya meraup keuntungan triliunan rupiah
per tahun, justru tak peduli akan keberhasilan MBS.
Budaya
sekolah rata-rata belum bisa mendukung keberhasilan implementasi MBS. Budaya
sekolah belum dibangun secara baik berdasar keyakinan warga sekolah,
meliankan dibentuk oleh keinginan para
pimpinan bahkan keinginan birokrasi. Oleh karena itu, banyak warga sekolah yang
tidak peduli terhadap kemajuan sekolah. Apabila MBS diharapkan membawa kemajuan
untuk sekolah, maka budaya sekolah harus dibangun bersama-sama oleh seluruh
warga sekolah.
Terkait
dengan upaya pembentukan budaya sekolah yang kuat dan baik maka sekolah harus
memiliki kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan yang efektif akan tercapai
apabila kepala sekolah memiliki kemampuan profesional di bidangnya, memiliki
bakat atau sifat, memahami kondisi lingkungan dan pengikutnya dalam menerapkan
gaya kepemimpinan yang paling sesuai. Yang paling diperlukan untuk mendukung
kebijakan pemerintah dalam implementasi MBS adalah kepala sekolah harus mampu
menggerakkan para pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama.
Implikasi
terhadap kebijakan implementasi MBS lainnya ialah sekolah sebagai organisasi
harus diubah dan dikembangkan. Perubahan sekolah akan berjalan dengan baik
apabila berdampak pada perbaikan kehidupan para guru dan staf lainnya. Mereka
harus dilibatkan sejak awal untuk mengubah organisasi sekolah dan
mengembangkannya. Perubahan dan pengembangan organisasi sekolah harus diawali
dari perubahan individu dan lingkungan kerja secara bertahap.
DAFTAR PUSTAKA
Anastsi, Anne. & Susana Urbina. 1997. Psychological Testing.Canada : Collier Mac Millan Canada Inc.
Ancok, Djamaludin.1998. Motivasi dan Kepuasan Dalam Kerja. Yogyakarta
: PPM-FE UGM.
Anderson, Judith. 1993.
Who Runs teShools ?ThePrincipal’s View.
Office of Research : Office of Educational Research and Improvement (OERI) of
the U.S. Departement of Education. http://www.ed.gov/pubs/OR/ResearchRpts/printview.html.
Azwar. 2004. PendidikanKecakapanHidup
(Life Skills Education). Bandung :Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi.1999. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1995. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :
Bumi Aksara.
Azwar, Saifuddin.1986. Reliabilitas dan Validitas : Interpretasi
dan Komputasi. Yogyakarta : Liberty.
-----, 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
-----, 2001. Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Borg, W.R. & Gall, M.D.
1983. Edudational Research: A
Introduction. New York :
Holt Rinehart & Winston.
Budimansyah, Dasim. 2001. Indikator Kinerja Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah. Jakarta : Ditjen Dikdasmen. http://www.pdk.go.id/serra_mserbi/dpks/Kinerja.htm
Cheng, Yin Choeng. 1996. Shool
effectiveness and Shool-Base management : A Mechanism for Development.Washington , DC : The Pelmer Press.
Danim, Sudarwan.2000. Metode Penelitian Untuk Ilmu-ilmu Perilaku. Jakarta
: Bumi Aksara.
Depdiknas.2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Edisi 3. Jakarta : Dirjen Dikdasmen, Direktorat Dikmenum.
-----, 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Buku 1: Konsep dan Pelaksanaan. Jakarta : Dirjen Dikdasmen, Direktorat
SLTP.
-----, 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Buku2 :PanduanPenyusunan
Proposal danPelaporan. Jakarta :DirjenDikdasmen, Direktorat SLTP.
-----, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Buku 1 : Konsep Dasar, Jakarta : Dirjen Dikdasmen, Direktorat SLTP.
-----, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Buku 2 : Rencana dan Program Pelaksanaan. Jakarta : Dirjen Dikdasmen,
Direktorat SLTP.
-----, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Buku 3 : Panduan Monitoring dan Evaluasi. Jakarta : Dirjen Dikdasmen, Direktorat
SLTP.
-----, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Buku 4 : Pedoman Tata Krama dan Tata Tertib Siswa. Jakarta : Dirjen
Dikdasmen, Direktorat SLTP.
-----, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Buku 5 : Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta : Dirjen
Dikdasmen, Direktorat SLTP.
Echols, John M danHasan Shadily.1999.KamusInggris-Indonesia (An English-Indonesia Dictionart). Jakarta :
PT. GramediaPustakaUtama.
El Salvador Evaluation Team.1997.El
Savador’s EDUCO Program : A fist Report on Parent’s Partisipation in
School-Based Management. National Research and Evaluation Division Ministry
of Education El Savador and Development Economics Research Group Poverty and
Human Resources The Word Bank. http://www.wordbank.org/education/economicsed/finance/demand/related/latin/elsavador.html.
ERIC Digest-ERIC Clearinghouse on Education Management Eugene OR. http://www.ed.gov/databases/ERIC-Digest/index.
Fattah, Nanang. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan
Sekolah. Bandung : Pustaka bani Quraisy.
