GUDANG PTK PTS

Contoh

image
Hello,

Kami, Jasa Pintar

KAMI MEMBANTU DALAM PENYUSUNAN TUGAS-TUGAS ANDA, KAMI MENYEDIAKAN REFERENSI DAN KAMI SANGAT TIDAK MENDUKUNG PLAGIATISME.

TERIMA KASIH


Penelitian Tindakan Kelas
  • PTK SD
  • Penelitian Tindakan Kelas SD/MI

  • PTK SMP
  • Penelitian Tindakan Kelas SMP/MTs

  • PTK SMA
  • Penelitian Tindakan Kelas SMA/MA/SMK


    Experience
    Lead Developer

    State Art company

    UI/UX Developer

    Design Corporation

    Front-End Developer

    Creative Design Studio


    My Skills
    Penyusunan PTK
    Penyusunan PTS
    Contoh PTK
    Contoh PTS

    764

    Awards Won

    1664

    Happy Customers

    2964

    Projects Done

    1564

    Photos Made

    Layanan Kami

    Contoh PTK

    Menyediakan RATUSAN Judul Contoh Penelitian Tindakan Kelas (SD/SMP/SMA) yang dapat Anda gunakan sebagai bahan referensi

    Contoh PTS

    Menyediakan Judul Contoh Penelitian Tindakan Sekolah (Kepala Sekolah/Pengawas) yang dapat Anda gunakan sebagai bahan referensi

    Bikin PTK/PTS

    Jika Anda tidak menemukan judul yang sesuai pada katalog kami, tentukan sendiri judul PTK/PTS Anda, kami siap membantu dalam penyusunan

    Clean Code

    Fusce quis volutpat porta, ut tincidunt eros est nec diam erat quis volutpat porta

    Photographic

    Fusce quis volutpat porta, ut tincidunt eros est nec diam erat quis volutpat porta

    Unlimited Support

    Fusce quis volutpat porta, ut tincidunt eros est nec diam erat quis volutpat porta

    CONTOH PTK PTS

    PTS-034 UPAYA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI SEKOLAH DASAR


    UPAYA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI SEKOLAH DASAR NEGERI  KWADUNGAN 02 KECAMATAN KERJO
    TAHUN 2011/2012
    ABSTRAK
    Pelaksanaan supervisi dapat menjadi bagian dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja guru. Pelaksanaan supervisi dalam PP No 19 tahun 2005 pasal 1 ayat (25) dijelaskan sebagai bagian dari upaya  penjaminan mutu satuan pendidikan untuk mencapai standar nasional pendidikan. Pasal 19 ayat (3) PP No 19 Tahun 2005 mengisyaratkan bahwa pengawasan merupakan bagian dalam upaya terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien, sedangkan pasal 23 mengisyaratkan bahwa supervisi menjadi  salah satu bagian dari pengawasan. Menurut Sagala (2010: 89), untuk meningkatkan produktivitas guru dalam proses pembelajaran, diperlukan adanya supervisi pembelajaran.
    Penelitian dilatorbelakangi oleh kondisi yang berupa (1) Produktivitas kerja guru di SD Negeri Kwadungan 02 masih rendah dilihat dari masih kurangnya capaian kerja guru dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum maupun dilihat berdasarkan hasil belajar siswa, (2) Kendala-kendala akademis yang dialami guru bersumber dari kendala-kendala konseptual dan teknis yang mana guru sangat mengharapkan bantuan dari supervisor untuk memberikan solusi, seperti masalah strategi pengembangan proses pembelajaran yang efektif, strategi penggunaan media pembelajaran, serta masalah teknis lainnya, (3) Ketidakpercayaan diri guru yang masih rendah mengakibatkan rendahnya motivasi guru dalam mencari alternative solusi secara mandiri.
    Tujaun dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Langkah-langkah pelaksanaan supervise oleh kepala sekolah kepada guru untuk meningkatkan produktivitas kerja guru di SD Negeri Kwadungan 02, dan (2) Besarnya peningkatan produktivitas kerja guru setelah pelaksanaan supervise akademis dikembangkan oleh kepala sekolah.
    Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah yang dianalisis dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Kwadungan 02 pada semester gasal tahun pelajaran 2011/2012 selama 5 bulan. Indikator supervise yang digunakan adalah (1) Assessing program objectives, yaitu penilaian atas program-prgram yang dikembangkan guru apakah telah sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik atau belum, (2) Planning program improvement, yaitu perbaikan program-program yang tepat melalui pembentukan struktur kerja, (3) Implementing programe change, yaitu pelaksanaan program-program perubahan untuk meningkatkan strategi pembelajaran yang lebih baik dan intreraktif, (4) Evaluation of programe change, yaitu mengavaluasi semua program-program yang telah diperbaiki dengan cara pengukuran terhadap hasil (outcames). Indikator produktivitas kerja mencakup: (1) Kualitas kerja guru, (2) Kuantitas kerja guru, (3) Kecepatan kerja, (4) Penyelesaian kerja, (5) Kehandalan kerja, (6) Hubungan kerja (7) Keselamatan kerja.
    Hasil penelitian yang diperoleh adalah: (1) Terjadi perbaikan proses supervise akademis yang berbasis masalah dari siklus I menunju siklus II, (2) Terjadi peningkatan produktivitas kerja guru dari pra pelaksanaan tindakan, siklus I, siklus II, siklus III dengan skor rata-rata 2,71, 3,0, 3,7, dan 4,0

