PTK SMP 133 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SEBAGAI SALAH SATU
ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS
IX B SMP NEGERI 3 SERIRIT
ABSTRAK
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk : 1). meningkatkan kemampuan berbicara
siswa kelas IX B SMP Negeri 3 Seririt tahun pelajaran 2009/2010 khususnya
kemampuan melaporkan berbagai peristiwa secara lisan, 2). mengidentifikasi
peningkatan daya scrap siswa kelas IX B SMP Negeri 3 Seririt tahun pelajaran
2009/2010 pada aspek keterampilan berbicara khususnya melaporkan berbagai
peristiwa secara lisan, dan 3). mengidentifikasi bagaimana langkah - langkah
yang efektif dilakukan oleh peneliti/guru dalam menggunakan media gambar agar
hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas IX B SMP Negeri 3 Seririt pada aspek
berbicara khususnya melaporkan berbagai peristiwa secara lisan dapat
ditingkatkan.
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, pada siswa kelas IX B SMP
Negeri 3 Seririt semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 30
orang sebagai subjek penelitian.
Pengumpulan
datanya menggunakan teknik tes unjuk kerja yang telah dilengkapi dengan rubrik
penilaian untuk pengumpulan data utama, dan teknik observasi untuk pengumpulan
data pelengkap.
Data yang terkumpul
dianalisis dengan teknik analisis deskriptif komparatif untuk data utama yaitu
dengan cara membandingkan nilai tes hasil belajar siswa dengan KKM mata
pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IX SMP Negeri 3 Seririt tahun pelajaran
2009/2010 yaitu angka 66 sebagai indikator kinerja, kemudian membandingkan
nilai tes hasil belajar antarsiklus.
Dari
penganalisisan data diperoleh hasil bahwa penggunaan media gambar dapat
meningkatkan kemampuan siswa berbicara khususnya kemampuan melaporkan berbagai
peristiwa secara lisan. Daya scrap siswa meningkat sebesar 22,08 % setelah
diberikan perlakuan/tindakan.
Berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh disarankan agar guru bahasa Indonesia mencobakan
hasil penelitian ini sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada aspek berbicara serta melakukan pemilihan/penetapan topik
gambar secara hati-hati agar efektivitas gambar sebagai media pembelajaran
terpenuhi.
Kata Kunci : Media gambar, hasil belajar, kemampuan berbicara khususnya melaporkan
berbagai peristiwa secara lisan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakikatnya belajar bahasa
adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena tu, pembelajaran bahasa Indonesia
hendaknya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan peserta didik
dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, secara lisan
maupun tertulis.
Hal tersebut di atas, sejalan
dengan salah satu tujuan umum mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu agar
peserta didik memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial
(BSNP, 2006: 3).
Berorientasi pada hal tersebut di
atas, maka dalam proses pembelajaran peserta didik hendaknya diberi kesempatan
berlatih menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi dengan frekuensi yang
memadai, lebih dari sekadar pengetahuan tentang bahasa.
Ruang lingkup mata pelajaran
bahasa Indonesia meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut merupakan
aspek yang terintegrasi dalam pembelajaran walaupun pada penyajiannya dalam
silabus keempatnya masih dapat dipisahkan.
Dari keempat aspek keterampilan
berbahasa tersebut di atas, keterampilan berbicara merupakan keterampilan
"aktif produktif', yaitu berkenaan dengan kegiatan menggunakan bahasa.
Artinya, pada keterampilan ini diupayakan agar siswa mampu memproduksi
unsur-unsur bahasa yang digunakan sebagai sarana dalam tutur agar dapat
menyampaikan gagasannya secara runtut dan dapat dipahami orang lain.
Keterampilan berbicara sama halnya
dengan ketiga aspek keterampilan berbahasa yang lain tidaklah datang secara
otomatis inelainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
Keterampilan berbahasa termasuk berbicara tidak bisa diperoleh secara almiah
atau hanya melalui pelajaran teori melainkan harus dipelajari dan dilatihkan
secara kontinyu. Sebagaimana pendapat dari Purwo, Bambang Kaswanti yang
menyatakan bahwa mengajarkan keterampilan berbahasa melalui uraian atau
penjelasan saja belumlah mencukupi. Keterampilan berbahasa hanya dapat diraih
dengan melakukan kegiatan berbahasa terus-menerus. Siswa perlu dibawa ke
pengalaman melakukan kegiatan berbahasa dalam konteks yang sesungguhnya (1997:
20-21).
