SD 133 Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan Model Pengajaran kolaborasi
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN
MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORASI
PADA SISWA KELAS ….
ABSTRAK
……………..,2006. “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan Model Pengajaran kolaborasi pada siswa-siswi kelas …………………………….tahun……………”
Kata Kunci : PAI , Model Pengajaran Kolaborasi
Dalam
proses pembelajaran yang menyangkut materi, metode, media alat peraga
dan sebagainya harus juga mengalami perubahan kearah pembaharuan ( inovasi). Dengan adanya inovasi tersebut diatas dituntut seorang guru untuk lebih kreatif dan inovatif,
terutama dalam menentukan model dan metode yang tepat akan sangat
menentukan keberhasilan siswa terutama pembentukan kecakapan hidup ( life skill) siswa yang berpijak pada lingkungan sekitar.
Penelitian ini berdasarkan permasalahan (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar PAI dengan
diterapkannya model pengajaran kolaborasi pada siswa kelas………………… tahun
pelajaran……………..( b) Bagaimanakah pengaruh Model pengajaran kolaborasi
terhadap motivasi belajar PAI pada siswa kelas…………………. Tahun pelajaran………….
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah (a) ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar PAI setelah diterapkannya model pengajaran kolaborasi (b) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar PAI setelah diterapkan model pengajaran kolaborasi.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : rancanan, kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas ……………………………………….
Tahun pelajaran…………………….. Data yang diperoleh berupa hasil tes
formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari
hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (73,17%),
siklus II (82,93%), siklus III (95,12%)
Simpulan dari penelitian
ini adalah metode pembelajaran kooperatif dapat berpengaruh positif
terhadap prestasi dan motivasi belajar siswa………………………………………………… serta
model pembelajarasn ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative pembelajaran PAI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam
mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan
bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan
guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap
guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak
didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam
pengajaran.
Guru
yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak
didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai
makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah
penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik.
Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala
perbedaannya, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran.
Kualitas
pembelajaran ditentukan oleh interaksi komponen-komponen dalam
sistemnya. Yaitu tujuan, bahan ajar (materi), anak didik, sarana, media,
metode, partisipasi masyarakat, performance sekolah, dan evaluasi
pembelajaran (Moh, Shochib, 1998). Performance sekolah, dan evaluasi
pembelajaran (Moh, Shochib, 1998). Optimalisasi komponen ini, menentukan
kualitas (proses dan produk) pembelajaran. Upaya yang dapat dilakukan
oleh pendidik adalah melakukan analisis tentang karakteristik setiap
komponen dan mensinkronisasikan sehingga ditemukan konsistensi dan
keserasian di antaranya untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Karena
pembelajaran mulai dari perencana, pelaksanaan dan evaluasinya
senantiasa merujuk pada tujuan yang diharapkan untuk dikuasai atau
dimiliki oleh anak didik baik instructional effect (sesuai dengan tujuan yang dirancang) maupun nurturrant effect (dampak pengiring) (Moch. Shochib: 1999).
Realisasi
pencapaian tujuan tersebut, terdapat kegiatan interaksi belajar
mengajar terutama yang terjadi di kelas. Dengan demikian, kegiatannya
adalah bagaimana terjadi hubungan antara guru/bahan ajar yang didesain
dan dengan anak didik. Interaksi ini merupakan proses komunikasi
penyampaian pesan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan
Arief S Sadiman yang menyatakan proses belajar mengajar pada hakekatnya
adalah proses interaksi yaitu proses penyampaian pesan melalui saluran
media/teknik/ metode ke penerima pesan. (Arief S, Sadiman, dkk,
1996:13).