    BAB I
    PENDAHULUAN
    A.      Latar Belakang Masalah
    Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka bangsa Indonesia perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan agar tidak kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi.
    Terkait dengan kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Mulyasa (2007: 3) menjelaskan bahwa pendidikan adalah salah satu wahana yang berperan untuk meningkatkan kualitas SDM, sehingga kualitas pendidikan harus selalu ditingkatkan. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya, tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kuailtas pendidikan.
    Sebagaimana tercantum dalam Pasal 19 ayat (3) PP RI No 19 Tahun 2005, dijelaskan bahwa setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaianhasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajara nuntuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif danefisien. Disisi lain,  keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan di tingkat satuan pendidikan merupakan hal yang berhubungan erat dengan guru sebagai pihak yang secara langsung melaksanakan proses pendidikan di sekolah. Arti penting peran guru terhadap kualitas output pendidikan ini tersirat dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Pasal 4 dinyatakan, bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran, yang sekaligus berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Hal ini menunjukkan bahwa guru memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan pendidikan di tingkat satuan pendidikan, sehingga diarahkan menjadi tenaga profesional bertumpu pada tujuan meningkatnya kualitas output pendidikan.
    Menurut Subandowo (2009: 120) dijelaskan bahwa untuk kepentingan peningkatan kualitas guru, perlu dilakukan beberapa hal, diantaranya adalah peningkatan produktivitas guru yang berkualitas. Dalam upaya peningkatan mutu produktivitas guru melalui pendidikan dalam jabatan, penekanan diberikan pada kemampuan guru agar dapat meningkatkan efektifitas mengajar, mengatasi persoalan-persoalan praktis dan pengelolaan proses pembelajaran, dan meningkatkan kepekaan guru terhadap perbedaan individu para siswa yang dihadapinya. Sesuai dengan penjelasan ini, Santyasa (2009: 23) dalam penelitiannya tentang keberadaan dan kepentingan pengembangan model pelatihan untuk pembinaan profesi guru menjelaskan temuan bahwa hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan cara menyediakan pelayanan pembinaan dan pengembangan produktivitas guru. Penjelasan-penjelasan tersebut menunjukkan pentingnya peningkatan produktivitas guru terkait dengan peningkatan kualitas guru guna meningkatkan kualitas output pendidikan di sekolah.
    Survay awal yang dilakukan kepala sekolah juga menunjukkan adanya temuan bahwa kendala-kendala akademis yang dialami guru bersumber dari kendala-kendala konsep tual dan teknis yang mana guru sangat mengharapkan bantuan dari supervisor untuk memberikan solusi, seperti masalah strategi pengembangan proses pembelajaran yang efektif, strategi penggunaan media pembelajaran, serta masalah teknis lainnya. Disisi lain, guru terlihat belum memiliki motivasi yang tinggi dalam menyelesaikan masalah pembelajaran secara mandiri akibat ketidakpercayaan diri dalam merumuskan strategi pembelajaran di sekolah.
    . Berdasarkan atas konsep-konsep dan kondisi yang ditemukan di lapangan, maka dirasa perlu untuk dilakukan penelitian tentang “Upaya Meningkatkan Produktivitas Kerja Guru Melalui Supervisi Akademik di Sekolah Dasar Negeri  Kwadungan 02 Kecamatan Kerjo Tahun 2011/2012”.
    B.       Identifikasi Masalah
    Berdasarkan atas latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi adanya permasalahan sebagai berikut:
    1.      Produktivitas kerja guru di SD Negeri Kwadungan 02 masih rendah dilihat dari masih kurangnya capaian kerja guru dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum maupun dilihat berdasarkan hasil belajar siswa.
    2.      Kendala-kendala akademis yang dialami guru bersumber dari kendala-kendala konseptual dan teknis yang mana guru sangat mengharapkan bantuan dari supervisor untuk memberikan solusi, seperti masalah strategi pengembangan proses pembelajaran yang efektif, strategi penggunaan media pembelajaran, serta masalah teknis lainnya.
    3.      Ketidakpercayaan diri guru yang masih rendah mengakibatkan rendahnya motivasi guru dalam mencari alternative solusi secara mandiri.
    C.       Ruang Lingkup Penelitian
    Pelaksanaan penelitian ini dikembangkan pada batas-batas sebagai berikut:
    1.      Upaya pemberian tindakan oleh kepala sekolah sebagai supervisor melalui tindakan supervise akademik atau supervise pembelajaran untuk meningkatkan produktivitas kerja guru.
    2.      Produktivitas kerja guru yang diidentifikasi adalah produktivitas kerja yang sebatas pada capaian guru dalam program-program pembelajaran yang ditetapkan berdasarkan program-program dalam kurikulum sekolah.
    D.      Rumusan Masalah
    Berdasarkan atas latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, dibuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
    1.      Bagaimanakah langkah-langkah pelaksanaan supervise kepada guru untuk meningkatkan produktivitas kerja guru di SD Negeri Kwadungan 02?
    2.      Seberapa besar peningkatan produktivitas kerja guru setelah pelaksanaan supervise akademis yang dikembangkan oleh kepala sekolah?
    E.       Tujuan Penelitian
    Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
    1.      Langkah-langkah pelaksanaan supervise oleh kepala sekolah kepada guru untuk meningkatkan produktivitas kerja guru di SD Negeri Kwadungan 02.
    2.      Besarnya peningkatan produktivitas kerja guru setelah pelaksanaan supervise akademis dikembangkan oleh kepala sekolah.
    F.       Manfaat Penelitian
    Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dua aspek sebagai berikut:
    1.         Aspek Teoritis
    Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam studi manajemen kependidikan, khususnya berkaitan dengan manajemen sumberdaya manusia (SDM) kependidikan terkait dengan upaya peningkatan produktivitas kerja melalui optimalisasi supervisi.
    2.         Aspek Praktis
    a.         Untuk Sekolah
    Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan tentang bagaimana upaya peningkatan produktivitas kerja guru di sekolah melalui pengembangan supervisi dalam arti luas.
    b.        Bagi Guru
    Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan pada guru terkait dengan peningkatan kompetensi akademik guru melalui prosedur supervise yang humanisntis.
    G.      Definisi Operasional
    Supervisi pembelajaran (supervise akademis), merupakan upaya pemberian bantuan bagi guru guna memperbaiki situasi pembelajaran dan meningkatkan kemampuan pengajar agar lebih mampu membantu peserta didik dalam belajar dengan efektif.
    Produktivitas, merupakan kemampuan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia (input) dengan memberikan hasil(output) yang optimal.
    H.      Strategi Pemecahan Masalah
    Masalah produktivitas kerja guru yang muncul di sekolah terkait erat dengan masalah supervise yang dikembangkan kepala sekolah. Oleh karena bentuk permasalahan yang hendak diamati adalah masalah capaian guru dalam bidang akademis, maka supervise yang dikembangkan adalah supervise akademis yang diharapkan akan mampu memberikan solusia atas permasalahan dalam hal akademis, atau yang terkait dengan perbaikan proses pembelajaran oleh guru.
    Unruk mendapatkan proses yang terbaik dan palaing sesuai dengan kondisi guru, kondisi kepala sekolah, dan kondisi sumberdaya sekolah, maka perlu diujicobakan strategi-strategi supervise akademis dan pemberian motivasi secara langsung melalui tahapan-tahapan perbaikan atau melalui siklus. Perbaikan-perbaikan dalam setiap siklus diharapkan akan menjadi media diperolehnya solusi yang bersifat situasional atau paling sesuai dengan realitas situasi yang ada di sekolah.
    DAFTAR PUSTAKA
    Umam, Khaerul. 2010. Perilaku Organisasi. Bandung: Pustaka Setia
    Soripada. 2007. Konsep Sekolah Model dan Intrumen Verifikasi Sekolah Model SMA. www.psb-psma.org diakses pada 25 Juli 2009.
    Blumberg, Hansen. 1974. The Human Side Of Relationships Between Supervisors And Teachers To Understand Their Interactions. Human Resource Journal Vol 11. January, 1974
    Vincent Gaspersz. 2000. Manajemen Produktivitas Total. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
    Kusnan. 2009. Urgensi Supervisi Akademik Bagi Dosen Di Institusi Pendidikan Tinggi. http://pendidikantinggi.hostei.com/produk/1-kusnan.pdf
    Igneel. 2009. Supervisi Pendidikan. http://dikot.blogspot.com/2009/11/supervisi-pendidikan.html. Diakses pada 25 Juli 2009
    Sahertian, Piet A. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan : Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2000.
    Syaiful Sagala. 2010. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung: Alfabeta
    Ngalim Purwanto. 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
    H.A. Syamsudin Makmun. 2005. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
    Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
    Budiyono. 2007. Motede Statistik untuk Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
    Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
    Herman R. Soetisna. 2007. Pengukuran Produktivitas. Bandung: Laboratorium PSK&E TI-ITB
    Komarudin. 2004. Manajemen Pengawasan Kualitas Terpadu. Jakarta: Rajawali,
    Gomes, Faustino Cardoso. 2002. Manajemen Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: Andi offset.
    Puslitjaknov, 2008. MetodePenelitian Pengembangan. Jakarta: Depdiknas
    Sinungan, Muchdarsyah. 2003. Produktivitas, Apa dan Bagaimana. Jakarta: Bumi Aksara.
    H.A.R Tilaar. 1999. ParadigmaBaru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta
    Bogdan, R..C. & Biklen, S.K. 1982. Qualitative Research for Education. Boston:Allyn & Bacon Inc.
    Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
    Danim, Sudarwan. 2010. Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta
    Depdiknas. 2001. Kurikulum Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
    Dediknas. 2003. Undang-Undang R I Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.
    Supriadi, D. 2000. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita.
    Depdiknas. 2004. Pola Pembinaan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan PGSD. Jakarta: Depdiknas.
    Depdiknas. 2005. Undang-Undang RI Nomor 14 Tentang Guru Dan Dosen. Jakarta: Depdiknas.
    Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Guru Kelas SD/MI Lulusan S 1 PGSD. Jakarta: Depdiknas.
    Depdiknas.2008. StanPembangunan Pendidkan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
    Goetz, J.P. & Comte, LMD. 1984. Ethnography and Qualitative Design And Educational Research. New York: Academy Press Inc.
    Hasan, S.H. 2004. Kurikulum dan Tujuan Pendidikan. Bandung: Pasca Sarjana UPI.
    Hatten, K.J. & Rosenthal, S.R. 2001. Reaching for the Knowledge Edge. New York: Amrican Management Association.
    Manisera, Marica., Dusseldrp, E., and Kooij, A.J. Van. 2005. Component Structure of Job Satisfaction Based on Herzberg’s Theory. Italy: Leiden University
    Slade, L.A. and Rush, M. 1991.Achievement Motivation and Dynamics of Task Difficulty Choices. Journal of Personality and Society Psychology Vol 6 No 1, 165-172.
    Sukmadinata, Nana Saodih,2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
    Williams, J.K. 2003. Maslow’s Hierarchy of Needs and Alderfer’s ERG Theory. London: SLC
      
    Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap 
    Versi Ms.Word
    hubungi : 0857 2891 6006

    PTS 014 Pendekatan Diskusi Interaktif Dalam Peningkatan Pelayanan Dasar Bimbingan dan Konseling Pada SMA dan SMK



    Pendekatan Diskusi Interaktif Dalam Peningkatan Pelayanan Dasar Bimbingan dan Konseling Pada SMA dan SMK Binaan di Kota Padang

    BAB I
    PENDAHULUAN
    A. Latar Belakang Masalah
    Konselor merupakan tenaga kependidikan, seyogianya menjadi bagian yang integral dari seluruh upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Dalam kerangka reformasi di bidang otonomi pendidikan yang telah digelindingkan yaitu manajemen berbasis sekolah, sudah saatnya unjuk kerja konselor sekolah difokuskan pada standar kompetensi dengan bekerja secara profesional.
    Dalam kontek pengembangan profesi pengawas sekolah, memenuhi tuntutan Permen No. 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah / Madrasah diadakan Penelitian Tindakan Sekolah ( PTS ) mengemukakan urgensi dan efektivitas pelayanan konseling yang dilaksanakan oleh konselor pada SMA dan SMK binaan.
    Unjuk kerja konselor dalam melaksanakan Pelayanan Konseling mengaju pada empat bidang bimbingan: ( bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir), dan jenis-jenis pelayanan konseling ( orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok dan konseling kelompok, konsutasi dan mediasi ), serta kegiatan pendukung bimbingan ( aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah dan alih tangan kasus ) yang dikenal dengan “BK pola 17 plus”. Indikator kualifikasi konselor dapat diukur melaui pengetahuan, ketrampilan dan sikap seperti tingkat pendidikan ( S 1 ). Kesadaran diri ( Self awareness ) dan etos kerja. Konselor profesial bekerja secara ikhlas serta menghasilkan produktifitas yang lebih besar.
    Memperhatikan kenyataan konselor SMA dan SMK binaan saat ini, data menunjukan bahwa konselor sekolah banyak yang belum memenuhi standar kualifakasi akademik : sarjana Pendidikan ( S 1 ), dan memiliki sartifikat guru dalam jabatan. Bagi konselor yang belum memenuhi standar kualifakasi itu, diduga mungkin dan atau mampu melaksanakan layanan konseling bimbingan kelompok tugas “ BK Pola 17 Plus “ secara administratif dan bermanfaat.
    Laporan hasil supervisi Pengawas Sekolah, disampaikan dalam Rapat Pengawas dengan Kepala Dinas beserta jajaranya pada tanggal 27 juni 2008 . Melahirkan surat edaran Dinas Pendidikan Kota Padang No. 2563 / 420. DP / KPMP / 2008 tentang Peningkatan Mutu Pembelajaran, secara ekplesit Kepala Dinas Pendidikan menyatakan bahwa Guru harus membuat perangkat pembelajaran, setiap sekolah type C harus memiliki minimal 1 ( satu ) orang Konselor dengan tugas melaksanakan Pelayanan Dasar, Pelayanan Responsif, Pelayanan Perencanaan Indidual dan Pelayanan Dukungan Sistem.
    Depdiknas (2008) pelayanan dasar merupakan upaya pemberian bantuan kepada seluruh peserta didik melalui pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis. Achmad JN (2006, hal. 17) pelayanan dasar bimbingan bertujuan membantu peserta didik mengembangkan prilaku efektif, akhlak mulia dan ketrampilan hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan, dilaksanakan dengan menggunakan strategi bimbingan klasikal dan dinamika kelompok.
    Pelayanan responsif adalah usah pemberian pertolongan kepada peserta didik yang menghadapi masalah, memerlukan bantuan dengan segera, jika tidak ditolong maka menimbulkan hambatan dalam proses pencapaian kerkembangan. Achmd JN (2006, hal. 18) layanan responsif bertujuan membantu peserta didik memenuhi kebutuhn yang dirasakan sangat penting mendadak saat ini, pelayanan responsif lebih bersifat kuratif.
    Pelayanan perencanaan individual Diknas (2008) merupakan bantunan kepada peserta didik agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaiatan dengan masa depan berdasarkan kekuatan dan kelemahan dirinya dengan memperhatikan peluang yang ada. Achmd JN (2006, hal. 18) layanan perencanaan individual bertujuan memberikan pertolongan dalam membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karier, sosial dan pribadi. Sementara dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan managemen yang memberi dukungan kepada konselor dalam memberdayakan tiga pelayanan tersebut diatas.
    Dari empat pelayanan yang dikemukakan di atas, berdasarkan hasil monitor, observasi, wawancara dan studi dokumenter menunjukan bahwa konselor mengalami kelemahan dalam merencanakan satuan pelayanan dasar bimbingan, khusus pada aspek pemahaman standar kompetensi kemandiria konseli, kompetensi dasar, perumasan tujuan/hasil bimbingan yang ingin dicapai, urain materi, dan pelaksanaan kegiatan serta penilaian hasil bimbingan. Kemampuan dalam merencanakan satuan layanan merupakan permasalahan yang esensial dan urgen. Apabila konselor tidak berbuat berdasarkan pada trilogi profesi yaitu visi dan misi, aksi serta didikasi, maka dampaknya adalah satuan layanan bimbingan akan mandul, ketercapaian kompetensi dasar kemandirian konseli semakin jauh dari kenyataan, atau tidak dapat diujudkan.
    Berdasarkan uraian diatas dalam upaya mewujudkan konselor profesional yang mampu meujudkan standar kompeteni kemandirian kanseli, maka peneliti mencoba melakukan pembinaan dengan pendekatan diskusi interaktif dalam membuat satuan layanan dasar bimbingan dan konseling pada guru pembimbingan SMA dan SMK binaan di Kota Padang.
    Guru dan konselor aktif mengikuti MGMP, MGP, MGPD, dan KKG secara rutin, baik yang diadakan oleh sekolah maupun tingkat kota. Surat edaran tersebut di atas itu secara inplisit juga mengandung makna bahwa: wawasan, kemampuan dan kinerja konselor perlu ditingkatkan untuk memenuhi standar profesi sebagaimana yang telah diamanatkan, (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (4) Permen Diknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru, (5) Permen Diknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan.