Pendapat di atas sejalan dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Dryden, Gordon dan Dr. Jeanette Vos dalam
bukunya Revolusi Cara Belajar bagian I dan II yang menyatakan bahwa belajar
paling baik dengan mempraktikkannya. Pendidikan tidak akan efektif jika memisahkan
teori dari praktik. Jadi, dalam belajar berbicara haruslah dengan melakukan
kegiatan berbicara di depan umum (2003: 163 dan 325).
Sesuai dengan pendapat para ahli
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa agar siswa terampil berbicara dan
dapat menyampaikan buah pikirannya secara teratur serta dapat dipahami orang
lain, harus ada upaya dengan sengaja dari pihak guru untuk membelajarkan
siswanya berbicara. Siswa perlu dilatih, dibina, dan diberikan kesempatan
sebanyak-banyaknya untuk memproduksi ujaran di depan umum dengan topik yang
menarik minat dan dikuasainya. Aktivitas berbicara seperti bertanya,
menyampaikan pesan, menyampaikan laporan, mengemukakan pendapat, menyanggah pendapat
orang lain, berpidato, bercerita, dan lain-lain yang sejenis itu perlu
dilatihkan. Latihan berbicara dengan frekuensi tinggi akan menggiring siswa
agar memiliki keberanian dan lebih mudah serta lebih lancar da lam mengemukakan
gagasannya secara lisan di depan orang banyak. Lebih-lebih disadari bahwa
kemampuan berbicara ini bukan hanya diperlukan selama mereka masih menuntut
ilmu yaitu sebagai bagian dari unjuk kerja dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia dan juga dalam meningkatkan penguasaannya pada mata pelajaran yang
lain, tetapi berkontribusi juga bagi siswa nantinya dalam menjalani
kehidupannya di masyarakat sebagai manusia dewasa.
Disadari demikian pentingnya
keterampilan berbicara ini untuk dimiliki, keberadaannya dalam kurikulum pun
bersifat wajib. Pembelajarannya telah dilakukan sejak lama, dari kurikulum satu
ke kurikulum yang lain walaupun dengan pendekatan yang berbeda-beda. Sejak
berlakunya kurikulum 1994 sampai dengan kurikulum 2004 (KBK) dan kurikulum 2006
(KTSP), keterampilan berbicara diajarkan dengan pendekatan komunikatif dan
terintegrasi dengan aspek keterampilan berbahasa yang lain.
Walaupun keterampilan berbicara
sudah diajarkan sejak lama, hasil pembelajaran yang diharapkan rupanya belum
dapat dicapai. Fakta di lapangan memperlihatkan bahwa unjuk kerja siswa dalam
berbicara belum begitu menggembirakan. Pada Standar Kompetensi berbicara
khususnya Kompetensi Dasar melaporkan secara lisan berbagai peristiwa, nilai
siswa masih tergolong rendah. Siswa kurang berani berbicara secara formal di
depan umum. Pelajaran berbicara oleh sebagian besar siswa masih dianggap beban
atau sesuatu yang sangat sulit dilakukan. Indikatornya adalah ketika diberikan
tugas untuk berbicara di depan kelas, siswa kelihatan berpikir keras, cenderung
sulit mengawali suatu laporan sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk berpikir
sebelum mulai berbicara, bahkan tidak sedikit yang berusaha mengelak dari tugas
dengan mengatakan belum siap. Jika pun bersedia, hasilnya masih jauh dari
harapan. Penyampaian laporan kurang sistematis, kurang runtut, meloncat-loncat,
substansi laporan siswa dangkal, kurang detil, terkesan miskin gagasan atau
miskin imajinasi, sulit mengembangkan ide-ide yang akan disampaikan dalam
laporan, intonasi kalimat monoton, serta gesture dan mimik (ekspresi) sama
sekali belum ada.
Kondisi tersebut di atas didukung
pula oleh hasil tes awal yang dilakukan peneliti/guru terhadap kemampuan siswa
berbicara khususnya melaporkan peristiwa secara lisan di kelas IX B SMP Negeri
3 Seririt tahun pelajaran 2009/2010 yaitu dari 30 orang (100 %) siswa yang
dites, hanya 6 orang (20 %) yang tuntas, selebihnya lagi 24 orang (80 %) belum
tuntas (data disajikan pada tabel nomor 03 halaman 51).
