PTK SMP 101 UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI BERBICARA MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VII B
UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI
BERBICARA MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI IWADO
BAB
I
A.
Latar Belakang Masalah
Keberhasilan Proses Belajar Mengajar
bergantung pada beberapa faktor di antaranya guru, siswa, kurikulum, metode,
dan teknik pengajaran. Dari sejumlah faktor di atas gurulah yang menjadi faktor
utama, sebagaimana pendapat Badudu (1985:67) yang menyatakan "Penentu
keberhasilan pengajaran adalah guru" Dalam proses belajar mengajar, guru
memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran, oleh karena itu
guru harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang ilmu pengetahuan yang
digelutinya. Selain if& guru harus pula memiliki pengetahuan tentang
berbagai metode dan teknik mengajar.
Guru diharapkan bukan saja sebagai
penyampai pengetahuan melainkan harus mampu memupuk sikap positif siswa
terhadap mata pelajacan yang disampaikannya, Guru harus membimbing siswa untuk
menemukan kemampuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Hidayat (1991:31) yang
menyatakan bahwa,
Dalam
proses interaksi guru berperan sebagai direktur belajar atau fasilitator
belajar. Sebagai direktur belajar, guru memiliki tugas dan kewajiban untuk
membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dapat
mencapai tujuan yang L diharapkan. Sebagai fasilitator belajar guru
berkewajiban untuk \ memberikan berbagai kemudahan belajar pada siswa
Pernyataan ini diperkuat oleh
pendapat Sudjana (1988:7) yang mengemukakan bahwa peranan guru sebagai pengajar
lebih berorientasi kepada fungsi pemimpin belajar la harus merencanakan,
mengorganisasikan dan mengawasi proses belajar mengajar siswa. Guru harus
memilih dan menetapkan strategi yang tepat sesuai dengan kemampuan dan karakter
siswa, lingkungan yang tersedia serta situasi pada saat proses belajar mengajar
berlangsung.
Bertitik tolak dari uraian di atas
dapat penulis simpulkan bahwa interaksi guru dan siswa dalam proses belajar
mengajar tidak harus didominasi guru, melainkan harus bertumpu pada siswa. Guru
hanya bertugas sebagai pembimbing, pengawas dan pengarah kegiatan siswa dalam
proses belajar mengajar. Materi pelajaran bahasa Indonesia di SMP, berdasarkan
Kurikulum 2004 memiliki dua standar kompetensi bahan kajian Bahasa Indonesia
yaitu kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra.
Kemampuan berbahasa terbagi menjadi
empat keterampilan berbahasa yang meliputi: keterampilan menyimak,' berbicara,
membaca, dan menulis. Berdasarkan pada keempat aspek keterampilan tersebut maka
logis sekali apabila tujuan pengajaran bahasa Indonesia, yaitu untuk memahirkan
siswa menggunakan bahasa Kemahiran siswa menggunakan bahasa, akan tampak pada
kemampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Hal ini diungkapkan oleh Tarigan
(1986:2): "Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita".
Dalam tugas sehari-hari, para guru bahasa harus memahami benar bahwa tujuan
akhir pengajaran bahasa adalah agar para siswa terampil berbahasa terampil
menyimak, terampil berbicara, terampil membaca dan terampil menulis, serta
terampil mengapresiasi. Untuk mencapai tujuan itu, perlu diajarkan dan
dilatihkan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan baik dalam ragam lisan
maupun dalam ragam tulis.
Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran
diperlukan seorang guru yang dapat menguasai mata pelajaran, memilih pendekatan
metode dan teknik penyampaian sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diajarkan.
Beberapa ahli berpendapat bahwa
setiap teknik itu baik di tangan guru yang pandai menyampaikan teknik itu, maka
tujuan pembelajaran akan berhasil dengan baik. Terdapat berbagai teknik yang
dapat dipilih guru untuk mengajarkan keempat aspek keterampilan berbahasa salah
satunya adalah teknik sosiodrama. Teknik ini lebih menekankan pada para siswa
dalam melakukan dramatisasi dan interaksi sosial. Oleh sebab itu penulis
memilih teknik ini dalam mengajarkan' drama. Teknik ini memerlukan persiapan
yang matang dari guru, serta kesiapan murid dalam melakukannya. Namun demikian
teknik ini akan lebih menarik bagi mereka sebab sebagian besar siswa ikut
terlibat dalam kegiatan bersastra. Dengan cara ini mereka melakukan kegiatan
bersastra sebagai suatu bentuk pengalaman berapresiasi dan berekspresi.
Model pembelajaran melalui teknik
sosiodrama dapat melibatkan seluruh siswa dalam kelas untuk bersastra. Dengan
cara menirukan dan melakonkan suatu tokoh yang termaksud dalam suatu naskah
drama, mereka akan dapat menerapkan kemampuan berapresiasi dan berekspresi
secara utuh. Pemeranan dalam sosiodrama memberikan pengalaman tersendiri bagi
para siswa, sebab drama "pada hakekatnya mengutamakan perbuatan dan
gerak" (Tarigan, 1984:70)
Berdasarkan kekhasan teknik
sosiodrama itu, penulis melakukan penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran
dengan teknik sosiodrama dalam mengajarkan sastra. Diharapkan dengan penelitian
ini akan tergambar bagaimana pelaksanaan pembelajaran sastra khususnya materi
drama.