    Untuk mewujudkan guru pembimbing memiliki kemampuan dalam membuat satuan layanan bimbingan dan konseling aplikatif dan komunikatif, maka peneliti mencoba melakukan pembinaan dalam membuat satuan layanan bimbingan dan konseling dengan pendekatan diskusi interaktif kepada guru pembimbingan SMA dan SMK binaan di Kota Padang.
    B. Identifikasi Masalah
    Dari latar belakang masalah di atas diperoleh identifikasi sebagai berikut:
    1. Ada guru pembimbing yang tidak membuat satuan layanan pada proses pembelajaran/pelayanan di sekolah
    2. Ada satuan layanan konseling yang tidak aplikatif dan komunikatif.
    3. Ada satuan layanan konseling yang kurang dimengerti oleh konseli
    4. Ada aspek dalam satuan layanan yang tidak lengkap diisi oleh guru pembimbing.
    5. Kurang semangat membuat satuan layanan konseling oleh guru pembimbing yang bertugas masuk kelas memberikan pelayanan dasar.
    6. Pada umumnya guru pembimbing belum memanfaatkan satuan layanan konseling sebagai serana alat bantu pemberian pelayanan dasar
    7. Ada pendapat yang berkembang bahwa penggunaan satuan layanan konseling dalam pemberian layanan tidak mempengaruhi hasil layanan.
    8. Perlu ada bimbingan untuk meningkatkan kinerja guru pembimbing dalam pembuatan satuan layanan konseling (satlan).
    C. Hipotesis Penelitian
    Dengan pendekatan diskusi interaktif konselor akan meningkatkan pelaksanaan pelayanan dasar pada SMA dan SMK Negeri binaan di kota Padang.
    D. Perumusan Masalah
    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
    Apakah pendekatan diskusi interaktif konselor sekolah dapat meningkatkan pelaksanaan pelayanan dasar bimbingan dan konseling pada SMA dan SMK Negeri binaan di kota Padang
    DAFTAR PUSTAKA
    Abdurrahman. Dh. 1985. Diskusi Sebagai Alat Untuk Memecahkan Masalah, Jakarta, PT Karya Nusantara
    Achmad Juntika Nurihsan, 2007. Bimbingan dan Konseling Dalam berbagai latar Kehidupan. Jakarta; PT Refika Aditama.
    Arni Muhammad, 2008. Komunikasi Organisasi. Jakarta, Bumi Akasara
    H.M. Taylor dan A.G. Mear, 1984. Rapat Konferensi Diskusi dan mendirikan Organisasi. Pentejemah Anas Siddik. Jakarta, Balai Aksara
    Depdiknas, 2007. Peraturan Mendiknas RI Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta; Depdiknas.
    Depdiknas, 2007. Peraturan Mendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta; Depdiknas.
    Depdiknas, 2007. Panduan Penyususnan Perangkat Portofolio Sartifikasi Guru Dalam Jabatan. Jakarta; Depdiknas.
    Depdiknas, 2008. Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta Dirjen PMPTK
    Depdiknas, 2008. Bahan/Materi Bimbingan Teknis Kurikulum Tingkat Satuan Pendididikan SMA. Jakarta; Depdiknas.
    Goldberg, Alvin.A, 1985. Komunikasi Kelompok Diskusi dan Penerapannya. Penterjemah Koesdarinisoemiati, Gary R Jusuf. Jakarta, UI Press.
    Masril, 1993. Teras Kuliah Belajar Mengajar, Padang. Angkasa Raya.
    Mungin Eddy Wibowo,.2003. Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling, Materi Pelatihan Guru Pembimbing. Jakarta, Dirjen Dikdasmen.
    Prayitno, 1995. Buku Seri Bimbingan dan Konseling di Sekolah Layanan
    Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta Ghalia Indonesia
    Prayitno, 2002. Hubungan Pendidikan . Departemen Pendidikan Nasional. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direkrorat SLTP.
    Prayitno, 2003. Wawasan dan Landasan BK Buku 1 Materi Pelatihan Kompetensi Guru Pembimbing, Jakarta, Dirjen Dikdasmen.

    Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap 
    Versi Ms. Word hubungi : 0857 2891 6006

    PTS 026 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN BIOLOGI DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SMA SWASTA PAKET BINAAN


    MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN BIOLOGI DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SMA SWASTA PAKET BINAAN  SANGGAR 07 JAKARTA BARAT.

    ABSTRAK

    Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan guru mata pelajaran Biologi dalam pengelolaan pembelajaran di SMA Swasta Paket Binaan Sanggar 07 Jakarta Barat. Penelitian ini dilaksanakan di delapan SMA Swasta Hasil analisis menunjukkan bahwa kemampuan guru Biologi mengalami peningkatan setelah mendapat perlakuan supervisi klinis antara kemampuan awal dengan akhir siklus dan dengan akhir siklus 2 untuk:
    ·       Komponen. Pra dan MembukaKegiatanPembelajarankemampuanguru pada awalsiklus 1 kurang 75%, Cukup 25% pada akhirsiklus 1 meningkatmenjadicukup 75%, baik 25% dan pada akhirsikius 2 kemampuangurumeningkatmencapaibaik 100%.
    ·       Komponen. Kegiatan Inti Pembelajarankemampuanguru pada awalsiklus 1 kurang 37,5%, Cukup 62,5% pada akhirsiklus 1 meningkatmenjadicukup 62,5%, baik 37,5% dan pada akhirsiklus 2 kemampuangurumeningkatmencapaibaik 100%.
    ·       Komponen. Pemanfaatan Media Pembelajarankemampuanguru pada awalsiklus 1 kurang 75%, Cukup 25% pada akhirsiklus 1 meningkatmenjadicukup 62,5%, baik 37,5% dan pada akhirsiklus 2 kemampuangurumeningkatmencapaicukup 12,5%, baik 100%, sangatbaik 37,5%
    ·       Komponen. MemeliharaketertibanSiswakemampuanguru pada awalsiklus 1 kurang 50%, Cukup 50% pada akhirsiklus 1 meningkatmenjadicukup 75%, baik 25% dan pada akhirsiklus 2 kemampuangurumeningkatmencapaibaik 100%
    ·       Komponen. Penilaian dan PenggunaanBahasakemampuanguru pada awalsiklus 1 kurang 37,5%, Cukup 62,5% pada akhirsiklus 1 meningkatmenjadicukup 50%, baik 50% dan pada akhirsiklus 2 kemampuangurumeningkatmencapaibaik 100%
    ·       Komponen. MenutupKegiatanPembelajarankemampuanguru pada awalsiklus 1 kurang 50%, Cukup 50% pada akhirsiklus 1 meningkatmenjadikurang 12,5% cukup 37,5%, baik 50% dan pada akhirsiklus 2 kemampuangurumeningkatmencapaicukup 12,5% baik 62,5% sangatbaik 25%.
    Implikasidarihasilpenelitianiniadalahbahwapelaksanaansupervisiklinisdapatmeningkatkankemampuan guru mata pelajaran Biologi dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian maka hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berharga bagi para kepala sekolah dan pengawas sekolah agar melaksanakan supervisi klinis dalam kegiatan pembelajaran guru disamping pelaksanaan supervisi lainnya.