Diprediksi kondisi tersebut
disebabkan oleh proses pembelajaran yang kurang tepat. Proses pembelajaran yang
dilakukan guru masih konvensional. Yang dimaksud dengan pembelajaran
konvensional adalah pembelajaran masih terpusat pada guru dan belum terpusat
pada siswa. Guru lebih mendominasi proses pembelajaran melalui pemanfaatan
teknik ceramah dan penugasan. Selama ini guru membelajarkan siswanya dengan
terlebih dahulu menjelaskan bagaimana cara melaporkan suatu peristiwa secara
lisan, selanjutnya menugasi siwa melaporkan peristiwa tertentu - saat itu
dibuat kesepakatan bahwa topik laporan dipilih upacara bendera pada hari Senin
- secara lisan di depan kelas tanpa modifikasi apa pun serta tanpa usaha yang
memadai dari guru untuk menggunakan strategi-strategi yang inovatif apalagi
mengoptimalkan peranan media dalam pembelajaran guna menarik minat belajar
siswanya. Jadi, guru kurang mengkondisikan kelas yang memungkinkan/memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan proses berpikirnya dan kurang
melibatkan siswa agar lebih aktif selama proses pembelajaran. Akibatnya, minat,
gairah, dan aktivitas siswa selama belajar kurang, proses belajar tampak
monoton, dan hasil belajarnya pun rendah.
Melihat kenyataan itu , diduga ada
hubungan antara cara yang ditempuh guru dalam membelajarkan siswanya dengan
perolehan hasil belajar siswa. Sehubungan dengan itu, dirumuskan langkah untuk
menyiasati pembelajaran berbicara ini dengan cara-cara yang lebih variatif,
inovatif, dan diyakini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara
khususnya melaporkan peristiwa secara lisan.
Penggunaan media - dalam
kesempatan ini adalah media gambar - dilirik guru sebagai salah satu alternatif
untuk menarik minat, perhatian, dan aktivitas belajar siswa sehingga proses
pembelajaran menjadi berpusat pada siswa dan bukan pada guru. Reran siswa
secara aktif baik fisik maupun intelektual selama proses pembelajaran, diharapkan
akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran itu sendiri sekaligus kualitas
hasil belajarnya. Sebagaimana pendapat dari Sudjana, Nana bahwa hasil belajar
siswa di sekolah dipengaruhi salah satunya oleh kualitas pengajaran selain oleh
faktor kemampuan siswa itu sendiri. Makin tinggi kemampuan siswa dan kualitas
pengajaran makin tinggi pula hasil belajar siswa (2005: 40-41).
Pemilihan media gambar dalam upaya
untuk meningkatkan kemampuan siswa berbicara khususnya melaporkan secara lisan
berbagai peristiwa didasarkan atas beberapa pertimbangan. Sebagaimana dikatakan
oleh Wright (1992) dalam Nurjaya, Gede dkk.,1997: 16 bahwa gambar dapat
memainkan sejumlah peran dalam proses belajar-mengajar berbicara maupun
menulis. Perannya adalah sebagai berikut.
1. Gambar dapat memotivasi murid dan dapat
menarik perhatian mereka.
2. Gambar
dapat memberikan konteks penggunaan bahasa dan membawa dunia nyata ke dalam
kelas.
3. Gambar
dapat memberikan stimulus dan informasi untuk dijadikan acuan dalam bercakap-cakap,
berdiskusi, atau bercerita.
4 Gambar
dapat diceritakan sebagaimana adanya, diinterpretasikan atau dikomentari secarasubjektif
(Wright, 1992 dalam Nurjaya, Cede dkk. 1997:16-20).
5. Melalui
rangkaian gambarnya - gam bar berseri - dapat memberikan pengetahuan struktur
wacana secara implisit, sedangkan
gambarnya sendiri akan memberikan
pengetahuan topik kepada siswa ( Nurjaya, Cede dkk., 1997:16).
Menurut pendapat dari Taufik
Ismail visualisasi atau gambar berfungsi untuk menggugah imajinasi (Ismail,
Taufik 2003).
Hastuti (1996:45) berpendapat
bahwa gambar sebagai media pendidikan memiliki beberapa kelebihan antara lain:
1). dapat mengkonkretkan bahan, 2). mudah diperoleh, 3). relatif murah, 4).
mudah dipakai karena tidak membutuhkan peralatan, 5). dapat dipakai pada semua
tingkat kelas dan mata pelajaran, dan 6). dapat menimbulkan daya tarik pada
siswa.
Sejalan dengan pendapat-pendapat tersebut di atas
adalah pendapat yang dikemukakan oleh Sadiman, Arief S, dkk. yang mengatakan
bahwa media gambar/foto memiliki beberapa kelebihan seperti disebutkan di bawah
ini.