Fuller, Bruce & Magdalena Rivarora. 1998. Nicaraguas ’s Experiment to Deventralize School
Views of Parent, Teachers, and Directors. Development Economics Research
Croup The World Bank. http://www.worldbank.org/education/economicsed/demand/related/latin/nicaragua1.html.
Hadi, Sutrisno.2000. Manual SPS paket Midi. Yogyakarta : UGM
Hamzah B. Uno,dkk.2001. Pengembangan Instrumen Untuk Penelitian.
Jakarta : Dilema Press.
Jalal, Fasil & Dedi
Supriadi.2001. Reformasi Pendidikan Dalam
Konteks Otonomi Daerah. Jakarta : Bappenas, Depdiknas, Adicita Karya Nusa.
Joni, Raka.1986. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Surabaya
: Karya Anda.
Kerlinger, Fred N.1990. Asas-asasPenelitian Behavioral.
Yogyakarta :Gajah Mada University
Press.
Koster, Wayan. 2000.
Restrukturisasi Penyelenggaraan Pendidikan : Studi Kapasitas Sekolah Dalam
Rangaka Desentralisasi Pendidikan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No.025. http://www.pdk.go.id/balitbang/publikasi/jurnal/edisi-lalu.html.
Mechren, W.A. & J.J.
Lechman. 1978. Measurement and
Evaluation in Education and Psychology.New York : Holt Rinehart and Winston.
Myers, Doroty& Robert Stonehill.1993.School-Based Management. Office of Research Education : Consumer
Guide. http://www.ed.gov/pubs/OR/Consumer
Guides/index.html.
Natajaya, I Nyoman.2004. Langkah-langkah Dalam Penyusunan Proposal dan
Laporan Penelitian. Singaraja : IKIP Negeri Singaraja.
Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model dan
Aplikasi. Jakarta : Grasindo.
Nurkolis. 2002. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di
SLTPN 9 Jakarta. http://www.pendidikan.net/artikel/nurkolis4.html.
Mulyasa.2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Raharjo, Budi.2003. Manajemen Berbasis Sekolah.
Depdiknas,Dirjen Dikdasmen, Direktorat Tenaga Kependidikan.
Rindjin, Ketut. 2002. Penyusunan Rencana Strategis di Lingkungan
IKIP Negeri Singaraja, Disampaikan pada Lokakarya Unit Kerja di Lingkungan
IKIP Negeri Singaraja, 20 Agustus 2002.
Sagala, Syaiful. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah & Masyarakat
: Strategi Memenangkan Persaingan Mutu. Jakarta : Nimas Multima.
Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Jakarta
: PT Elex Media Komputindo.
-----, 2000. SPSS: Mengelola Data Statistik Secara Profesional.
Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Shertzer, Bruce & James D.Linden.1982.“ Persistent in Counselor
Assessment and Appraisal”. Measurement and Evaluation in Guidance Journal.
Vol.14, Number 1, Virginia: American Personnel and Guidance Association.
Sinungan, Muchdarsyah.1977.
Produktivitas: Apa dan Bagaimana. Jakarta
: Bumi Aksara.
Slamet PH. 2001. ”
Manajemen Berbasis Sekolah”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor 27 tahun
2001, http://www.pdk.go.id/jurnal/27/manajemen-berbasis
sekolah.htm
Smith, Fred M. & Sam Adams. 1972. Educational Measurement for The
Classroom Teacher. New York : Harper & Row Publisher.
Soepeno, Bambang.2003. School
Based Management for Quality Improvement
(ManajemenPeningkatanMutuBerbasisSekolah).Jakarta: Bagian Proyek Desentralisasi Pendidikan Dasar, Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama, Dirjen Dikdasmen.
STKIP Singaraja.1996. Studi Evaluatif Tentang Penyelenggaraan
Program Pengalaman lapangan (PPL) dan Proses Belajar-Mengajar (PBM) STJIp
Singaraja, Singaraja : STKIP Singaraja.
Stuffebeam, Daniel L.1981. Standards
for Evaluations of Educational Program, Projects, and Material. New York
:McGraw-Hill Book Company.
Subgayo, Joko. 1997. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta
: Rineka Cipta.
Sudijono, Anas. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :
PT. RjaGrafindo Persada.
Sudjana, 1996. Metode Statistika. Edisi 6. Bandung :
Tarsito
Sudjana, Nana &
Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian
Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Sugiyono.2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung :
Alfabeta.
-----,2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung
: Alfabeta.
Suherman, Erman dan Yaya
Sukajaya K. 1990. Petunjuk Praktis Untuk
Melaksanakan Evaluasi Matematika. Bandung : Wijaya Kusuma
Supriadi, Dedi. 2004. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi.2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis.
Yogyakarta : Andi
Thoha Chabib.2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada
Thomas, J. Alan. 1985. The
Productive School : A System Analisys Approach to Educational Administration.Chicago
:Chicago University Press.
Wandt, Edwin, et.al. 1977. Essentials
of Educational Evaluation. New York : Holt Rinehart and Winston.
Worthern, Baline R, James R. Sanders, and Jody L. Fitzpatrick. 1997. Program Evaluation : Alternative Approaches
and Practical Guidelines,New York
: A Devision of Addison Wesley Longmanm, Inc.
Untuk
mendapatkan file PTK / Skripsi / Thesis lengkap
PTS 025 STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI PROGRAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Unknown
16.31