    BAB I
    PENDAHULUAN

    A.    Latar Belakang.
    Permasalahan pendidikan yang dihadapi olehbangsa Indonesia adalahrendahnyamutupendidikan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan memuat (kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Lingkup standar nasional pendidikan tersebut meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan (Depdiknas 2005:8)
    Standar proses pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Sehingga seluruh sekolah harus mengusahakan pelaksanaan proses pembelajaran dengan baik. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan sungguh-sungguh melalui perencanaan yang matang, memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada dan memperhatikan taraf perkembangan intelektual anak akan menghasilkan kwalitas lulusan yang baik. Lemahnya proses pembelajaran yang dikembangkan oleh guru menjadi salah satu masalah yang dihadapi pada kegiatan pembelajaran. Sehubungan dengan upaya meningkatkan kwalitas lulusan maka proses pembelajaran perlu dibenahi. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru terlebih dahulu mengadakan persiapan tertulis seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas perlu mendapat perhatian khusus. Peneliti dalam melaksanakan tugas khususnya pada pelaksanaan supervisi kunjungan kelas memperoleh temuan:
    1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tidak dibawa pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
    2. Kegiatan pembelajaran tidak sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan.
    3. Kegiatan pembelajaran tidak bervariasi dan umumnya berpusat pada guru.
    Dari temuan dalam pelaksanaan supervisi kegiatan pembelajaran tersebut maka diharapkan untuk meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran dapat dilakukan melalui pelaksanaan supervisi klinis. Supervisi klinis merupakan sarana bimbingan dan pembinaan yang dilakukan secara kolegial sehingga guru lebih mudah menerima perbaikan. Dan supervisi klinis dilakukan terhadap guru yang melaksanakan pembelajaran meliputi:
    1. Prapembelajaran,
    2. Membukakegiatanpembelajaran,
    3. Kegiatanintipembelajaran,
    4. Pemanfaatan media pembelajaran/sumberbelajar,
    5. Pembelajaran yang memicudanmemeliharaketerlibatansiswa,
    6. Penilaianproses dan hasilbelajar,
    7. Penggunaanbahasa,
    8. Penutupkegiatanpembelajaran.
    Berdasarkan uraian tersebut penelilian ini bertujuan melihat apakahsupervisiklinisdapatmeningkatkankemampuan guru melaksanakanpembelaiaran. Penulismemberikanjudulnenelitianini: ”MeningkatkanKemampuan Guru Mata PelajaranBiologiDalamMelaksanakanPembelajaranMelaluiSupervisiKlinis Di SMA PaketBinaan, Sanggar 07 Jakarta Barat.

    B. RumusanMasalahdanPemecahannya
    1. Rumusanmasalah
    Apakahsupervisiklinisdapatmeningkatkankemampuan guru biologidalammelaksanakanpembelajaran ?

    2. PemecahanMasalah
    Tindakan yang dilakukan, kegiatanpembelajaran yang dilaksanakanoleh guru diobservasi dan dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti diadakan diskusi untuk merumuskan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan kondisi sekolah. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusundijadikansebagaiacuandalamkegiatanpembelajaranberikutnya.Dan kegiatanpembelajarantersebutdiobservasiuntukmemperoleh data hasilpelaksanaantindakan.Data yang diperolehdianalisisdankemudiandijadikanacuanuntuktindakanberikutnya.
    C. TujuanPenelitian.
    Tujuan penelitian untuk meningkatkan keterampilan guru mata pelajaran biologi dalam pengelolaan pembelajaran di SMA SwastaPaketBinaanSanggar 07 Jakarta Barat.


    D. ManfaatPenelitian
    1. Sebagai masukan bagi guru untuk meningkatkan keterampilannya dalam proses pembelajaran.
    2. Sebagai bahan masukan kepada kepala sekolah dalam upaya meningkatkan keterampilan guru dalam proses pembelajaran.

    E. HipotesisTindakan.
    Hipotesistindakandalampenelitianiniadalah: Supervisiklinisdapatmeningkatkankemampuan guru biologidalammelaksanakanpembelajaran.


    DAFTAR PUSTAKA

    Ametembun, N.A. (1975) Supervisi Pendidikan Bandung: IKIP bandung
    Burhanuddin. (1994). Analisismanajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta
    Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan. Jakarta
    Dongeng I. S. (1993). Ilmu Pengajaran Variabel. Jakarta : Proyek P2T Dirjen Dikti.
    Good C.V. (1973) Dictionary of Education, New York: McGraw-Hill Book Company
    Marcus. (2003). KurikulumBerbasisKompetensi Medan: LembagaPenjaminMutuPendidikan Sumatera
    Sahertian P.A. dan F. Mataheru.(1982)  danTeknikSupervisiPendidikan.Surabaya: Usaha Nasional
    Sanjaya W. (2007). Strategi Pembelajaran Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
    Uno H. B. (2006) Orientasi Baru Dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
    Wiles, K. (1967). Supervision For BetterWood-Cliff.New Jersey: Prentice Hall, inc.Engle.
    Yulhefi.(2006). SupervisiKlinis.Medan :PenjaminMutuPendidikan Sumatera Utara.

    Untuk mendapatkan file PTK / Skripsi / Thesis lengkap
    dalam format Ms. Word.
    Hubungi : 085728916006

    PTS 025 STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI PROGRAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH


    STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI PROGRAM MANAJEMEN
    BERBASIS SEKOLAH
    (STUDI KASUS PADA SMP NEGERI 229 JAKARTA)