1). Sifatnya konkret.
Gambar /foto lebih reaiistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media
verbal.
2). Dapat
mengatasi batas ruang dan waktu.
3). Dapat
mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
4). Dapat
memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa
saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.
5). Harganya
murah, gampang didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus
(Sadiman, Arief S., dkk., 2006: 29-31).
Berdasarkan
alasan-alasan itulah, penggunaan media gambar sebagai salah satu alternatif
untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia pada aspek keterampilan
berbicara khususnya kemampuan melaporkan secara lisan berbagai peristiwa
merupakan tindakan yang dikaji dalam penelitian ini. Bagaimana pengaruh
penggunaan media ini terhadap peningkatan daya scrap siswa dalam melaporkan
secara lisan berbagai peristiwa serta bagaimana langkah-langkah yang efektif dilakukan
peneliti/guru ketika menggunakan media gambar ini, akan dijawab pada penelitian
ini.
1.2 Rumusan
Masalah
Dengan
memperhatikan latar belakang tersebut di atas dapat dikemukakan rumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut.
1) Apakah
penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa
kelas IX B SMP Negeri 3 Seririt tahun pelajaran 2009/2010 pada aspek
keterampilan berbicara khususnya kemampuan melaporkan secara lisan berbagai
peristiwa?
2) Bagaimanakah
peningkatan daya scrap siswa kelas IX B SMP Negeri 3 Seririt tahun pelajaran
2009/2010 pada aspek keterampilan berbicara khususnya melaporkan secara lisan
berbagai peristiwa, setelah proses pembelajaran diiaksanakan dengan menggunakan
media gambar ?
3) Bagaimana
langkah-langkah yang efektif dilakukan oleh peneliti/guru dalam menggunakan
media gambar selama proses pembelajaran agar hasil belajar bahasa Indonesia
siswa kelas IX B SMP Negeri 3 Seririt tahun pelajaran 2009/2010 pada aspek keterampilan
berbicara khususnya melaporkan secara lisan berbagai peristiwa dapat
ditingkatkan?
1.3 Tujuan
Penelitian
Arab dan tujuan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang dilakukan oleh guru sudah jelas, yaitu demi kepentingan peserta
didik dalam memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Jadi, bukan kepentingan
guru. Artinya, tindakan yang dilakukan didasarkan atas upaya meningkatkan
hasil, yaitu lebih baik dari sebelumnya (Suharsimi Arikunto dkk., 2006: 2).
Dengan demikian, dapat dirumuskan tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Tujuan
Umum: untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia.
2. Tujuan
Khusus:
a) Untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IX B
SMP Negeri 3 Seririt tahun pelajaran 2009/2010 dalam berbicara khususnya
melaporkan secara lisan berbagai peristiwa.
b) Untuk mengidentifikasi peningkatan daya scrap
siswa kelas IX B SMP Negeri 3 Seririt tahun pelajaran 2009/2010 dalam berbicara
khususnya melaporkan secara lisan berbagai peristiwa.
c) Untuk mengidentifikasi bagaimana
langkah-langkah yang efektif dilakukan oleh peneliti atau guru dalam
menggunakan media gambar selama proses pembelajaran agar hasil belajar bahasa
Indonesia siswa kelas IX B SMP Negeri 3 Seririt tahun pelajaran 2009/2010 pada
aspek keterampilan berbicara khususnya kemampuan melaporkan secara lisan
berbagai peristiwa dapat ditingkatkan.
1.4 Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan
bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis..
1.4.1 Manfaat
Secara Teoretis
Secara
teoretis hasil penelitian ini bermanfaat bagi guru-guru bahasa Indonesia
khususnya pada jenjang SMP untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang
bagaimana langkah-langkah yang efektif dalam menggunakan media gambar agar
kemampuan siswa dalam berbicara khususnya melaporkan secara lisan berbagai peristiwa
dapat ditingkatkan.
1.4.2 Manfaat
Secara Praktis
Secara
praktis hasil penelitian ini bermanfaat bagi siswa maupun guru.
a). Bermanfaat
bagi siswa karena hasil penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar bahasa
Indonesia mereka pada aspek keterampilan berbicara khususnya melaporkan secar
lisan berbagai peristiwa.
b). Bermanfaat
bagi guru-guru bahasa Indonesia di SMP, karena dapat memberikan strategi
alternatif agar kualitas proses dan produk pembelajaran berbicara pada kelas
yang dikelolanya dapat ditingkatkan . Dengan kata lain, hasil penelitian ini
dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam meningkatkan layanan profesinya di
lapangan.
