PTK SMP 48 - Upaya Mengoptimalkan Bimbingan Konseling Untuk Mengatasi Perilaku Menyimpang Siswa
Upaya
Mengoptimalkan Bimbingan Konseling Untuk Mengatasi Perilaku Menyimpang
Siswa Kelas IX B SMP Negeri 3 Widodaren Kabupaten Ngawi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada abad modern sekarang ini, perkembangan masyarakat sudah sangat maju. Segala bidang kehidupan masyarakat maju dengan pesat, termasuk dalam bidang hukum dan teknologi. Dengan pesatnya perkembangan teknologi, maka akan membawa dampak positif dan negatif. Dampak positif adalah membawa kehidupan yang lebih cepat dan menjamin kemudahan, sedangkan dampak negatifnya adalah dengan semakin meningkatnya kejahatan dan pelanggaran.
Masyarakat modern yang serba komplek sebagai produk kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi memunculkan banyak masalah sosial. Usaha adaptasi atau penyesuaian diri terhadap masyarakat modern yang sangat kompleks itu menjadi tidak mudah. Kesulitan mengadakan adaptasi dan adjustment menyebabkan banyak kebimbangan, kebingungan, kecemasan dan konflik, baik konflik eksternal yang terbuka maupun yang internal dalam batin sendiri yang tersembunyi dan tertutup sifatnya.
Sebagai dampak dari kondisi yang semacam ini banyak orang lalu mengembangkan pola tingkah laku menyimpang dari norma-norma hukum, dengan jalan berbuat semaunya sendiri demi keuntungan sendiri dan kepentingan pribadi, kemudian mengganggu dan merugikan pihak lain.
Pada zaman modern seperti sekarang ini bertemulah banyak kebudayaan sebagai hasil dari makin akrabnya komunikasi daerah, nasional dan internasional. Percampuran bermacam-macam budaya itu dapat berlangsung lancar dan lembut, akan tetapi tidak jarang berproses melalui konflik personal dan sosial yang hebat. Banyak pribadi yang mengalami gangguan jiwani dan muncul konflik budaya yang ditandai dengan keresahan sosial serta ketidakrukunan kelompok-kolompok sosial. Sebagai akibat lanjut timbul ketidaksinambungan, disharmoni, ketegangan, kecemasan, ketakutan, kerusuhan sosial dan perilaku yang melanggar norma-norma hukum formal. Situasi sosial yang demikian ini mengkonsionir timbulnya banyak perilaku paotogis sosial atau sosiopatik yang menyimpang dari pola-pola umum, sebab masing-masing orang hanya menaati norma dan peraturan yang dibuat sendiri.
Sebagian besar dari mereka bertingkah laku seenak sendiri tanpa mengindahkan kepentingan orang lain, bahkan suka merampas hak-hak orang lain. Akibatnya muncullah banyak masalah sosial yang disebut dengan tingkah laku sosiopatik, deviasi sosial, disorganisasi sosial, disintegrasi sosial dan diferensiasi sosial.
Kenakalan remaja merupakan bagian dari masalah sosial yang seringkali muncul di berbagai daerah. Perkembangan remaja yang saat ini terjadi sangat relevan dengan perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku, sehingga seringkali pergaulan ini menyebabkan masalah sosial apabila tidak ada pengawasan yang ketat dari berbagai pihak yang terkait seperti keluarga, lingkungan, pemerintah maupun sekolah.
Tingkah
laku menyimpang menurut Supartinah Sadli yang dikutip oleh Sofyan S.
Willis adalah “Tingkah laku yang melanggar atau bertentangan atau
menyimpang dari aturan-aturan normatif.” Dari definisi ini jelaslah
bahwa asumsi terhadap tingkah laku yang
menyimpang ditentukan oleh norma-norma yang dianut oleh anak. Masyarakat
adalah komunitas terakhir yang menentukan apakah anak melakukan
perilaku menyimpang.
Dalam
mengikuti tuntutan masa depan, pelaksanaan pembangunan bidang
pendidikan menjadikan sesuatu hal yang sangat penting, karena dengan
pendidikan orang akan mengenal, memahami, dan menyesuaikan dengan
lingkungan, dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan diharapkan
siswa didik menjadi lebih mampu dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dihadapi sehingga diperoleh solusi
terbaik dari permasalahan itu. Sedangkan tujuan pendidikan seperti yang
digariskan dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1998 adalah :
Pendidikan
Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertagwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab
kemasyarakatan dan bangsa.