     BAB I
    PENDAHULUAN
    1.1  Latar Belakang
    Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Sebab permasalahan yang acap muncul ke permukaan adalah rendahnya produk (keluaran) atau hasil pendidikan. Lembaga pendidikan tinggi berpendapat bahwa rendahnya mutu keluarannya adalah akibat rendahnya mutu masukannya, yaitu dari pendidikan SMA/SMK. Lembaga pendidikan di SMA/SMK mengatakan bahwa rendahnya kualitas keluarannya adalah akibat dari masukan yang diterima dari SMP kualitasnya rendah. Dan seterusnya, pada akhirnya yang menjadi sasaran kritik adalah mutu pendidikan Sekolah Dasar. Kualitas hasil belajar yang relatif rendah dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berperan dalam proses pendidikan selama siswa mengikuti program pada jenjang dan jenis pendidikan yang dipilihnya.
    Terlepas dari hal tersebut, tinggi rendahnya kualitas pendidikan di sekolah, tergantung pada tinggi rendahnya kualitas faktor-faktor yang mempengaruhinya. Beberapa indikator esensial  yang sangat menentukan mutu pendidikan di sekolah antara lain : siswa, kurikulum, sarana prasarana, tenaga kependidikan, pengelolaan atau manajemen dan lingkungan. Salah satu indikator kualitas pendidikan di sekolah adalah kualitas manajemen sekolah. Manajemen berkaitan erat antara pencapaian tujuan dan cara memanfaatkan sumber-sumber daya yang dapat digunakan.
    Untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional berbagai usaha telah dilakukan pemerintah antara lain melalui berbagai pelatihan dan kompetensi guru, pengadaan buku-buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih memprihatinkan (Depdiknas,2001:3). Sekolah sabagai institusi pendidikan merupakan tempat proses pendidikan. Kegiatan intinya adalah mengelola sumber daya manusia serta meningkatkan derajat kehidupan masyarakat. Sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, sekolah merupakan sistem yang memiliki berbagai perangkat dan unsur yang saling berkaitan yang memerlukan pemberdayaan. Konsep pemberdayaan itu bentuknya adalah memberikan otonomi yang lebih luas dalam memecahkan masalahnya sendiri di sekolah. Oleh karena itu, diperlukan suatu perubahan kebijakan di bidang manajemen pendidikan berskala nasional dengan implementasinya difokuskan pada prinsip memberikan kewenangan mengelola dan mengambil keputusan sesuai tuntutan dan kebutuhan sekolah akan mutu yang ditentukan sebelumnya (sagala,2004:5).
    Sejak tahun 1999, Direktorat Pendidikan lanjutan Tingkat Pertama telah menerapkan pendekatan baru dalam mengelola sekolah, dikenal dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) (Depdiknas,2002:1). Penerapan MBS didorong oleh kenyataan bahwa penyelenggaraan pendidikan nasional yang dilakukan secara sentralistik telah menyebabkan terjadinya kesalahan pengelolaan pada kebanyakan sekolah.
    Atas dasar uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa mutu pendidikan nasional yang tidak merata selama ini perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan salah satunya adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah merupakan suatu model manajemen yang memberikan otonomi yang lebih luas kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan sacara langsung semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, pegawai, orang tua siswa, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekoah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.
    Yang menjadi permasalahan di sini adalah, seberapa efektivitas implementasi program MBS dan kendala-kendala apa yang dihadapi serta bagaimana solusinya dalam mengimplementasikan Manajemen Berbasis Sekolah.
                           
    1.2  Identifikasi Masalah
    Sejak model MBS ini dilaksanakan yaitu mulai tahun 1999, dalam implementasinya masih banyak personalia sekolah yang belum memahami konsep MBS. Masih banyak dijumpai di lapangan dan telah mendapat sorotan yang tajam dari berbagai media massa bahwa dalam manajemen sekolah belum tampak adanya keterbukaan dalam manajemen apabila lagi menyangkut masalah keuangan, masih banyak terlihat kekurangmandirian sekolah sabagaimana yang diharapkan oleh model MBS, belum tampak adanya upaya optimal memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya manusia yang ada di sekolah termasuk orang tua siswa dan stakeholder dalam manajemen sekolah. Inovasi dan kreativitas dari submber daya manusia yang ada di sekolah belum menunjukkan tanda-tanda yang positif. Masih banyak fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan yang belum sesuai sebagaimana yang diamanatkan oleh model manajemen sekolah MBS.

    1.3  Pembatasan Masalah
    dalam manajemen sekolah model MBS secara holistic banyak factor yang terlibat untuk menetukan keberhasilan implementasi program. Namun karena keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan peneliti maka lingkup penelitian ini dibatasi pada aspek efektivitas implementasi Manajemen Berbasis Sekolah yang meliputi efektivitas konteks, input, proses dan produknya.
          Dalam pelaksanaan studi evaluatif tentang efektivitas implementasi Manajemen Berbasis Sekolah ini menggunakan pendekatan model CIPP.
          Pada masing-masing komponen akan dibatasi, seperti pada komponen konteks dibatasi pada keadaan georafis, permintaan masyarakat, kebijaksanaan pemerintah, aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, dan status sosial ekonomi masyarakat. Sedangkan pada komponen input, dibatasi pada visi sekolah, misi sekolah, tujuan sekolah, sasaran sekolah, program sekolah, sumber daya sekolah, siswa, kurikulum, sikap kemandirian, dan keuangan. Komponen proses dibatasi pada proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses balajar mengajar, proses evaluasi, proses kerjasama dan partisipasi, proses akuntabilitas, kemandirian, keterbukaan, dan proses berkelanjutan (sutainibilitas). Lebih lanjut pada komponen keluaran (Produk) dibatasi pada aspek prestasi akademik dan prestasi non akademik.

    1.4  Rumusan Masalah
    Penelitian ini terfokus pada efektivitas implementasi program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).  Masalah yang disorot adalah :
    1.4.1        Seberapa efektivitas implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229 jakarta ?
    1.4.2        Masalah Minor :
    a.    Seberapa efektivitas konteks atau latar dalam implementasi program Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229 Jakarta ?
    b.   Seberapa efektivitas input atau masukan dalam implementasi Program Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229 Jakarta ?
    c.    Seberapa efektivitas proses dalam implementasi program Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229 Jakarta ?
    d.   Seberapa efektivitas produk dalam implementasi program Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229 Jakarta ?
    e.    Apa ada Kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi pengelolaan sekolah dengan model manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229 Jakarta dan bagaimana solusinya ?

    1.5  Tujuan Penelitian
    Dalam uraian tentang perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas bahwa fokus penelitian ini ialah efektivitas implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229 Jakarta.
          Tujuan penelitian evaluatif terhadap efektivitas implementasi Manajemen Berbasis Sekolah ini tidak dimaksudkan untuk penemuan teori baru tentang program Manajemen berbasis Sekolah, tetapi lebih difokuskan pada upaya memberikan deskripsi atau gambaran tentang efektivitas implementasi program Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229 Jakarta yang pada tahun pelajaran 2007/2008 sedang melaksanakan program Manajemen berbasis Sekolah, dilihat dari aspek konteks atau latar, input, proses, dan produk hasil implementasi Manajemen Berbasis Sekolah terhadap sekolah, khususnya ditinjau dari tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sekolah.
          Dalam hubungan dengan uraian di atas, tujuan penelitian ini ialah untuk mengadakan suatu kajian dan mendeskripsikan tentang efektivitas implementasi program Manajemen Berbasis Sekolah. Tujuan operasional penelitian evaliatif ini dapat dirinci sebagai berikut :
    a)      Untuk mendeskripsikan efektivitas konteks atau latar dalam implementasi program Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229 Jakarta.
    b)      Untuk mendeskripsikan efektivitas input atau masukan dalam implementasi  Program Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229 Jakarta.
    c)      Untuk mendeskripsikan efektivitas proses dalam implementasi program Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229 Jakarta.
    d)     Untuk mendeskripsikan efektivitas produk dalam implementasi program Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229 Jakarta.
    Untuk mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi pengelolaan sekolah dengan model Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229 Jakarta dan solusinya.