1.5 Pemecahan
Masalah
Masalah yang telah dikemukakan pada subbab
1. 2 Rumusan Masalah, dipecahkan melalui Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian
ini rencananya akan dilaksanakan dalam dua siklus di mana setiap siklusnya
terdiri atas empat tahapan seperti disebutkan di bawah ini.
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan Tindakan
3. Pemantauaan dan Evaluasi
4. Analisis, Refleksi, dan Revisi
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. 2006. SKdan KD Bahasa dan Sastra
Indonesia SMP/MTs. Jakarta: BSNP.
’BSNP. 2007. Model
Penilaian Kelas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: CV Timur
Putra Mandiri.
Dryden, Gordon dan
Dr. Jeannette Vos. 2003. Revolusi Cora Belajar. The Learning
Revolution. Bagian I. Belajar
Akan Efektif kalau Anda dalam Keadaan Fun. Bandung: Kaiffa.
........ 2003. Revolusi
Cora Belajar. The Learning Revolution. Bagian II. Bandung: Kaiffa.
Depdiknas.
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa dan Sastra Indonesia Buku I. Jakarta:
Depdiknas.
........
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa dan Sastra Indonesia Buku2. Jakarta:
Depdiknas.
........
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
2005. Materi Pelatihan Terintegras Bahasa dan Sastra Indonesa Buku 3. Jakarta:
Depdiknas.
Finoza,
Lamudin. 1993. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Hamalik,
Oemar. 1986. Media Pendidikan. Bandung: Alumni.
Hastuti,
Sri. 1996. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Depdikbud Dirjen Dikdasmen Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D - III.
Ismail,
Taufiq. 2003. Mengarang Itu Senang. Bimbingan Pelajaran Mengarang untuk
SLTP. Jakarta: Yayasan Indonesia.
Keraf,
Gorys. 1995. Eksposisi. Jakarta: PT Gramedia.
Mahaputri, Ni Luh
Putu. 2003. Implementasi Pendekatan Struktural Tipe Numbered-Head- Together
dalam Pembelajaran Kalor sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas
II F SLTP Negeri Sukasada Tahun Ajaran 2003/2004. Sfcr/ps/(Tidak Diterbitkan).
Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan MIPA IKIP Negeri Singaraja.
Marahimin, Immail.
2001. Menulis Secara Populer. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
Mas'Ud, Lolu.
2005. Penerapan Pendekatan Komunikatif Integratif dalam Pembelajaran
Keterampilan Berbicara 2, Suatu Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Mahasiswa Semester II Program Studi PBSID STKIP Hamzanwadi di Selon. Tests (Tidak
Diterbitkan). Fakultas Pascasarjana IKIP Negeri Singaraja.
Nurjaya, I Gede
dkk. 1997. Penggunaan Gambar Berseri untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran
Keterampilan Menulis di Kelas IV SD Laboratorium STKIP Singaraja. Laporan
Penelitian (Tidak Diterbitkan). Sekolah Tinggi Keguruan dan Hmu Pendidikan
Singaraja.
Purwo, Bambang
Kaswanti. 1997. Pokok-pokok Pengajaran Bahasa dan Kurikulum 1994 : Bahasa
Indonesia. Jakarta: Pusat Pembukuan Depdikbud.
Romli, Asep
Syamsul M. 2003. Lincah Menulis Pandai Berbicara: Panduan Ringkas Menulis
Artikel dan Teknik Berpidato di Depan Umum. Bandung: Nuansa Cendekia.
Sadiman, Arief S
dkk. 2006. Media Pendidikan. Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Suastana, I Made (Widyaiswara). 2007. Bagaimana
Pengelolaan Pembelajaran Kontekstual? Makalah. Disajikan dalam rangka
workshop Peningkatan Mutu Hasil Ujian Nasional Tingkat SMP di Hotel Batukaru.
Denpasar: Depdiknas Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Dinas
Pendidikan Provinsi Bali.
Sudiatmika, I Wayan. 2004. Penerapan Pendekatan
Kontekstual dengan Model Pembelajaran Langsung dalam Pembelajaran Kalor sebagai
Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Kelas IIA SMP Negeri 3
Singaraja. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas
Pendidikan MIPA IKIP Negeri Singaraja.
Sudjana, Nana.
2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Suharsimi
Arikunto. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Suharsimi Arikunto
dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Untuk mendapatkan file lengkap
(Ms.Word/pdf)
hubungi : 0857 2891 6006
0 komentar:
Posting Komentar