Tujuan
pembelajaran di dalam sekolah adalah menitikberatkan pada perilaku
siswa atau perbuatan (performance) sebagai suatu jenis out put yang
terdapat pada siswa dan teramati hal tersebut menunjukkan bahwa siswa
tersebut telah melaksanakan kegiatan belajar. Dalam pola pelaksanaan
pendidikan tidak terlepas peran keluarga, sekolah maupun masyarakat,
bahkan dari kenyataan bahwa pendidikan keluarga merupakan lembaga
pendidikan yang pertama yang kehidupan anak-anak maupun menerapkan
sebagai makhluk sosial, disamping itu keluarga sangat berperan dalam
pembentukan watak, tingkah laku, moral dan pendidikan kepada anak.
Disamping itu keluarga juga sebagai tempat untuk belajar memahami
dirinya tempat belajar tentang norma yang ada itu.
Adapun
pengajar dalam hal ini guru tugas utamanya adalah mendidik, melatih,
membimbing siswa untuk belajar dan mengembangkan dirinya. Guru dalam
melaksanakan tugasnya diharapkan dapat membantu siswa sebagai individu
yang dalam hal ini dapat hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat
modern, disamping tugas pengajar belum selesai atau berakhir setelah
menyampaikan materi pelajarannya dikelas. Sebagai pendidik, guru juga
bertanggungjawab memberikan binaan, bimbingan siswa-siswanya dalam
menyelesaikan masalah sehari-hari, sehingga siswa betul-betul mampu
mandiri dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip-prinsip dan
teori-teori yang telahmereka dapatkan dibangku sekolah. Disamping guru
sebagai seorang pengajar, guru juga seorang tenaga professional yang
memiliki peranan yang sangat besar dalam dunia pendidikan, guru harus
mampu memberikan keputusan pelayanan dalam proses belajar mengajar.
Dalam hal ini guru harus mampu memilih dan menerapkan strategi serta
metode pembelajaran, metode pelayanan bimbingan yang cocok, sehingga
tercipta suasana pembelajaran yang demokratis dan dapat menyenangkan
siswa.
Hal
semacam ini belum semuanya dapat dilaksanakan oleh semua guru pada saat
mengajar, mengingat semua guru belum semuanya menggunakan metode
konvensional, termasuk di SMP Negeri 2 Randublatung. Maka hasil yang
diperoleh belum memenuhi ketuntasan belajar yang disyaratkan secara
nasional. Kondisi yang sesuai dengan kenyataan masih kurangnya guru
pembimbing di SMP Negeri 2 Randublatung mengingat idealnya seorang guru
pembimbing mengasuh / membimbing 150 siswa padahal di SMP Negeri 2
Randublatung hanya ada seorang guru pembimbing yang masih jauh dari
harapan.
B. Perumusan Masalah
Agar
permasalahan yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan penulisan PTK
mencapai tujuan yang diinginkan maka perlu disusun perumusan masalah
yang didasarkan pada latar belakang dan pembatasan masalah dimana
perumusan tersebut antara lain : Apakah dengan menggunakan layanan
bimbingan pribadi dapat mengatasi kenakalan siswa kelas VII D di SMP
Negeri 2 Randublatung ?
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sulistyo dan Adi Mulyono. 2004. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surakarta : Penerbit Ita.
Bambang Sujiono. 2005. Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo.
Bambang Sujiono. 2005. Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo.
Basuki Wibawa. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas, Dirjen PDM Direktorat Tenaga Kependidikan.
Edi Purwanta. 2005. Modifikasi Perilaku.
Jakarta : Departemen Pendidikan tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan
Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Elizabeth B. Hurlock. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Gelora Aksara Pratama.
Harris Clemes dan Reynold Bean. 2001. Mengajarkan Disiplin Kepada Anak. Jakarta : Mitra Utama.
Suryadi. 2006. Kiat Jitu dalam Mendidik Anak. Jakarta : Penerbit Mahkota.
Untuk mendapatkan file skripsi lengkap (Ms.Word),
hubungi : 0857 2891 6006
0 komentar:
Posting Komentar