    1.6  Manfaat Penelitian
    Manfaat yang diharapkan dari penilitian ini adalah kegunaan praktis, yaitu dalam rangka mengimplementasikan Manajemen Berbasis Sekolah, disamping kegunaan yang sifatnya teoritis dalam arti kegunaan dalam pengembangan ilmu itu sendiri khususnya dalam bidang manajemen pendidikan. Kegunaan praktis yang dapat diharapkan dari hasil penelitian (studi evaluatif) ini ialah sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam implementasi program Manajemen Berbasis Sekolah dengan aspek-aspeknya atau faktor-faktor yang berhubungan dengn Manajemen Berbasis Sekolah khususnya SMP Negeri 229 Jakarta untuk tahun-tahun berikutnya. Informasi-informasi dari hasil penelitian (studi evaluatif) ini tentunya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau titik tolak dalam rangka pengembangan manajemen pendidikan, khususnya dalam masalah peningkatan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Kotamadya Jakarta Barat.
          Selain itu apabila hasil penelitian (studi evaliatif) tentang efektivitas implementasi Manajemen Berbasis Sekolah ini signifikan dalam mengimplementasikan Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 229 Jakarta, dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk kebijakan di masa yang akan datang terkait dengan peningkatan efektivitas implementasi Manajemen Berbasis Sekolah baik pada tingkat SMP maupun ditingkat SMA/SMK yang telah menjadi agenda pemerintah.
    Dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen pendidikan, penelitian-penelitian serupa baik manajemen pendidikan, manajemen sekolah ataupun manajemen berbasis sekolah yang telah banyak dibahas di depan, telah banyak diteliti para ahli. Akan tetepi sekalipun demikian, hasil penelitian ini apapun bentuknya, tentunya masih akan tetap bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam memperkaya khazanah serta wawasan dalam bidang ilmu manajemen pendidikan. Selanjutnya hasil dari penelitian ini mungkin juga dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk penelitian lebih lanjut, khususnya yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan manajemen sekolah, misalnya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap implementasi Manajemen Berbasis Sekolah yang sampai sejauh ini belum banyak mendapatkan perhatian dari para peneliti. Adanya kontribusi dari hasil penelitian ini baik yang bersifat praktis atau yang bersifat teoritis seperti yang telah dikemukakan di atas, diharapkan akan dapat memberikan dampak yang positif bagi perkembangan kualitas pendidikan di masa depan.

    1.7  Implikasi Terhadap Kebijakan
    Dalam pelaksanaan suatu kebijakan yang otoritasnya telah dilimpahkan kepada organisasi di daerah, banyak terjadi variasi implementasi dari program Manajemen Berbasis Sekolah dimaksud, hal ini implikasinya berdampak pada penyelenggara pendidikan di sekolah.
    Keberhasilan inplementasi MBS yang terpenting terletak pada political will pemerintah. Bila dicermati dukungan pemerintah dari sisi ini sudah ada bahkan sudah dituangkan secara resmi dalam perundang-undangan. Yang menjadi masalah adalah bagaimana pelaksanaan dan pemantauan dari Undang-undang tersebut berjalan dengan baik.
    Dukungan finansial dari pemerintah dan masyarakat yang peduli pendidikan belum tampak. Justru yang tampak adalah dukungan dana dari beberapa lembaga donor internasional misalnya Asian Development Bank, Unesco, dan beberapa negara lain. Padahal banyak orang yang percaya bahwa perusahaan-perusahaan besar lainnya meraup keuntungan triliunan rupiah per tahun, justru tak peduli akan keberhasilan MBS.
    Budaya sekolah rata-rata belum bisa mendukung keberhasilan implementasi MBS. Budaya sekolah belum dibangun secara baik berdasar keyakinan warga sekolah, meliankan  dibentuk oleh keinginan para pimpinan bahkan keinginan birokrasi. Oleh karena itu, banyak warga sekolah yang tidak peduli terhadap kemajuan sekolah. Apabila MBS diharapkan membawa kemajuan untuk sekolah, maka budaya sekolah harus dibangun bersama-sama oleh seluruh warga sekolah.
    Terkait dengan upaya pembentukan budaya sekolah yang kuat dan baik maka sekolah harus memiliki kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan yang efektif akan tercapai apabila kepala sekolah memiliki kemampuan profesional di bidangnya, memiliki bakat atau sifat, memahami kondisi lingkungan dan pengikutnya dalam menerapkan gaya kepemimpinan yang paling sesuai. Yang paling diperlukan untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam implementasi MBS adalah kepala sekolah harus mampu menggerakkan para pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama.
    Implikasi terhadap kebijakan implementasi MBS lainnya ialah sekolah sebagai organisasi harus diubah dan dikembangkan. Perubahan sekolah akan berjalan dengan baik apabila berdampak pada perbaikan kehidupan para guru dan staf lainnya. Mereka harus dilibatkan sejak awal untuk mengubah organisasi sekolah dan mengembangkannya. Perubahan dan pengembangan organisasi sekolah harus diawali dari perubahan individu dan lingkungan kerja secara bertahap.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anastsi, Anne. & Susana Urbina. 1997. Psychological Testing.Canada : Collier Mac Millan Canada Inc.

    Ancok, Djamaludin.1998. Motivasi dan Kepuasan Dalam Kerja. Yogyakarta : PPM-FE UGM.

    Anderson, Judith. 1993.  Who Runs teShools ?ThePrincipal’s View. Office of Research : Office of Educational Research and Improvement (OERI) of the U.S.Departement  of Education. http://www.ed.gov/pubs/OR/ResearchRpts/printview.html.

    Azwar. 2004. PendidikanKecakapanHidup (Life Skills Education). Bandung :Alfabeta.

    Arikunto, Suharsimi.1999. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

    Arikunto, Suharsimi. 1995.  Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

    Azwar, Saifuddin.1986. Reliabilitas dan Validitas : Interpretasi dan Komputasi. Yogyakarta : Liberty.

    -----, 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta :  Pustaka Pelajar.

    -----, 2001. Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

    Borg, W.R. & Gall, M.D. 1983. Edudational Research: A Introduction. New York: Holt Rinehart & Winston.

    Budimansyah, Dasim. 2001. Indikator Kinerja Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Jakarta : Ditjen Dikdasmen. http://www.pdk.go.id/serra_mserbi/dpks/Kinerja.htm

    Cheng, Yin Choeng. 1996. Shool effectiveness and Shool-Base management : A Mechanism for Development.Washington, DC : The Pelmer Press.

    Danim, Sudarwan.2000. Metode Penelitian Untuk Ilmu-ilmu Perilaku. Jakarta : Bumi Aksara.

    Depdiknas.2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Edisi 3. Jakarta : Dirjen Dikdasmen, Direktorat Dikmenum.

    -----, 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 1: Konsep dan Pelaksanaan. Jakarta : Dirjen Dikdasmen, Direktorat SLTP.

    -----, 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku2 :PanduanPenyusunan Proposal danPelaporan. Jakarta :DirjenDikdasmen, Direktorat SLTP.

    -----, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 1 : Konsep Dasar, Jakarta : Dirjen Dikdasmen, Direktorat SLTP.

    -----, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 2 : Rencana dan Program Pelaksanaan. Jakarta : Dirjen Dikdasmen, Direktorat SLTP.

    -----, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 3 : Panduan Monitoring dan Evaluasi. Jakarta : Dirjen Dikdasmen, Direktorat SLTP.