Sejalan
dengan inovasi pembelajaran akhir-akhir ini termasuk di Sekolah Dasar,
yaitu: Kolaborasi. Interaksi belajar mengajarnya menuntut anak didik
untuk aktif, kreatif dan senang yang melibatkan secara optimal mental
dan fisik mereka. Tingkat keaktifan, kreatifitas, dan kesenangan mereka
dalam belajar merupakan rentangan kontinum dari yang paling rendah
sampai yang paling tinggi. Tetapi idealnya pada kontinum yang tertinggi
baik pelibatan aspek mental maupun fisik anak didik. Oleh karena itu,
interaksi belajar mengajar dengan paradigma Kolaborasi menuntut anak:
(1) Berbuat
(2) Terlibat dalam kegiatan
(3) Mengamati secara visual
(4) Mencerap informasi secara verbal
Dengan demikian, interaksi belajar mengajar idealnya mampu membelajarkan anak didik berdasarkan problem
based learning, authentic instruction, inquiry based learning, project
based learning, service learning, and cooperative learning. Pola
interaksi yang mampu mengemas hal tersebut dapat mengubah paradigma
pembelajaran aktif menjadi paradigma pembelajaran reflektif.
Dengan
interaksi pembelajaran reflektif dapat membuat anak didik untuk
menjadikan hasil belajar sebagai referensi refleksi kritis tentang
dampak ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap masyarakat; mengasah
kepedulian sosial, mengasah hati nurani, dan bertanggungjawab terhadap
karirnya kelak. Kemampuan ini dimiliki anak didik, karena dengan pola
interaksi pembelajaran tersebut, dapat membuat anak didik aktif dalam
berfikir (mind-on), aktif dalam berbuat (hand-on),
mengembangkan kemampuan bertanya, mengembangkan kemampuan berkomunikasi,
dan membudayakan untuk memecahkan permasalahan baik secara personal
maupun sosial.
Agar
hasil ini dapat optimal, guru dituntut untuk mengubah peran dan
fungsinya menjadi fasilitator, mediator, mitra belajar anak didik, dan
evaluator. Ini berarti, guru harus menciptakan interaksi pembelajaran
yang demokratis dan dialogis antara guru dengan anak didik, dan anak
didik dengan anak didik (Moh. Shochib: 1999; dan Paul Suparno dkk:
2001).
Dengan interaksi pembelajaran yang mengemas nilai-nilai tersebut dapat membuat pembelajaran lingking (link and math atau life skill) dan delinking (pemutusan
lingkungan negatif), diversifikasi kurikulum, pembelajaran kontekstual,
kurikulum berbasis kompetensi, dan otonomi pendidikan pada tingkat
sekolah taman kanak-kanak dengan manajemen berbasis sekolah, dan
bertujuan untuk mengupayakan fondasi dan mengembangkan anak untuk
memiliki kemampuan yang utuh yang disebut: Pendidikan Anak Seutuhnya
(PAS).
Pada
dasarnya dalam kehidupan suatu bangsa, faktor pendidikan mempunyai
peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan
hidup bangsa tersebut. Secara langsung maupun tidak langsung pendidikan
adalah suatu usaha sadar dalam menyiapkan pertumbuhan dan perkembangan
anak melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan pelatihan bagi
kehidupan dimasa yang akan datang. Tentunya hal ini merupakan tanggung
jawab bersama antara pemerintah, anggota masyarakat dan orang tua. Untuk
mencapai keberhasilan ini perlu dukungan dan partisipasi aktif yang
bersifat terus menerus dari semua pihak.
Guru
mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional
yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung
jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga
harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air,
mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan
dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia
pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).
Berhasilnya
tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah
faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru
secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan
serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna
mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting
dan diharapkan guru mampu menyampaikan semua mata pelajaran yang
tercantum dalam proses pembelajaran secara tepat dan sesuai dengan
konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
Dengan
menyadari kenyataan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis
mengambil judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama
Islam Dengan Menerapkan Model Pengajaran kolaborasi Pada Siswa … Tahun Pelajaran …
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan diterapkannya model pengajaran kolaborasi pada siswa kelas …. Tahun pelajaran …?
2. Bagaimanakah pengaruh model pengajaran kolaborasi terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas …. Tahun pelajaran …?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya model pengajaran kolaborasi pada siswa kelas … tahun pelajaran …
2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkan model pengajaran kolaborasi pada siswa kelas … tahun pelajaran …
3. Menyempurnakan
pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan
prestasi belajar pada siswa kelas … tahun pelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional.
Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Hasibuan K.K. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.
Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: University Press. Univesitas Negeri Surabaya.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.
Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word), hubungi :
0857 2891 6006
0 komentar:
Posting Komentar