Studi awal yang penulis lakukan di
kelas VII B SMP Negeri I Wado ditemukan indikasi sebagai berikut:
1. siswa
tidak berani tampil di depan kelas karena malu
2. siswa
tidak runtun dalam berbicara
3. dalam berbicara kosakata Bahasa Indonesia
masih diselipi oleh kosakata bahasa daerah
Berdasarkan indikasi di atas,
penulis menginginkan peningkatan dalan kompetensi berbicara siswa kelas VII B
SMP Negeri I Wado sekaligus sebagai pembelajaran apresiasi sastra Indonesia
dalam bentuk drama, melalui metode sosiodrama
B.
Identifikasi Masalah
Dalam pelaksanaan pembelajaran
Bahasa Indonesia terdapat beberapa masalah yang berhubungan dengan peningkatan
kompetensi keempat keterampilan berbahasa Indonesia. Salah satu aspek
keterampilan yang susah diajarkan adalah keterampilan berbicara. Hal ini
disebabkan bahasa Ibu siswa adalah bahas daerah (Sunda) sehingga jika siswa
disuruh ke depan untuk berbicara sangat susah, rasa malu lebih besar
dibandingkan dengan keberanian. Andaikata pun ada siswa yang mau, terkadang
dalam pembicaraan yang dilakukan terselip kosa kata bahas daerah.
1. Pembatasan Masalah
Untuk meningkatkan kompetensi
berbicara siswa penulis akan mencobanya melalui metode sosiodrama. Dalam
Penelitian nanti penulis akan membatasi masalah sebagai berikut
1) Penelitian hanya dilakukan pada
efektivitas teknik sosiodrama dalam peningkatan kompetensi berbicara pada siswa
kelas VII B SMP Negeri I Wado.
2. Rumusan Masalah
Agar jelas kajian masalah
penelitian ini, penulis merumuskannya dalam bentuk pertanyaan penelitian
berikut
1) Bagaimanakah pembelajaran peningkatan
kompetensi berbicara melalui metode sosiodrama pada siswa kelas VII B SMP
Negeri I Wado?
2) Bagaimanakah perolehan hasil pembelajaran
peningkatan kompetensi berbicara melalui metode sosiodrama pada siswa kelas VII
B SMP Negeri I Wado ?
3) Hambatan apakah yang ditemukan dalam
pembelajaran peningkatan kompetensi berbicara melalui metode sosiodrama pada
siswa kelas VII B SMP Negeri I Wado ?
D. Tujuan Penelitian
Penulis menetapkan tujuan penelitian ini yaitu untuk:
1) Mengetahui dan mendeskripsikan
pembelajaran peningkatan kompetensi berbicara melalui metode sosiodrama pada
siswa kelas VII B SMP Negeri I Wado.
2) Mengetahui dan mendeskripsikan perolehan
hasil pembelajaran peningkatan kompetensi berbicara melalui metode sosiodrama
pada siswa kelas VII B SMP Negeri I Wado.
3) Mengetahui dan mendeskripsikan hambatan
yang ditemukan dalam pembelajaran peningkatan kompetensi berbicara melalui
metode sosiodrama pada siswa kelas VII B SMP Negeri I Wado ?
E. Manfaat Penelitian
Data yang diperoleh dari hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. bagi guru :
memperoleh
penguatan bahwa peningkatan kompetensi berbicara lebih efektif dilakukan
melalui metode sosiodrama
2. bagi siswa:
- memperoleh pengalaman berharga dalam
meningkatkan kompetensi berbicara
- berani tampil di muka kelas
- pembelajaran menjadi lebih bermakna
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1992. Penelitian
Kependidikan. Bandung : Angkasa
Badudu, Yus. 1985. Cakrawala
Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia
Depdikbud, Penelitian
Tindakan (Action Research), Jakarta, 1999.
Depdikbud, Pedoman - Penyusunan. Karya Tulis Ilmiah
di - Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta,
1977.
Depdiknas, 2003, Kurikulum 2004. Jakarta, Depsiknas
Engkoswara. 1988. Dasar-dasar Metodologi Pengajaran.
Jakarta : Bina Aksara
Harymavian, RMA.
1986. Dramaturgi, Bandung : Rosda
Hasanuddin. 1996. Drama Karya dalam Dua Dimensi. Bandung:
Angkasa
Hidayat, Kosadi.
1991. Perencanaan Pengajaran Bahasa
Indonesia. Bandung : Bina Cipta
Kartadinata,
Suriaryo. 1988. Metode Riset. Prima
Rahmanto, B
Moleong, Lexy J.
2002, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Bandung : Remaja Rosda Karya
Roestiyab. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta
Rusyana,Yus. 1984.
Bahasa dan Sastra dalam Gamitan
Pendidikan. Bandung: Diponogoro.
Sudjana, Nana.
1988. CBSA dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung Remaja Rosda Karya.
Sumardjo, Y. 1984.
Memahami Kesusastraan. Bandung:
Alumni.
Tambayong, Japi.
1981. Dasar-dasar Dramaturgi. Bandung
: Pustaka Prima.
Tarigan, Henry
Guntur. 1986. Berbicara Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Untuk
mendapatkan file lengkap (Ms.Word/pdf)
hubungi
: 0857 2891 6006
0 komentar:
Posting Komentar