    -----, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 4 : Pedoman Tata Krama dan Tata Tertib Siswa. Jakarta : Dirjen Dikdasmen, Direktorat SLTP.

    -----, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 5 : Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta : Dirjen Dikdasmen, Direktorat SLTP.

    Echols, John M danHasan Shadily.1999.KamusInggris-Indonesia (An English-Indonesia Dictionart). Jakarta : PT. GramediaPustakaUtama.

    El Salvador Evaluation Team.1997.El Savador’s EDUCO Program : A fist Report on Parent’s Partisipation in School-Based Management. National Research and Evaluation Division Ministry of Education El Savador and Development Economics Research Group Poverty and Human Resources The Word Bank. http://www.wordbank.org/education/economicsed/finance/demand/related/latin/elsavador.html.

    ERIC Digest-ERIC Clearinghouse on Education Management Eugene OR. http://www.ed.gov/databases/ERIC-Digest/index.

    Fattah, Nanang. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah. Bandung : Pustaka bani Quraisy.

    Fuller, Bruce & Magdalena Rivarora. 1998. Nicaraguas’s Experiment to DeventralizeSchool Views of Parent, Teachers, and Directors. Development Economics Research Croup The World Bank. http://www.worldbank.org/education/economicsed/demand/related/latin/nicaragua1.html.

    Hadi, Sutrisno.2000. Manual SPS paket Midi. Yogyakarta : UGM

    Hamzah B. Uno,dkk.2001. Pengembangan Instrumen Untuk Penelitian. Jakarta : Dilema Press.

    Jalal, Fasil & Dedi Supriadi.2001. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah. Jakarta : Bappenas, Depdiknas, Adicita Karya Nusa.

    Joni, Raka.1986. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Surabaya : Karya Anda.

    Kerlinger, Fred N.1990. Asas-asasPenelitian Behavioral. Yogyakarta :GajahMadaUniversity Press.

    Koster, Wayan. 2000. Restrukturisasi Penyelenggaraan Pendidikan : Studi Kapasitas Sekolah Dalam Rangaka Desentralisasi Pendidikan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No.025. http://www.pdk.go.id/balitbang/publikasi/jurnal/edisi-lalu.html.

    Mechren, W.A. & J.J. Lechman. 1978. Measurement and Evaluation in Education and Psychology.New York: Holt Rinehart and  Winston.

    Myers, Doroty& Robert Stonehill.1993.School-Based Management. Office of Research Education : Consumer Guide. http://www.ed.gov/pubs/OR/Consumer Guides/index.html.

    Natajaya, I Nyoman.2004. Langkah-langkah Dalam Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian. Singaraja : IKIP Negeri Singaraja.

    Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta : Grasindo.

    Nurkolis. 2002. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di SLTPN 9 Jakarta. http://www.pendidikan.net/artikel/nurkolis4.html.

    Mulyasa.2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

    Raharjo, Budi.2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Depdiknas,Dirjen Dikdasmen, Direktorat Tenaga Kependidikan.

    Rindjin, Ketut. 2002. Penyusunan Rencana Strategis di Lingkungan IKIP Negeri Singaraja, Disampaikan pada Lokakarya Unit Kerja di Lingkungan IKIP Negeri Singaraja, 20 Agustus 2002.

    Sagala, Syaiful. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah & Masyarakat : Strategi Memenangkan Persaingan Mutu. Jakarta : Nimas Multima.

    Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

    -----, 2000. SPSS: Mengelola Data Statistik Secara Profesional. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
    Shertzer, Bruce & James D.Linden.1982.“ Persistent in Counselor Assessment and Appraisal”. Measurement and Evaluation in Guidance Journal. Vol.14, Number 1, Virginia: American Personnel and Guidance Association.

    Sinungan, Muchdarsyah.1977. Produktivitas: Apa dan Bagaimana. Jakarta : Bumi Aksara.

    Slamet PH. 2001. ” Manajemen Berbasis Sekolah”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor 27 tahun 2001, http://www.pdk.go.id/jurnal/27/manajemen-berbasis sekolah.htm

    Smith, Fred M. & Sam Adams. 1972. Educational Measurement for The  Classroom Teacher. New York : Harper & Row Publisher.

    Soepeno, Bambang.2003. School Based Management for Quality Improvement (ManajemenPeningkatanMutuBerbasisSekolah).Jakarta: Bagian Proyek Desentralisasi Pendidikan Dasar, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Dirjen Dikdasmen.

    STKIP Singaraja.1996. Studi Evaluatif Tentang Penyelenggaraan Program Pengalaman lapangan (PPL) dan Proses Belajar-Mengajar (PBM) STJIp Singaraja, Singaraja : STKIP Singaraja.

    Stuffebeam, Daniel L.1981. Standards for Evaluations of Educational Program, Projects, and Material. New York :McGraw-Hill Book Company.

    Subgayo, Joko. 1997. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

    Sudijono, Anas. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. RjaGrafindo Persada.

    Sudjana, 1996. Metode Statistika. Edisi 6. Bandung : Tarsito

    Sudjana, Nana & Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

    Sugiyono.2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

    -----,2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

    Suherman, Erman dan Yaya Sukajaya K. 1990. Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi Matematika. Bandung : Wijaya Kusuma

    Supriadi, Dedi. 2004. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
    Suryabrata, Sumadi.2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta : Andi

    Taylor, B.O.1990.Case Studies in Effective Shool Research.Dubuque, IO : Kendall Hunt Publishing Company.

    Thoha Chabib.2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

    Thomas, J. Alan. 1985. The Productive School : A System Analisys Approach to Educational Administration.Chicago :ChicagoUniversity Press.

    Wandt, Edwin, et.al. 1977. Essentials of Educational Evaluation. New York : Holt Rinehart and Winston.

    Worthern, Baline R, James R. Sanders, and Jody L. Fitzpatrick. 1997. Program Evaluation : Alternative Approaches and Practical Guidelines,New York : A Devision of Addison Wesley Longmanm, Inc.


    Untuk mendapatkan file PTK / Skripsi / Thesis lengkap
    dalam format Ms. Word.
    Hubungi : 085728916006

    DOWNLOAD

    KATALOG PTK TK
    Download
    KATALOG PTK SD
    Download
    KATALOG PTK SMP
    Download
    KATALOG PTK SMA
    Download
    KATALOG PTS
    Download
    Bikin PTK/PTS

    Download form penyusunan PTK/PTS

    Download

    Start Work With Me

    Kontak langsung via WA


    Penelitian Tindakan Kelas
  • PTK SD
  • Penelitian Tindakan Kelas SD/MI

  • PTK SMP
  • Penelitian Tindakan Kelas SMP/MTs

  • PTK SMA
  • Penelitian Tindakan Kelas SMA/MA/SMK


    Experience
    Lead Developer

    State Art company

    UI/UX Developer

    Design Corporation

    Front-End Developer

    Creative Design Studio


    My Skills
    Penyusunan PTK
    Penyusunan PTS
    Contoh PTK
    Contoh PTS
    Contact Us
    Jasa Pintar
    0857 2891 6006 (WA Only)
    Surakarta, Jawa Tengah
    Hubungi kami melalui form ini (Mohon lengkapi dengan alamat email dan nomor WA)

    Blog Archive

    Blog Archive